“Alvin! Mau bareng kita ke kantin gak?”
“Engga.”
“Apaan sih Daff, gue gak nanya lo! Tapi si manis Hanindi.”
Setelah pelajaran bu Jessica yang diisi kepala sekolah dan perkenalan menggemparkan dari Alvin, akhirnya bel surga yang ditunggu anak-anak berbunyi.
Dua siswi menghampiri Alvin yang mendapat duduk di samping Juna. Entah kebetulan apa Juna mendapat duduk di samping Alvin, cowok yang bakal benar-benar dia jauhi. Setelah pengakuan Alvin bahwa dia seorang Gay, Juna jadi yakin untuk menghindari cowok itu tanpa alasan.
“Ayok Vin ke kantin bareng, nanti gue jajanin soto ayam.” Cewek kuncir kuda yang tadi teriak membahana menarik tangan Alvin.
“Eh tapi Daffa gimana?” Alvin bangun dengan tangan yang di pegangi ‘Lisa’ cewek kuncir kuda.
“Elah dia udah gede, lagian ada Reyhan sama Gibran.” Cewek disamping Lisa bernama Jennie menyahut.
“Terus Juna giman─“
“ARJUNA TUAN PUTRI LO NYARIIN TUH!” Jihan siswi yang kata Reyhan tersemok di kelas teriak dari pintu kelas.
Juna langsung bangun dan keluar kelas, meninggalkan teman-temannya. Daffa dan yang lain udah biasa ngeliat Juna dicariin sama yang dipanggil tuan putri alias Kinan. Sedangkan Alvin melihat dengan diam Juna menggandeng Kinan, cewek yang duduk disamping Juna saat di bus.
“Yaudah kita ke kantin barengan aja, daripada baku hantam cuma gegara rebutan Alvin.” Saran Gibran disetujui mereka.
Suasana kantin sangat ramai, karena hampir seluruh murid dari kelas 10 sampai 12 datang ke tempat yang dinamakan surga anak sekolah selain perpustakaan. Lisa menengok kanan-kiri mencari tempat kosong untuk mereka duduki.
“Eh itu di deket tukang somay ada meja kosong!” Reyhan menunjuk kearah meja yang dimaksud.
Daffa langsung menarik tangan Alvin menuju meja kosong yang ditunjuk Reyhan diikuti yang lain. Banyak murid yang menatap Alvin saat cowok manis itu memasuki area kantin. Mungkin berita bahwa si manis Alvin seorang Gay sudah tersebar luas, ya namanya berita heboh seperti ini pasti cepet kesebarnya.
“Itu Alvin anak baru 11─A bukan sih? Gak boong itu anak manis banget.”
“Ganteng tapi sayang homo hahaha.”
“Kalo manis kayak dia gue juga mau .”
“Akhirnya ada juga bahan asupan nyata.”
“Menurut lo dia posisinya atas apa bawah?”
Alvin meringis, dia bukan takut tapi agak risih karena dia bukan orang yang terbiasa jadi bahan omongan orang disekitarnya. Setelah duduk nyaman anak itu menutup wajahnya dengan buku menu, menghindari tatapan penasaran dari penghuni kantin.
“Vin diemin aja bacotan gak guna mereka.” kata Jennie, mengambil duduk dihadapan Alvin.
“Bacot bener anjir, kenyang gue denger omongan mereka.” Gibran ngegas, bikin cewek–cewek disamping dia yang lagi gosipin Alvin diem seketika.
“Alvin mau mesen apa?” tanya Daffa, dia juga muak sama bisik-bisik penghuni kantin tapi berusaha sabar.
“Eum . . aku mau soto ayam aja sama es teh tawar.” Alvin menutup buku menu, dan pandangan mereka langsung tertuju ke wajah manis Alvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Junalvin | kookv
FanfictionArjuna Mahesa dan Alvin Hanindi Dua nama yang bersatu karena takdir yang memilih. [ kookv au! lokal ]