Hari berganti hari, tak terasa sudah sebulan semester ini berjalan. Yusuf mengikuti pemilihan anggota OSIS dan berhasil menjadi wakil ketua. Dan Revan? Dia menjalani hari-hari seperti biasanya dan sekarang ia mulai aktif kembali menggeluti hobi lamanya, yaitu berenang.
Beruntung ia bersekolah dengan fasilitas olahraga yang lengkap terutama di sekolahnya ada kolam renang daerah yang dikelola oleh sekolahnya, jadi siswa sekolah itu hanya perlu menunjukkan kartu tanda siswa dan mereka bebas berenang.“Dio, lo besok free nggak?” Revan sedang bertanya pada sahabatnya dari kecil yang kebetulan juga sekolah yang sama dengannya
“Gue free sih, klub robotik juga udah kelar projek bulan ini. Kenapa emangnya?” Dio ini anggota klub robotik sekolah, dia paling hobi dengan yang berbau robotika atau elektronik.
“Temenin gue renang ya, gabut gue renang sendiri tiga Minggu ini”
“Oke deh, besok gue jemput lo jam tujuh ya. Awas lo masih molor”
“Ya bangunin gue lah… hehe…” tertawa tanpa dosa
“Kebiasaan lo, paling gue ijin nenek lo dan langsung masuk kamar lo”
“Jadi selama ini lo sering masuk kamar gue pas tidur?”
“Van… lo temenan sama gue udah berapa lama sih? Tujuh tahun bro sejak gue pindah. Dan lo baru sadar sekarang?”
“Heeh… setau gue lo pasti nunggu gue di depan tv kalau gue belum bangun”
“Iya, tapi setelah liat muka konyol lo di kamar. Gue langsung pindah ke depan tv” Dio membongkar rahasia kecilnya
“Sialan .. aib banget ya”
“Udah nggak usah drama queen lo, biasanya aja jadi mayat idup yang nyepi di perpus… giliran ketemu gue aja pucetnya ilang”
“Hehe, ya udah gue tunggu besok di rumah, gue balik kelas dulu ya”
“Iya udah sana, udah ditunggu tuh di depan kelas lo dari tadi” ucap Dio sembari menatap orang yang sedari tadi berdiri di belakang Revan dan mendengarkan semua percakapannya
“Siapa emang.. yang nunggu? Eh? Ucup? Sejak kapan lo dibelakang gue?” tanya Revan
“Cukup lama buat dengerin semua rencana dan aib lo dari sahabat lo” sembari tersenyum jahat
“Oi Dio, kenapa lo nggak ngomong ada makhluk ini di belakang gue?” Sembari menatap Dio dan menarik baju bagian atasnya
“Lo nggak tanya. Jadi ya gue diem aja” Dio tak merasa bersalah
“Gue hajar lo nanti setelah balik” sembari menatap tajam Dio
“Dan gue bakalan iket lo di tempat tidur dengan posisi terlentang dan gue foto buat dipajang di mading sekolah” Dio tersenyum jahat
“vangsat lo, sahabat paling kejem yang pernah gue kenal” sembari melepaskan cengkeramannya
“Dan gue sahabat paling perhatian yang pernah lo punya” merangkul Revan
“Mokat aja sana lo, gue laporin papah lo nanti” ancam Revan
“Dasar!!! sebenarnya yang anak orang tua gue tuh lo atau gue sih?”
“Ehem… guys… gue masih disini lho?” Ucap Yusuf memecah perdebatan Dio dan Revan
“Iya udah bawa nih mayat hidup dari hadapan gue, nanti gue lanjutin di rumah” sembari meninggalkan mereka berdua
“Ternyata lo bisa akrab sama orang lain juga Van” sambil bersandar di dinding
“Ya karena kita udah kenal dari kelas lima SD, wajarlah kalau gue terbiasa dengan tampang galak Dio”
“Dia pindahan juga dulu?” Yusuf bertanya antusias
“Iya sama kayak lo”
“Dan lo terbiasa dengan anak pindahan kayaknya”
“Nggak juga, cuman temen yang akrab sama gue sedikit. Kebanyakan mereka anggap gue aneh. Tapi ya bodo amatlah, gue enjoy dengan diri gue”
“Dan gue suka sikap cuek lo” puji Yusuf
“Biasa aja kali pak wakil”
“Nggak usah gitu juga kali, panggil gue Ucup aja gue udah seneng kok. Eh gue boleh ikutan besok?”
“Ikut renang maksudnya?”
“Ya iyalah, masak ganggu acara lo dikamar sama Dio, ntar gue disuruh megangin kameranya sama dia”
“Lo pikir kita mau bikin apaan… dasar mesum” ucap Revan sewot
“Hahahaha, jadi boleh ndak nih?”
“Nggak ada yang ngelarang pak wakil buat dateng ke kolam renang sekolah kan?”
“Siap…. Gue tunggu besok di kolam, dan jangan anggurin gue. Ntar kesannya gue jadi obat nyamuk kalian”
“Sekali lagi lo ngomong aneh-aneh Cup, gue bakal….” Kata-kata Revan menggantung dipotong Yusuf
“Bakal apaan hayo? Mau gue cium di depan kelas lo?” Tantang Yusuf
“Ngaco ah lo… udah ah gue balik kelas dulu” dan meninggalkan Yusuf di dekat kelasnya
“Udah selesai gangguin mayat hidup?” Ucap Dio yang terlihat diambang pintu kelas, dan sekedar informasi kalau mereka ini sekelas
“Udah, kenapa? Cemburu?” Yusuf menatap sinis Dio
“Nggak… cuman lagi mau liat gimana cara lo akrab sama sahabat gue”
“Sahabat atau gebetan yang lo nggak berani omongin?” ucap Yusuf dengan nada menggoda
“Jaga kalau ngomong ya Suf” ancam Dio geram
“Mungkin lo bisa bohong, tapi tatapan lo dan sikap lo ke Revan nggak. Kita liat aja siapa yang bakalan menang” dan meninggalkan Dio yang masih berada di ambang pintu
"Argh .. maksudnya apa tuh bocah..." Dio menggerutu sendiri
~TBC~
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, My Bromance
Teen FictionWARNING... BERISI KONTEN YAOI. HANYA UNTUK FUJO, FUDAN DAN YANG ANTI HOMOPHOBIC. HANYA SEKEDAR KHAYALAN... JIKA SUKA SILAHKAN BACA. KALAU TIDAK SILAHKAN TINGGALKAN... Bercerita tentang kehidupan Revanka Hernandez dan percintaannya yang absurd...