Is it Our First Kiss?

1.5K 7 0
                                    

"Happy graduation jes!" isi pesan Dean kepada Jes, sahabat jauhnya.

"Thank you dean" balas jes singkat.

"So, what you gonna do now? Go to college?" tanya dean

"Getting married" balas jes dengan singkat dan cepat.

--------------------------------------------------------

Jes baru saja lulus SMA, belum sepenuhnya merayakan kelulusan Ia sudah harus menerima kenyataan pahit. Ia harus menikah dengan Davis, laki-laki berusia 23 tahun yang sudah sukses memiliki kantor agen ekspedisi.

Bukan tanpa alasan, orang tua Jes takut Jes akan kena 'sial' saat kuliah. Rencananya, Jes menikah dengan Davis, kemudian akan bersekolah di akademi sekretaris, sekaligus menjadi sekretaris Davis.

Davis dan Jes bukan tidak mengenal, sejak Jes SMP mereka sudah mengetahui keberadaan satu-sama lain. Namun, hubungan mereka biasa saja, berteman dengan wajar seperti senior dan junior. Namun, hubungan yang 'normal' itu harus berakhir 'aneh' setelah kedua orang tua mereka sepakat mereka harus menikah.

"Jadi Davis dan Jes akan menikah bulan depan ya, sebelum Jes memulai kuliahnya" pertanyaan Mami Linda, mamanya Jes ditengah acara makan malam yang memang dari awal sangat aneh bagi Jes.

Pertama kalinya, keluarga Jes makan malam di restaurant berkelas dan bersama keluarga inti Davis.

Jes dan Davis yang awalnya hanya tersenyum biasa berubah menjadi pucat pasi dan saling berpandangan.

Jes sebenarnya tau bahwa ia akan menikah, tapi ia tidak tahu dengan siapa dan baru tahu akan menikah tepat sebulan lagi.

Perjamuam makan berjalan dengan lancar--bagi orang tua Jes dam Davis-- tapi tidak untuk Jes dan Davis yang duduk bersebelahan dan menjadi canggung.

Saat sudah selesai, Jes dan Davis keluar paling akhir dari restaurant tersebut.

"Hmmm anu Kak ... " kata Jes ingin memulai pembicaraan
"Iya?" tanya Davis yang menghentikan Langka
"Hmm, kenapa kakak tidak menolak tadi?" tanya Jes

Davis hanya diam dan melanjutkan berjalan. Jes bingung dan kemudian melanjutkan jalannya.

Mereka menuruni tangga, namun tiba-tiba Jes tersandung dengan sepatu High Heelsnya, membuat tubuhnya terjatuh dan refleks Davis menangkap tubuh itu.

Mereka saling menatap canggung.

Davis amat terkejut. Memang ia mengenal Jes dan sering bertemu, tapi kali ini adalah pertama kalinya ia memegang tubuh wanita itu.

Jelas Jes bukan lagi anak-anak. Tubuhnya tidak kurus, melainkam berisi tetapi tidak gemuk. Tangan kanan Davis juga tak sengaja menyentuh samping payudara Jes yang dibalut dress satin merah maroon.

Jantung Davis berdetak kencang dan matanya membesar.

Sedangkan Jes, ia adalah siswa polos dan rajin, fokus belajar sehingga berpacaran apalagi bersentuhan dengan laki-laki tidak ada di kamusnya.

Jes amat terkejut dan segera menegakkan posisinya. Davis pun segera melepas pegangannya dan berjalan mendahului Jes.

Pipi Jes memerah.

-----------------------------------------------
Davis celingukan di area parkir dan dihampiri Jes yang sudah menenangkan Jantungnya.

"Kenapa kak?" tanya Jes
"Kayanya kamu ditinggal sama mami kamu deh" jawab Davis
"Aku antar kamu pulang ya."

Jes hanya diam, dan mengangguk sedikit kemudian mengikuti Davis.

Davis membawa mobil Terios berwarna putih. Mereka berdua masuk ke mobil itu.

Suasana di mobil menjadi canggung. Jes memang pernah diantar pulang oleh Davis, namun mereka tidak pernah berduaan seperti ini. Biasanya ada Juan, adik Jes yang ikut serta, dan Juan selalu duduk di depan, di samping Davis.

Davis melirik ke arah Jes yang terus menatap lurus ke depan dan kaku. Davis kemudian memberanikan diri untuk memecah kekakuan ini.

"Jes .. "
Jes melonjak kaget,
Davis tersenyum tipis.
"Kamu mau awkward terus sama Kakak kaya gini?" tanya Davis
"hmmm ... engga mau kak, aku mau kaya biasa aja" jawan Jes jujur, Jes kini memberanikan diri menatap Davis.

Saat itu Jes tiba-tiba mengunci pandangannya ke arah Davis. Siluet samping wajah laki-laki yang sedang menyetir itu...

Davis memiliki wajah oriental Asia yang kuat -- kulit putih dan mata sipit -- Sisi imut sangat kuat pada wajahnya yang selama ini tidak disadari Jes. Setelah pengumuman pernikahan itu, membuat Jes memandang Davis berbeda.

"Baguslah, kakak juga ga mau awkward-awkward'an sama kamu" jawab Davis masih terus memandang ke depan namun diakhiri dengan senyum tipis yang manis sekali.

Jes tersenyum melihat hal itu dan kembali memandang lurus ke depan.

Tiba-tiba Davis kembali bertanya, "Kalau kakak mulai pegang tangan kamu sekarang boleh?"

Pertanyaan kedua ini membuat Jes melonjak dua kali lipat. Diikuti jantungnya yang berdebar kencang. Matanya membesar dan memandang ke arah Davis sekali lagi.

Saat itu pula, Davis meraih tangan kanan Jes. Menggenggamnya perlahan dari biasa saja hingga erat. Aliran listrik seakan berjalan dari jantung Jes yang berdetak kencang, menuju ke Jantung Davis yang kemudian ikut berdetak kencang.

Mereka melanjutkan perjalanannya.

Hingga pada satu waktu, Davis menyadari bahwa Paha Jes terekspose. Dress Jes terangkat ketika dibuat duduk dan hal ini tidak disadari oleh Davis sejak awal.

Davis segera menepikan mobil, melepas genggamannya sebentar. Dua hal ini membuat Jes bingung.
"Kenapa kak?"

Davis merogoh barang-barang dikursi belakang, dan mendapatkan bantal tokoh aplikasi chat KOYA.
"Taruh ini diatas pahamu itu" kata Davis sambil melemparkan boneka itu dengan cepat.

Jes menjadi malu dan menerima bantal itu sambil meletakkannya di atas pahanya.

Davis mulai menjalankan mobilnya ke jalan raya. Dia tak lupa menggenggam tangan Jes kembali.

Mereka menikmati sisa perjalanan mereka malam itu tanpa satu katapun.

--------------------------------------------------------
Setelah 45 menit, mereka tiba di rumah Jes.
Jes dengan cepat melepaskan genggaman tangannya, namun ditahan oleh Davis.

Jes yang sudah mengangkat pantatnya, kembali terduduk malah kini posisinya amat dekat dengan Davis yang juga sudah mendekati wajahnya.

Davis memandang lurus wajah Jes. Ditengah mobil yang remang-remang itu.
Jes menelan ludahnya dengan tegang. Ia tidak pernah seperti ini.
"Kakak gak mau punya hubungan terpaksa sama kamu. Dan kakak ingin benar-benar jadi suami yang benar. Alasan kakak tadi tidak menolak karena kamu bukan orang yang kakak benci" kata Davis sambil berbisik romantis.

"Kalau kamu mengijinkan, boleh kakak cium kamu sekarang? As our first kiss... I really want to have a good relationship with you, walau kita dijodohkan..." lanjutnya sambil kini mengusap2 genggaman tangan Jes.

Jes yang polos dan panik, tidak bisa berfikir ini adalah hal yang baik atau buruk. Ia hanya terdiam dengan matanya yang membesar. Dengan pelan ia menganggukkan kepalanya.

Dream WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang