Chapter 9

197 20 7
                                    

Happy reading!
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Ruke-chan

Sore itu Sasori berniat keluar rumah mencari udara segar disekitar taman kota. Dia merasa rumahnya sudah seperti neraka dunia, dengan segala perintah dan hal-hal lainnya dari sang Ayah. Untuk kali ini Ayahnya sudah sangat keterlaluan baginya. Dia terima dengan segala perintah sang Ayah, tapi tidak jika itu sudah menyangkut urusan pasangan hidupnya kelak.

Dia terkejut ketika baru saja tiba dirumah sehabis pulang sekolah, Ayahnya menyampaikan bahwa dia akan dijodohkan dengan putri dari salah satu koleganya untuk memperkuat kerja sama diantara kedua perusahaan besar tersebut. Ayahnya mengatakan perempuan ini sangat cantik dan pintar, perempuan tersebut berasal dari keluarga Haruno.

Dia langsung menolak mentah-mentah permintaan Ayahnya itu dan mendapatkan tamparan setelahnya. Demi Tuhan! Dia masihlah terlalu muda untuk dijodohkan seperti ini. Dia baru saja akan lulus dari Sekolah menengah pertama dan sudah dicekoki dengan urusan perjodohan seperti ini. Kali ini Ayahnya betul sangat keterlaluan baginya.

Sesampainya dirinya ditaman, dia melihat Sasuke yang sedang memerhatikan dua remaja yang berbeda warna surai. Satu berambut kuning dan satunya berambut coklat. Dirinya memperhatikan surai kuning dengan lekat, sepertinya dia pernah melihat remaja itu, tapi dia lupa tepatnya dimana.

Sasori terus memperhatikan gerak-gerik Sasuke, sampai Ia terkejut ketika melihat perubahan warna pipi dari musuhnya itu, hanya karena dia kepergok sedang memperhatikan kedua remaja tersebut, atau lebih tepatnya siremaja bersurai kuning. Dia mencoba mengingat-ingat kembali dimana tepatnya dia pernah melihat remaja tersebut. Sampai akhirnya lintasan ingatannya mengarahkan pada foto bocah bersurai kuning yang sedang menangis dan baju dipenuhi oleh kotoran. Heh, jadi Sasuke suka pada bocah tersebut?

“Cih, kau menyukai bocah pirang itu ternyata. Aku tak menyangka kau seorang homo!” Setelahnya Sasori melangkah pergi dari tempat tersebut. Dirinya mendapatkan ide cemerlang untuk membuat Sasuke menderita.

‘Kau tunggu saja, Sasuke!’ Batinnya sambil menyeringai.
.
.
.

Ruke-chan

Hari demi hari telah berlalu, bulan demi bulanpun telah terlewati, tak terasa bahkan tahunpun sudah berganti. Kini Sasori sudah mulai beranjak dewasa. Tahun ini adalah tahun terakhirnya berada disekolah menengah atas dan ketika lulus nanti dia akan ditunangkan dengan putri dari keluarga Haruno tersebut. Dirinya tak menyangka, bahwa dia jatuh cinta pada gadis tersebut yang dulunya selalu dia tolak mentah-mentah. Sekarangpun mereka sudah sering pergi kencan diakhir pekan.

Hari itu Sasori menjemput kekasihnya tersebut pulang sekolah. Ia dan gadis tersebut tidak satu sekolah. Yang lebih mengejutkan lagi kekasihnya tersebut satu sekolah dengan musuh nya tersebut.

“Sasori-kun!” Panggil kekasihnya dari jauh, tangan gadis tersebut melambai-lambai kearahnya dan dibalas dengan lambain juga olehnya. Sang gadis berlari kecil menuju kearahnya sambil tersenyum kecil, sangat cantik.

“Hei, bagaimana harimu?” Tanya Sasori ketika kekasihnya sudah sampai dihadapannya.

“Seperti biasa, hariku berjalan dengan biasa saja.” Ucap Sakura, calon tunangannya tersebut, “Ayo kita pulang!” Ucap Sakura dengan riang, sedangkan Sasori tersenyum melihat tingkah kekasihnya tersebut.

This is about UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang