Gadis itu berjalan cepat ingin menuju kamarnya, berusaha menutupi wajah dan tampilannya yang sangat kacau.
Badannya masih naik turun karna isak tangis, wajahnya semakin memerah karna tangis itu juga.
Brugh
"Jalan yang bener nap-
"Heh dek! Lo kenapa?!" lelaki itu -Jin- memegang kedua pundak adiknya, Nara. Menatap matanya lekat-lekat, namun sang pemilik mata tersebut matanya malah berusaha terpejam erat.
"Jawab jujur! Kenapa?! Gue tau lo abis nangis ya! Siapa yang buat lo nangis?!"
Ucapan itu lantas malah membuat tangis Nara semakin jadi, ia pun bingung menangis karna apa.
Tapi yang jelas, tangisannya termasuk tangisan pertahanan yang runtuh setelah bertahun-tahun lamanya.
Jin menarik tubuh adiknya ke dalam pelukannya, memeluknya erat, berusaha menenangkan sang adik yang masih juga menangis.
Wajar saja Jin khawatir sekali, karna ia sudah tak pernah melihat penampilan dan wajah sekacau ini dari adiknya sejak kepergian dia dari Taehyung.
Mata yang begitu sembab dan merah, hidung dan wajah yang tentunya ikut memerah, pakaiannya yang terlihat kacau.
Hei, abang mana yang tak khawatir melihat adiknya sekacau ini? Tapi sebisa mungkin ia mencoba menenangkan dirinya, agar emosinya tidak meledak karna khawatir.
"Udah dong ah nangisnya, adek abang kenapa sih? Coba sini cerita pelan-pelan, duduk dulu ayo." ujarnya sembari menuntun tubuh Nara kearah sofa.
Nara berusaha menenangkan tangisnya, menyenderkan tubuhnya lalu memejamkan matanya untuk mengurangi isak tangis yang tak henti.
"Lo diem dulu disini, gue ambil air putih dulu. Tenangin diri lo dek, awas ya kemana-mana!" Jin dengan sigap langsung berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air putih.
Tak butuh waktu lama, akhirnya ia kembali kehadapan Nara dengan segelas air ditangannya.
Jin segera duduk di samping Nara, menatap adiknya yang tengah meminum air putih yang tadi ia bawakan.
"Are you okay?" Tanya Jin.
"Gue ketemu kak Taehyung."
Jin menatap Nara kaget, ia sudah mencegah-cegah agar Nara dan Taehyung tidak bertemu lagi. Namun sepertinya gagal.
"Udah dua kali gue ketemu dia. Awalnya, gue berhasil buat bersikap acuh ke dia. Tapi dipertemuan kedua gue gagal buat kokohin pertahanan gue, apalagi setelah dia narik gue ke dalam pelukannya. Rasanya, gue hancur, denger suara dan ucapan yang sama persis di dua tahun lalu, pikiran gue bener-bener kacau."
"Gue kasih dia kesempatan sekali lagi, bang. Gue. . . minta maaf."
"Gue kacau, nggak tau harus apa. Bang, dua tahun gue coba buat ikhlasin semuanya, tapi nyatanya emang nggak bisa. Apalagi setelah ketemu dia, gue runtuh banget. Gue salah, ya? Gue minta ma-"
Jin menarik tubuh kacau adiknya, mengelus puncak kepalanya yang menyimpan berbagai macam pikiran. Mengelus punggungnya, mencoba menenangkannya.
"Gausah minta maaf, dek. Jangan nangis lagi, ya?" ujar Jin sembari melepaskan pelukannya lalu menatap mata adiknya sebentar.
"Lo tau nggak dek? Kenapa gue nggak pernah mau lo ketemu Taehyung lagi setelah kejadian dua tahun lalu? Karna gue nggak mau keulang lagi hal yang sama. Bagi gue, lo tetep adik kecil gue yang sama sekali nggak bisa jaga diri dan jaga hati."
"Dek, lo udah sejauh ini buat pertahanan. Lo udah sekuat ini buat pertahanan dari dia, supaya hati lo nggak runtuh. Dan sekarang, runtuh? Yakin nggak sia-sia? Dua tahun bukan waktu yang cepet."
"Tapi semua keputusan ada di lo kok, lo yang jalanin dan lo yang rasain. Gue sebagai abang lo bakal dukung apapun keputusan lo. Kalo dia nyakitin, langsung tinggalin! Janji?"
Nara menganggukan kepalanya, "Janji! Ahh sayang bangeeeet sama Abaaaang!" teriaknya sembari memeluk erat tubuh Jin dan dibalas pelukan dan senyuman hangat dari Jin.
"Kapan mau temuin anak bangtan bang? Biar lo sama anak bangtan balik kayak biasa lagi." tanya Nara.
"Secepatnya, dan kalo gue udah reda emosinya dari Taehyung." jawab Jin.
Tbc
omo omo ak kgn bangtan full team
KAMU SEDANG MEMBACA
last chance; kth [2]
Fanfiction[SEQUEL OF KAKEL•KTH] ini tentang kesempatan, kesempatan yang seharusnya digunakan dengan baik dan tidak disia-siakan. ©2019, byvlynn