Pertarungan Pertama

602 15 0
                                    

*Esok harinya*

   Pukul enam Revan baru selesai mandi, Gilbert sedang sarapan dan neneknya sedang minum teh di ruang tamu dan ibunya sedang bersiap berangkat ke restoran milik keluarga.

“Adek, mama berangkat dulu ya, salam buat mas”

“Ya udah nanti adek salamin, ati-ati mah”sembari mencium tangan mamanya

“Kamu yakin nggak mau bareng mama?”

“Ndak mah, mama kan bawa mobil, ntar malah kena macet pas mau ke restoran habis nganterin aku dari sekolah. Jalan resto dari sekolah ku kan macetnya nggak ketulungan kalau pagi sama sore”

“Iya sih, ya udah bareng mas aja”

“Mas bareng kak Dio kayaknya, paling bentar lagi dateng”

“Pagi tante” Dio tiba-tiba datang setelah disambut neneknya Revan di ruang tamu

“Nah ini orangnya baru diomongin baru dateng” ucap Gilbert

“ya udah kalau gitu, nitip Revan ya Dio. Tante berangkat dulu”

“Ati-ati tante” sambil menyalami mamanya Revan

“Tuh mas Revan lagi di kamar, masuk aja kak. Aku mau berangkat dulu” dan Gilbert bersiap berangkat setelah selesai sarapan

“Ya udah ati-ati ya. Kamu naik apa Gil?”

“Busway paling, kan ndak dibolehin bawa motor sama mama, berangkat dulu kak” Gilbert beranjak pergi. Dan Dio menuju kamar Revan

“Van… Revan .. Revanka..” sembari membuka pintu kamar Revan

“Apaan sih lo, berisik banget pagi-pagi” Revan sedang memakai kemejanya, dan terdengar suara Dio mengunci kamar Revan

“Lo ngapain ngunci kamar gue?” Tanya Revan bingung

“Lo yang nantangin gue kemarin kan?” Sembari mendekati Revan

“Mampus gue? Gue lupa soal kejahilan gue kemarin” Revan terduduk di tepi tempat tidur dengan kancing kemeja yang belum dikancing sama sekali dan Dio terus mendekatinya

“Lo mau gimana sekarang?” Tanya Dio sembari tersenyum jahat dan mengancingkan bagian paling bawah kemeja itu

“Yo… jangan bercanda, kita mau berangkat nih” terlihat pucat

“Gue bisa bawa motor lima belas menit bakal sampai sekolah. Jadi masih ada waktu” mengancingkan lagi dengan perlahan dan terus hingga kancing kedua dari atas sendiri

“Udah semua kan, sekarang minggir Yo”

“Nggak ada hadiah nih buat gue?” Dio berbisik di telinga kanan Revan dengan lembut

“Hadiah? Apaan?” Dan tanpa dikomando Dio langsung mengecup lembut tengkuk Revan seperti kemarin hingga membuat Revan seketika merinding dan perlahan Dio mendorong Revan berbaring di tempat tidur. Kini Revan hanya pasrah dan menikmati apa yang Dio lakukan, hingga sekitar sepuluh menit Dio mencumbu lembut dari leher kanan dan kiri

“Gila lo Yo… ini udah mau berangkat tau nggak” Revan mengelap lehernya dan bercermin, memastikan tidak ada bekas merah di lehernya

“Santai Van, nggak gue cupang kok” Dio duduk santai di tepi tempat tidur

“Nggak beres lo Yo, lo lagi sange atau kesambet apaan?” Revan merapikan pakaiannya

“Kalau sange gimana? Lo mau tanggung jawab?” Sembari mendekati Revan dari belakang dan seketika melingkarkan pelukannya di pinggang Revan dan mengecup kembali tengkuk Revan

I Love You, My BromanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang