TDM 01 - Selamat Pagi, Raka!

64 18 8
                                    

365 hari yang lalu.

Saat itu. Saat saya belum mengenal sebuah goresan luka yang ternyata hadir dan selalu mengintai dengan perlahan.

Bau busuk dari tumpukan sampah setiap pagi tak pernah absen dia cium. Raka terbangun dari tidur ketika terdengar suara bising dari kendaraan bongsor berisi tumpukan barang bekas. Truk pengangkut sampah itu berhenti sejauh dua puluh meter dari salah satu bangunan kumuh yang tersusun dari lembaran kayu tepat di pagi butanya.

Laki-laki itu berjalan keluar dari bangunan kumuh yang menjadi rumahnya itu dan hanya seluas lima meter kali enam meter.

Tujuh tahun lalu setelah dia berhasil kabur dari kejaran para preman yang selalu memaksanya untuk mengemis dengan penuh kepura-puraan. Raka membangun rumahnya sendiri dengan sisa-sisa tripleks bekas yang dia temukan di tempat pembuangan sampah itu. Tanpa kehangatan keluarga dia hidup sendiri hingga kini usianya menginjak dua puluh empat tahun.

Raka mengecek saku belakang, memastikan dompet dan rokok.

"Selamat pagi Bang Raka!" sapa Echa, gadis mungil yang senasib dengannya. Wajahnya kucel dan tanpa alas kaki. Tapi, semoga nasibnya lebih baik dari keadaan Raka dulu.

"Pagi juga Echa!" sahut Raka setelah memastikan dompet dan rokoknya di saku belakang kemudian menutup pintu rumah.

"Ke pasar, Bang?" tambah Echa.

Raka mengangguk, "Yuk! Belum sarapan 'kan?" ajaknya pada gadis mungil itu.

Echa terlihat sedang berpikir kemudian mengangguk singkat, "Tapi, Bang. Hari ini harus kejar target!" seru Echa lantas mengangkat harmoni usang yang dipegangnya.

Raka mengerti. Dengan senyum hangatnya dia berkata, "Om Dedi udah banyak duitnya. Gak perlu lagi Echa kejar target."

"Tapi Bang-" ucapan Echa terpenggal.

"Om Dedi masih kuat cari duit. Lagipula jalanan bukan tempat yang tepat untuk Echa. Kalo perlu biar Abang aja yang cariin uang untuk Echa," bujuk Raka agar Echa mau ikut bersamanya.

Harus Echa akui, kehadiran Raka di hidupnya seperti malaikat penjaga yang diutus Tuhan. Meski pertemuannya begitu mengerikan, tepatnya tiga tahun yang lalu. Saat kecelakaan maut hampir merenggut nyawa Raka akibat rela menolongnya untuk terhindar dari kecelakaan minibus yang tengah melaju kencang, sehingga membuat Raka mengalami patah tulang di kaki kirinya dan luka yang cukup serius.

"Hmmm, lain kali aja deh, Bang. Echa duluan," gadis mungil itu segera melesat.

Raka hanya menghembuskan nafasnya pasrah. Echa memang gadis yang mandiri meski usianya masih lima tahun. Selain itu gadis lucu dengan segudang sikap jenakanya kerap kali membuat Raka merasa gemas.

Raka kembali melangkahkan kakinya. Menuju jalan yang melintang utara ke barat daya. Dinginnya suhu di pagi buta seperti membujuknya untuk menyalakan sebatang rokok. Namun Raka memilih untuk merapatkan jaket jeans yang dia pakai. Teringat pesan Echa saat memintanya untuk mengurangi kebiasaan merokok.

"Bang. Jangan ngerokok dong. Echa keganggu," katanya begitu, penuh kejujuran. Dasar Echa!

Tbc!

Tergores Duri MawarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang