Cast : Lee Jooheon🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝
Aku menjatuhkan tubuhku di atas bangku taman. Taman yang akhir-akhir ini selalu menjadi tempatku menenangkan diri sebelum pulang ke rumah. Kuhembuskan nafas beratku, lelah, sungguh harus seharian menjalani kegiatan yang tak sesuai dengan keinginan hati.
Lulus dengan gelar dokter memang suatu hal yang sangat diharapkan oleh kebanyakan orang. Tapi tidak denganku, itu sebabnya aku tak lulus ujian masuk perguruan tinggi fakultas kedokteran beberapa bulan yang lalu. Tekanan dari orangtua yang mengharuskan aku untuk menjadi seorang dokter kelak, membuatku harus ikut bimbingan belajar dari pagi hingga sore untuk persiapan menghadapi ujian masuk fakultas kedokteran tahun depan.
Kau anak pintar, kau pasti bisa menjadi dokter nak. Tahun depan kau pasti lulus. Ck. Aku terkadang bingung, apa yang kulakulan ini benar? Mengorbankan mimpi dan kebahagiaanku demi membahagiakan orangtuaku?
Aku melirik ke area bermain anak yang tak jauh dari tempat aku duduk. Melihat tawa riang anak-anak di sana yang nampak sangat bahagia meskipun mereka adalah anak-anak yang tinggal di lembaga sosial dekat taman ini, dan yang ku tahu, anak-anak yang tinggal di sana adalah anak-anak yang kehilangan kedua orangtuanya. Hei, waktu kecil dulu rasanya aku jarang tertawa seperti itu. Masa kecilku bahkan sampai sekarang aku hanya menjalani hidupku sesuai dengan jalan yang dipilih orangtuaku. Entah, sampai sekarangpun untuk membantah bahkan sekedar berkata tidak pada orangtuaku saja aku tak mampu.
Aku tersenyum saat anak-anak itu bersorak kala seseorang yang mereka tunggu setiap sore akhirnya datang, menggunakan kostum badut lengkap dengan rambut brokoli warna warni dan makeup tebal yang menutupi wajah aslinya. Tangannya menenteng dus berukuran sedang berisi lollipop. Anak-anak itu berbaris heboh menunggu giliran mereka mendapatkan lollipop yang sengaja dibagikan si badut.
Setelah menghibur anak-anak itu, seperti biasa, badut itu menghampiriku. Aku tertawa kecil saat ia jatuh tepat di depanku karena tak sengaja menyandung batu. Oke, badut yang satu ini memang selalu membuatku tertawa.
Dia terkekeh lalu duduk di sampingku.
"Selamat sore, gadis manis. Mawar merah untukmu." Ucap si badut dengan suara penuh aegyo yang menurutku sangat menggemaskan.
"Terimakasih tuan Badut." Aku menerima mawar merah yang ia berikan.
"Selalu berbahagialah. Jika kau merasa lelah dan sedih, ingatlah, kebahagiaan akan datang kepadamu suatu saat nanti. Bye bye." Si badut mengacungkan jempolnya sebelum ia pergi meninggalkanku.
============================
Jam sudah menunjukan pukul sebelas lewat dua puluh menit. Aku menutup layar laptopku. Aku memang terpaksa ikut bimbingan belajar masuk fakultas kedokteran, tapi aku tak pernah lalai dalam mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh pembimbingku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monsta X Oneshoot Story ✔ [END]
FanfictionBayangkan saja jika salah satu dari mereka ada di kehidupanmu. 😊 Let's enjoy this simple story 😊 Happy reading.. jangan lupa untuk vote dan comment.. 💕