Surat 4

44 12 26
                                    

Untuk kamu, yang menyerah pada cahaya

Saya melihat, pukau pada tatap jerit ilalang. Saya mendengar embus menggigil angin gerhana. Saya menepak pada karpet-karpet rumput yang menghangat pada penghujan Februari. Dan saya meraba hangat sentuhan rembulan.

Saya melintas pulau bersama kawanan layang-layang. Terbang, menuju pulau tak bertuan. Mencari tempat tak berhuni, yang dipeluk sepi sepanjang musim. Namun, tak jua tertemu, padahal kepak melemah, mengisyaratkan lelah. Saya putuskan menepi. Beristirahat, berupaya menyambung arang semangat supaya besoknya sanggup kitari seisi bumi.

Tempat menepi, meninggalkan jejak. Saya melepas kenangan, begitu orang bilang. Saya lepas kenangan dan ikat-ikat kekal yang menarik kencang setiap rindu yang terhubung. Bukannya terlepas, justru terjalin menguat. Saya lelah ditarik oleh tangan pemaksa peran. Saya lelah dan saya ingin hening di pintu-pintu pekuburan yang sepi. Diam, dingin, menggigil, sampai tak dapat berkata. Hanya menggertak membisu.

Saya berikrar pada tangan-tangan malam menggenggam janji saya. Saya bersua pada gelagat fajar pagi yang mengoyak sendu. Saya berteriak pada nadi yang digoreskan ranting-ranting gugur yang menggapai nasib perih para pengabar cinta. Saya berjanji, bahwa hingga saya menyerah pada terang fajar, hingga saya takluk oleh terik panas yang merenggut nyawa di siang menepi, hingga saya mati digilas roda-roda rembulan yang mengalunkan nada-nada malam, membangkitkan gelora harmoni, saya berjanji, saya mencintai kamu, dan saya tidak rela melepas kepercayaan saya. Saya percaya, bahkan saat saya tidak lagi melihat cahaya, Tuhan masih bersedia memeluk saya, untuk memastikan segalanya berjalan sekehendak-Nya. Saya percaya, Tuhan selalu mempercayai saya meskipun saya menyerah atas raga hina ini.

Oleh karena itu, saya ingin dunia menerima. Saya ingin dengan tangan terbuka, bumi menerima pijakan saya. Jagad meredam hitam yang saya punya. Semesta menutup kerinduan yang tidak berestu. Dan langit tak berseteru atas kematian saya. Saya ingin, tanah membungkam akhir hayat saya. Dan biar semesta tetap bersahut, bercerita tentang janji saya.

Tersembunyi dalam pekat di suatu tempat terasing,

Saya, yang berikrar

Untuk KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang