Surat 8

13 1 0
                                    

Untuk kamu, yang seringkali merasa kalah akan hal tak pasti

Begitu cepat waktu berganti, menyingkirkan masalah lama. Begitu banyak masalah terlewati, mengelupas, menumbuhkan masalah baru laksana kulit yang terus merekah dan terganti. Lapisan-lapisan energi terkumpul dalam dada membentuk barrier penguat hati. Meneguhkan serta menguatkan pasak keberanian dalam jiwa. Menerangkan gelap kosong pikiran gila.

Saya kembali lagi, menjelma dalam bentuk tak pasti. Terkadang, saya ada dalam rasa takut, atau mungkin dalam perih yang diteriakkan hati. Terkadang, saya hadir dalam afeksi akibat empati yang diikat dengan air mata. Namun, saya pun bisa jadi  ada dalam kehampaan tak berujung dalam ruang jiwa yang kosong.

Saya begitu sering melihat ke dalam nurani yang putih. Saya melihat betapa suci hati itu bermakna. Namun, saya melihat betapa angus api nafsu pun sanggup menodai perkara suci hati mulia.

Saya mencoba berbicara, menjalin kata dengan pikir. Seribu kali saya mencoba dan saya menemukan rasa kekalahan menelusupi pikir. Kalah akan sesuatu yang bahkan pikir pun tak mengetahui. Kalah akan sesuatu yang belum pasti. Kalah akan sesuatu yang belum nampak wujud meski dalam angan.

Hati manusia adalah suatu rupa indah yang nyata dari manusia. Dan setiap kali saya merasakan rasa kalah itu, saya pun melihat bahwasanya hati itu menjadi kian sedih rupanya. Tangisannya membuat ngilu jantung hingga sakit perih tak terperi terasa. Tahukah, kala sedih menodai rupa manusia, kau akan melihat rupa yang kemudian tak ingin kau lihat lagi? Sebab, barangkali itu mengusik hati kecil dan menyentil pikirmu. Maka begitu pun hatinya. Pikirkanlah, seandainya hati tengah meraung. Betapa ia akan tampak pada wajah-wajah manusia layaknya danau jernih yang menampilkan apa yang ada di dalamnya.

Bagaimanakah rupa rasa takut yang menyedihkan itu? Bila kamu ingin saya jelaskan seluruhnya, maka saya tak tau, tak akan pernah tau. Namun, saya bisa mengandaikannya untukmu. Rasa takut ialah laksana awan gelap yang hadirnya membawa petir dahsyat yang menghadirkan khawatir dalam diri. Memunculkan trauma bagi hati. Meluncurkan roket yang ditunggangi brrbagai bencana. Lantas, kamu bertanya-tanya, bagaimana bisa kamu menghadapi hal seakan kematian besar siap menghampirimu?

Selayaknya kamu, saya pun masih selalu mencari. Mencari akan kesiapan, mencari akan suatu solusi, mencari akan suatu keberanian. Saya minta maaf, sebab saya pun masih belum bisa melepas jerat-jerat dari saraf ikat rasa takut itu. Saya masih terperangkap dalam kandang jiwa dan pikir yang penuh sesak akan rasa takut. Saya masih tidak bisa hidup bebas tanpa rasa takut itu. Maaf, karena saya pun masih tak punya cara.

Saat ini, saya hanya bisa berkata, bahwasanya kita adalah pantas ada, kita ada sebagai pemenang, kita ada bukan untuk dikalahkan. Kita adalah pemenang yang kadangkala memang perlu mengalah, mengalah yang tak berarti kalah. Saya hanya bisa meminta, agar kamu, saya, kita, semua manusia selalu percaya bahwa kita selalu menjadi pemenang.

Yang selalu berjuang bersamamu,

Ruhmu, yang menyatu bersama jiwa serta hatimu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Untuk KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang