First Office Foreplay

925 6 0
                                    

Mobil yang dikendarai Tante Dewi dan Jes sudah tiba di depan Rumah Jes.

"Jes besok jadi datang ke kantor Davis kan?"
"Iya tante besok hari pertama kerja"
"Oke, goodluck jes! Oh iya jangan panggil tante ah, panggil aja Mama."
Jes terkejut (lagi)
"Kan kamu manggil mama kamu Mami, jadi manggil tante Mama ya?"
"I-iya ma"
Tante Dewi pun tersenyum puas.
Kini Jes tidak hanya punya mami, tapi juga Mama.

Jadi mulai minggu depan, tepatnya besok yang jatuh pada hari Senin. Jes sudah akan memulai bekerja sebagai Sekretaris di usaha Davis tersebut, tepatnya sebagai sekretaris Davis. Memang, perkuliahan Jes yang sesungguhnya di akademi sekretaris itu akan baru dimulai setelah mereka menikah (tepatnya bulan depan), namun orang tua mereka ingin Jes bekerja lebih cepat, beradaptasi sekaligus mengakrabkan diri dengan Davis.

-----------------------------------------------------------

Pagi hari berbeda dijalani oleh Jes. Setelah selesai melakukan ritual skin care dan segala macamnya. Ia segera mengenakan pakaian kerja, hari ini adalah hari pertamanya bekerja.
Ia memilih blouse merah dengan renda dan bukaan kancing depan. Kemudian dipadukan dengan rok span berwarna nude. Rok itu sebenarnya agak kekecilan, jika digunakan berdiri maka panjangnya sekaki, dan jika digunakan untuk duduk maka panjangnya hanya setengah pahanya.

Ia agak tidak terlalu bersemangat berangkat bekerja ini. Mengingat ia memiliki pikiran bahwa Davis ilfeel dengannya. Namun, ia juga mengingat perkataan Davis sebelum mereka berciuman. Sehingga, untuk menuntaskan rasa penasarannya, Jes berusaha untuk tampil semenarik mungkin, menarik perhatian Davis nantinya. Sekaligus memastikan alasan Davis tidak datang kemarin.

______________________________________
Kantor tempat Davis dan Jes bekerja terletak di suatu kompleks perkantoran elit. Usaha ekspedisi milik Davis dan keluarganya ini adalah TOP3 dari perusahaan pengiriman yang digunakan kebanyakan orang. Sehingga, kantor pusatnya memiliki tempat yang cukup 'keren'.

Dengan percaya diri, Jes melangkah memasuki lift menuju lantai 9. Setibanya di lantai tempat kantornya, Jes disambut oleh Resepsionis yang menanyakan keperluannya.
"Saya Jes Diana, sekretaris baru Pak Davis"

Resepsionis itu terkejut dan bersemangat, segera mengantarkan Jes ke meja kerjanya.
Jes dan resepsionis itu melewati ruangan besar berisi deretan komputer dan customer service yang 24 jam siap  melayani pelanggan ekspedisi ini.

Mereka tiba disuatu ruangan khusus, mirip seperti akuarium. Dan disana terpampang logo ekspedisi. Dibawah logo itu, terdapat meja Jes yang masih bersih.
"Mbak Jes, disana mejanya mbak ya. Lalu pintu itu adalah pintu ruangan Pak Davis."
Jes mengangguk tanda mengerti
"Pak Davis sedang keluar sebentar, sekarang saya akan bantu mbak mengenali lokasi-lokasi di Kantor ini"

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Setelah selesai berkeliling, Jes kembali duduk di mejanya. Sebenarnya, kini ia belum tahu pasti tugas apa yang harus dikerjakan. Apalagi sebagai sekretaris, gantinya, ia menunggu Davis untuk memerintahkan apa yang harus dilakukan.

Belum 5 menit Jes duduk, Davis datang.
"Kak Davis.." panggil Jes sambil berdiri dari tempat duduknya.

"Eh Jes udah datang, udah keliling sama Mbak Santi kan?"

"Mbak Santi?"

"Itu resepsionis.."

"Oh, udah kak, sekarang nunggu kak Davis buat kasih tau aku harus gimana-gimananya"

"Oh oke, sini masuk ke ruanganku" kata Davis, sambil menarik tangan Jes. Membuat Jes terkejut sekaligus senang.

Ruangan Davis memiliki ukuran yang tidak terlalu besar, namun memiliki jendela besar membuat ruangan itu menjadi terkesan luas. Di depan meja kerja Davis, terdapat kursi sofa yang mengelilingi meja kecil.

Di ruangannya, Davis dan Jes duduk di sofa berhadapan. Saat duduk rok span Jes otomatis terangkat dan 'lagi-lagi' menunjukkan kulit mulus paha Jes. Begitu duduk dan menyadari hal tersebut, Davis langsung mencari kain untuk menutupi paha Jes. 

Davis menerangkan tentang jadwal kerja dan meeting yang sudah ada. Jes harus menghafalkan semuanya, lalu Jes juga harus mengingat beberapa tanggal penting yang berhubungan dengan client besar yang bekerjasama. Selain itu, yang terpenting Jes turut menghafal dan mengetahui seluruh dokumen yang tersimpang diruangan Davis.

Jes mencatat semua itu dan mengangguk serta siap untuk mulai 'menghafalkan'. Jes menyingsingkan kain yang menutupi pahanya dan berdiri, sebelum kemudian ia ditarik oleh Davis dengan kuat dan duduk dipangkuan laki-laki itu.
Entah sejak kapan Davis sudah pindah duduk di sisi sofa yang tadi diduduki Jes.

Jantung Jes berhenti sejenak sebelum kemudian berlanjut berdetak dengan keras. Wajah mereka saling berpandangan.

"Kamu sengaja menggoda kakak dengan rokmu yang kekecilan itu?" kata Davis menggoda
Jes gelagapan menjawab, padahal memang salah satu itu adalah salah satu alasannya.
Paha jes kini mendarat sempurna di paha Davis.

Perlahan Davis mendekatkan wajahnya ke wajah Jes, ia akan menciumnya. Namun, Jes menghindar. Membuat Davis bingung.
"Kenapa?"
"Sebelum itu, aku mau nanya, kenapa kakak kemarin tidak datang? Kaka ilfeel sama aku? Waktu itu kakak bohong?" tanya Jes kecewa

Davis tertawa kecil dan mengelus-elus rambut Jes. "Yaampun"

"Ih malah ngetawain" Jes makin jengkel

"Jes, kakak boleh cium kamu skrng?"

"Lah malah nanya, sebelum itu jawab dulu pertanyaanku!" jawab Jes

Davis langsung mencium Jes tanpa aba-aba dan dengan cepat, sambil tangannya memeluk gadis di pangkuannya itu.

Jes hendak menampar kecil pipi Davis setelah menciumnya, namun tangannya sudah terburu dipegang oleh Davis.
Dengan menatap Jes lekat-lekat Davis menjawab pertanyaan Jes
"Karena kakak tau kamu kemarin nyobain baju pengantin, kakak mau liat kamu pakai gaun itu nanti dipernikahan kita. Jadi kakak gak datang kemarin" jawab Davis diakhiri dengan senyum tipis.

Jes terkejut dan membuat matanya semakin membulat.
"Selain itu, kemarin kakak ngecek rumah sekaligus ngurusin duit-duitnya. Rumah yang kita akan tempati Jes. Kakak pengennya kita bisa pindah ke rumah itu secepatnya"

"Kak Davis ..." kata Jes dengan senyum lega.

"Oke sekarang, kakak boleh cium ...?" tanya Davis

Belum kata-katanya selesai, Jes sudah mencium Davis dengan tipis. "Mulai sekarang, kakak gak perlu minta izin aku kalau mau cium." Davis tersenyum dan kembali mencium Jes dengan penuh gairah.

Mereka berciuman dengan 'panas' di sofa itu, dengan posisi Jes diatas pangkuan Davis. Belum puas, Davis merubah posisi Jes sehingga gadis itu mengangkangi tubuhnya. Sehingga, pinggangnya tepat berada diantara kedua kaki Jes. Rok Jes yang kekecilan itu harus naik hingga ke perutnya, dan tersisa kaki memutari tubuh Davis dengan sempurna.

Davis kemudian menggunakan kesempatan ini untuk berdiri. Dengan posisi berdiri, Davis harus memegangi Jes tepat disepanjang kaki dan pantatnya. Salah satu pantat Jes diremasnya dan memberikan kenikmatan untuk keduanya. Erangan-erangan kecil mulai keluar dari bibir kedua orang itu.

Dream WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang