Twice but The First Making ❤️

1K 9 0
                                    

Dengan posisi yang masih sama --berciuman-- Davis menggendong Jes menuju meja kerjanya. Dan mendudukan Jes disana. Ia menekan beberapa tombol, guna mematikan lampu putih di ruangannya -- berubah menjadi lampu kuning-- dan juga menutup tirai di bagian-bagian kaca di sekeliling kantornya.

Davis kembali mencium Jes dengan penuh gairah. Jes memejamkan mata dan berusaha menikmati setiap sentuhan yang Davis berikan diseluruh tubuhnya.
Davis kemudian mulai menciumi tengkuk, leher hingga ke bagian atas payudara Jes yang masih tertutup blouse merahnya. Payudara Jes agak besar, mengingat Jes bukan gadis yang kurus.

Davis menikmati kecupannya di bagian atas payudara itu. Ia kemudian teringat:
"Actually, aku kangen banget sama kamu Jes."
Jes merona mendengarnya
"Kemarin aku sebenernya pengen banget dateng dan ketemu kamu"

"By the way, can i open this?" tanya Davis sambil memijit perlahan daerah yang kemungkinan merupakan puting payudara Jes.
Jes hanya mengangguk pelan, karena pijatan itu lama-lama membuatnya nikmat. Perlahan, Davis membuka kancing paling atas blouse Jes: belum terlihat apa-apa
Kemudian, kancing kedua: mulai terlihat belahan dada Jes dan sedikit BRA berwarna merah, senada dengan blousenya.
Davis melanjutkan membuka kancing ketiga, dan payudara Jes yang agak besar, malu-malu akan menyembul dari blouse itu. Blousenya tidak longgar maupun ketat, namun pas dikenakan oleh Jes yang tubuhnya berisi itu.

Davis kemudian menurunkan bra Jes tanpa melepasnya, dan kedua gundukan itu menyembul namun masih tertahan, bersama dengan ujung putingnya yang merah muda.
Davis diam sejenak mengagumi ciptaan indah pada wanita itu, membuat Jes malu dan berusaha menutupi dadanya dengan tangannya.

Davis kemudian berusaha mencegah Jes untuk menutupinya
"Don't do that, this is perfection" kemudian mencium kening, hidung, bibir dan terakhir payudara Jes.
Jes tersenyum malu-malu yang kemudian dilanjutkan gerakan memijat Davis terhadap kedua payudara Jes. Membawa Jes ke langit yang lebih tinggi dari langit ketujuh.

Kenikmatan itu kemudian membuat Jes semakin membusungkan dadanya, menyerahkan payudara indahnya kepada Davis. Davis terus mempermainkan baik gundukan maupun putingnya. Dipijat, dipelintir dan ia sangat menyukai hal itu.

Kedua payudara itu bergetar dan bergoyang-goyang seksi. Tanpa disadari, Jes mencapai orgasme pertamanya dan membasahi meja kerja Davis. Sama dengan Davis, ia belum mencapai puncak, namun penisnya sudah tegang dan membesar, sama persis ketika ia mencium Jes di mobil. Bahkan kini ia mengalami kemajuan: dapat berkenalan dengan kedua payudara Jes yang memesona.

Kegiatan dua orang ini kemudian terhenti ketika ada intercom masuk.
"Yaampun kak, ini masih jam kantor" kata Jes sambil merapikan bra, blouse dan roknya.
"Iya, but i really like it" kata Davis setelah menjawab intercom dan membantu Jes merapikan pakaiannya.
"Okay aku keluar dulu kak, mau pipis, dan akan mulai ngehafalin"
Jes beranjak pergi setelah dicium cepat oleh Davis, dan keluar dari ruangan Davis.

Davis memandangi kepergian Jes dan berkata dalam hati
"Aku harus bisa secepatnya tinggal bersama gadis itu"

_______________________________________________________________________

Davis dan Jes keluar kantor secara terpisah. Walaupun bukan kantor besar, mereka ingin merahasiakan hubungan mereka di antara karyawan-karyawan kantor. Mereka kemudian janji untuk bertemu di depan cafe.

"Mau kemana kita kak?" tanya Jes melihat Davis tidak mengarahkan mobil ke rumahnya atau ke arah rumah Davis.
"Ke rumah kita" jawab Davis

__________________________________________________________________________

Merekapun tiba di rumah yang akan mereka tempati. Rumahnya kecil dan minimalis, isinya masih lengang dan hanya ada beberapa perabotan saja, seperti meja, kursi, dan ranjang. Ranjang berukuran besar (bukan King Size, karena rumah mereka ga besar-besar amat). Namun, perlengkapan baju tidur, peralatan mandi serta dapur sudah tersedia.

Rumah itu memiliki satu kamar utama dan dua kamar berukuran lebih kecil.
"Gimana jes? Suka?"

"Suka kak! Ini ngebersihinnya gak susah"
Jes dan Davis tertawa bersama.

Davis kemudian membuka tangannya lebar-lebar, tanda mengajak Jes masuk ke dalam pelukannya. Jes pun membenamkan seluruh tubuhnya, dipeluk erat Davis.
Davis memegang dagu Jes, mengarahkan bibir mereka untuk bertemu dan saling melumat bibir satu sama lain dengan penuh gairah. Mereka berpelukan dan berciuman semakin panas. Davis mendorong tubuh Jes ke dinding dekat kamar utama dan menciumnya habis-habisan, hingga Jes kehilangan Napas.

Karena Jes didorong ke dinding itu, tak sengaja memadamkan lampu ruang tengah. Davis kemudian membuka kaki Jes, mengaitkannya ke pinggangnya dan menggendongnya masuk ke kamar utama tanpa melepaskan ciuman mereka.
Di sela-sela ciumannya, Jes berkata "Kak Davis, I really happy right now!"
"Me too babe", mereka masuk ke kamar utama yang masih gelap, hanya disinari cahaya redup dari jendela luar kamar.

Davis kemudian meletakkan Jes dengan lembut di atas kasur diruangan itu, kemudian melepas kancing kemejanya satu persatu. Jes bingung, kemudian ia memilih menaikkan roknya, tanpa melepas dan mengangkang selebar-lebarnya. Melihat hal itu, Davis yang sudah bertelanjang dada, langsung kembali menciumi Jes yang sudah membuka lebar kakinya.

Perlahan tangan Davis meremas dad Jes dan membuat jes mengeluarkan suara-suara vulgar. Tanpa sabar, Davis merobek blouse Jes, dan hanya Bra berwarna merah yang tersisa. Bra itu dengan erat memeluk payudara Jes dan semakin membuat Davis ingin segera menikmatinya.

Selanjutnya, Davis segera melepaskan diri dari celananya, sedangkan Jes melepaskan Branya dengan cepat, sebelum mereka bersatu lagi dalam ciuman yang semakin dalam. Tangan Davis tidak berhenti terus memutar, memijit puting Jes.

Tanpa disadari, batang junior Davis telah mendekati vagina Jes. Saat itu, Davis dengan tangannya membuat Jes meracau tak jelas, dan Davis bertanya
"Is it okay if i do it now?"

Jes terhenti sejenak dari kenikmatan ini, namun dia hanya menjawab
"I Love you kak!" dan menarik Davis mendekat dan menciumnya.
Davis langsung dengan agresif menacapkan batangnya dengan vagina Jes, membuat gadis itu kehilangan keperawanannya.

Jes menitikan air mata kesakitan. "Kaak hmmmpppp sakitt kaaakk hpppmmm"
Davis ikutan menitikan air mata, dan mengelus puncak kepala Jes, sambil masih terus memajukan batangnya untuk masuk lebih dalam
"It will be okay in no time babe"

Davis menggoyang-goyangkan sedikit, sehingga lubang vagina Jes terbiasa dengan ukuran batang yang masuk. Jes kemudian merasakan kenikmatan yang tak tergambarkan. Rasa ingin pipis dicampur adanya batang keras memasuki dirinya.

Davis mencium Jes di keningnya dan kemudian melumat bibirnya. Tak lupa dari tadi tangan Davis tidak pernah absen dari sepasang payudara yang kini jadi favoritnya.

"Makasih sudah bertahan Jes" ucap Davis sebelum berbaring di sebelah Jes dengan posisi mereka yang masih menyatu.

Dream WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang