Seoul, 31 Oktober 2019
Sinar mentari pagi kala itu menembus celah-celah jendela kecil yang diselimuti oleh gordyn berwarna keemasan. Sang sinar mengusik tidur seorang gadis yang sedang menjelajah alam mimpinya, namun terpaksa harus kembali kepada dunia yang sebenarnya.
Dengan berat hati, ia bangkit dari posisi yang menurutnya posisi paling nyaman itu. Setelah beberapa saat mengumpulkan semua kesadarannya, ia berdiri, berjalan tertatih ke arah jendela kemudian menyingkap gordyn bermotif bunga kesukaannya.
Tak ada pemandangan taman ataupun pohon rindang yang menyejukan mata di balik jendela sana, hanya rumah-rumah sederhana yang berjejer dengan jalan sempit yang berada tepat di depan pagar-pagarnya. Seperti biasa, ya, pemandangan pagi yang terlalu biasa untuk si gadis ini.
Ia melirik jam weker yang berada di atas nakas, pukul 8 pagi. Menyadari bahwa ia masih punya 3 jam sebelum ia pergi ke tempat ia bekerja, ia menghela nafas. Setidaknya ia masih sempat sarapan dan membereskan rumah sebelum berangkat kerja.
Tok.. Tok.. Tok..
Si gadis mengerutkan dahinya mendengar bagian dari rumah kost-nya diketuk.
Tok.. Tok.. Tok..
Ia mengikat asal rambut panjang yang belum sempat ia sisir rapi itu sebelum kaki mungilnya bergerak menuju pintu yang beberapa kali diketuk dari luar.
Dengan malas, ia menekan gagang pintu, membukanya lebar-lebar.
"Annyeong." Pemandangan seorang pria berkulit putih pucat dengan senyuman lebar yang terukir dari bibir tebalnya membuat si gadis ini memutar malas bola matanya.
"Shin Wonho, ini masih pagi. Bahkan aku belum mandi." Gerutu sang gadis sambil kembali masuk ke dalam ruangan kecil tempat tinggalnya itu.
Pria yang dipanggil Shin Wonho itu menyeringai tak berdosa sebelum mengekori langkah si tuan rumah.
"Sung Yeongsoo, gadis manakah yang belum mandi kala matahari sudah sibuk menyinari bumi?" Wonho menempatkan tubuhnya di lantai yang ditutupi dengan karpet bulu.
Gadis bernama Yeongsoo itu menenggak segelas air putih dalam sekali teguk kemudian meletakan gelasnya cukup keras ke atas meja. "Aku. Aku si gadis itu." Yeongsoo menuangkan sari buah ke dalam gelas untuk kemudian ia bawa ke hadapan Wonho.
"Apa kau sudah sarapan?" Wonho menggeleng. "Mau kubuatkan ramyeon?" Wonho masih menggeleng, ia kemudian menenggak sari buah yang tadi Yeongsoo berikan.
"Kau belum berangkat kerja?" Wonho meletakan gelas yang sudah setengah kosong di samping tubuhnya.
"Mendapat shif siang." Wonho mengangguk faham. "Ngomong-ngomong, apa yang membawamu kemari pagi-pagi seperti ini?"
Wonho berdehem. "Hanya ingin mengobrol."
"Ck! Biasanya kau menghubungiku tengah malam lalu mengajakku berbincang di cafe yang sepi pengunjung jika hatimu dalam keadaan kacau. Adakah pagi ini juga seperti itu?" Yeongsoo mengambil posisi bersila tepat di hadapan Wonho.
"Yeongsoo-ya, sebagai teman sekaligus fans dari grupku. Bagaimana dan siapa aku di matamu?"
"Hmm." Yeongsoo berfikir sejenak. "Dulu kau bukan siapa-siapa, kau bahkan punya cerita pahit yang mungkin tak semua orang dapat melewati itu. Tapi sebagai teman, aku bangga melihatmu yang sekarang, kau selalu mengerahkan segala kemampuan yang kau bisa untuk grupmu, untuk fans-mu. Kau tak hanya pandai menyanyi dan menari, tapi kau juga selalu menulis lagu yang indah, menciptakan komposisi musik dengan sangat baik, kau bahkan seringkali berpartisipasi dalam aransemen. Ya, kau melakukan itu semua. You always doing a goodjob, Wonho-ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Monsta X Oneshoot Story ✔ [END]
FanfictionBayangkan saja jika salah satu dari mereka ada di kehidupanmu. 😊 Let's enjoy this simple story 😊 Happy reading.. jangan lupa untuk vote dan comment.. 💕