Setelah perjumpaan kita kali ini,
aku tak mampu melihat apa-apa, selain:
kota tua, jalan aspal, dan debu sisa kepergianmu.Dalam batinku,
kota itu tampak seperti sejarah ‒tua dan muram‒
yang menjadi prelude dari segala duka dan kemurunganku.Memeluk kenangan bagai menyeduh segelas air
mata pada malam hari di musim dingin, kekasih.Di titik itu, kau hilang.
Sehelai suraimu yang jatuh diterbangkan oleh angin,
aku masih sempat mendengarnya berbisik setelah mengecup
dahiku terlampau lama,Cinta adalah kedustaan yang kau percayai dengan sepenuh hati, Sayangku.
Bogor, 3 Maret 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan dalam Puisi [Completed]
Poesie-Sehimpun Puisi- Sebab, aku tak lagi menemukan muara hatimu: kukecup laut matamu berkali-kali.