Bruk.
Brak.
Boxnya jatuh tepat di bawah kaki seorang pemuda yg tidak sengaja bertabrakan dengannya.
Si gadis langsung menunduk untuk meminta maaf, dan bergegas memungut kembali kotaknya. Terdengar gumaman yg berisi umpatan pada dirinya sendiri.
"Tunggu sebentar." ucap si pemuda.
Ia menahan tangan si gadis dengan memandang lekat box yg ada pada gadis itu.
"Itu cupcake kan?" tanyanya agak ragu tapi ia sangat familiar dengan warna dan aksen di boxnya.
"Bukan urusanmu. Maaf telah menabrakmu dan kau terlihat baik baik saja, jadi aku sudah bisa pergi." ujarnya menarik lengannya agar terlepas dari si pemuda.
"Tunggu sebentar. Bisa kita bicara?" ujarnya lagi kembali menahan lengan si gadis.
"Maaf, aku tidak bisa. Aku sedang ditunggu dan Kau juga sepertinya sudah ditunggu, Sunbae. Permisi." ucapnya lagi, melepas kembali genggaman di lengannya.
"Jung Ahrin. Hanya sebentar, bolehkah?"
Langkah si gadis yg tak lain adalah Jung Ahrin ini terhenti, sedikit merasa tidak tega akan suara yg melemah itu. Ia kembali memutar badannya.
"Kekasihmu ada di belakangmu. Akan sangat menyakitkan baginya jika kau berbicara pada gadis lain, Sunbae. Tolong hargai wanitamu." ucapnya.
Kemudian Ahrin pergi dengan cepat menghilang dibalik kerumunan mahasiswa dan mahasiswi lainnya.
" Namjoon Hyung, ada apa? Seperti sedang menunggu seseorang?"
Jimin datang, ia menepuk bahu Namjoon dan ikut mencari apa yg sedang dipandangi sahabatnya. Ia memperhatikannya hingga ujung koridor disana. Namjoon terlihat fokus pada lorong di depannya yg penuh dengan mahasiswa yg baru saja berdatangan.
"Oh, Jim. Tidak, Shhh. Hanya sedang bingung saja. Oh! Kau tumben sekali mengenakan pakaian formal begini. Kemana Park Jimin yg biasanya?"
Yaps, Namjoon agak terkejut dengan penampilan Jimin yg lebih rapi dari biasanya.
Kemeja putih dan celana formal.
" Aku akan presentasi nanti dan harus seperti ini tampilannya. Tidak cocok ya? "jelas Jimin.
Namjoon menggeleng dan menyungging senyumnya," Kau selalu cocok dengan apapun, Jim. Jangan merendah, kau perfect. " pujinya.
Jimin tersenyum.
" Kau memang bisa diandalkan untuk menaikkan percaya diriku, Hyung. Terima kasih. "
Namjoon mengangguk.
" Em, Jim. Kau kenal dengan Ahrin?"
Jimin mengernyit," Siapa? Ada beberapa Ahrin disini. Angkatanmu, seangkatan denganku atau junior kita? Ah! Angkatan Aemi pun ada 1 orang yg bernama Ahrin. "
" Yang dekat dengan Aemi. "
" Hyung, dua duanya dekat dengan Aemi. Yang kau maksud itu siapa? Kan sudah kubilang, yg satu angkatan dengan Aemi pun ada dan dia juga akrab dengan Aemi. Kau kan tau, anak itu banyak sekali temannya. " jawabnya dengan nada agak kesal.
"Aku tidak tau yg mana, tapi yg kumaksud adalah anak majalah sepertinya. Soalnya dia membawa tas kameranya tadi." ujar Namjoon mengingat detail orang yg dimaksud.
"Oh Jung Ahrin si jurnalis ceroboh itu. Kenapa? Dia membuat berita buruk tentangmu?" ujar Jimin.
Namjoon sudah memastikan jika Jimin mengenalnya, itu bisa terlihat dari raut santai Jimin dan hal itu membuat pemuda Kim ini menaruh harapan banyak pada sahabatnya ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cupcake
Hayran Kurgu"Lagi hyung?" "Yups, sepertinya si pemberi ingin aku mati terserang diabetes dan jantung. Hahahha" Cover by @RiMa_La (Thanks sistah uwu) Story by @Kyrin17