#4 Agatha

65 9 0
                                    

VOMENT kalian sangat berharga bagi aku❤

"Lo cantik juga ternyata."

Deg

Agatha mengerjap berkali-kali, kok jantungnya dangdutan ya?

"Jangan bengong gitu, lo jadi keliatan bego," celetuk Aksa tanpa dosa, membuat Agatha melotot.

Agatha menatapnya kesal, maksudnya apa coba? Tadi muji sekarang ngehina. Dasar cowok.

"Tapi lo jadi tambah gemes," lanjut Aksa membuat jantung Agatha berdebar.

Mama Agatha baper! Pipinya terasa panas, Agatha yakin kalau sekarang pipinya merah. Agatha menahan senyumnya sambil mengalihkan pandangan ke samping.

"Ini kan rumah lo?" tanya Aksa memberhentikan mobilnya.

"Iya, makasih dan maaf udah ngerepotin," ucap Agatha turun dari mobil.

"Istirahatin, kalau masih pusing ke dokter, gue langsung balik ke sekolah," ucap Aksa lembut, dan Agatha hanya mengangguk.

Perlahan mobil Aksa sudah meninggalkan halaman rumah Agatha. Agatha jadi senyum-senyum sendiri. Entah Agatha merasa senang, sampai rasa pusingnya hilang entah kemana.

Apa Agatha balik lagi ke sekolah? Gak ah mending di rumah sambil nonton film-film yang sudah Agatha kumpulkan tadi di UKS sambil nyolong Wi-Fi.

***

Agatha menguap, dilihatnya jam menunjukkan angka 3:20 PM yang berarti Agatha sudah tidur sekitar 2 jam lebih.

Setelah tadi menonton film, Agatha merasa ngantuk dan akhirnya ia tertidur.

"BANGSAT!" teriak Agatha sangat keras membuat orang dihadapan Agatha terlonjak kaget.

"Apaan sih babi, kaget gue," ucap orang itu sambil memegang dadanya.

"Ya lo ngapain disitu?" tanya Agatha heran.

"Tadinya gue mau lihat lo, udah baikan atau belum, ternyata lo lagi tidur, ya udah gue nunggu lo bangun sambil nyontek tugas mtk dari bu Daryani minggu lalu," jawab orang itu, yang tak lain adalah Devan.

"Tenang gue gak apa-apain lo," tambah Devan sambil melanjutkan menyalin tugas mtk di bukunnya.

Agatha menatap Devan kesal, seenaknya masuk kamar orang. Huh untuk temen.

Agatha bagun dari tempat tidurnya, ia berniat mengambil air di dapur, tapi Agatha melihat banyak makanan di meja makannya.

"Devan ini makanan dari siapa?" teriak Agatha keras, padahal jarak dapur dengan kamar Agatha sangatlah dekat.

"Tadi gue beli, takutnya lo gak masak," jawab Devan tak kalah keras.

"Ihh perhatian banget sih, makasih ya," ucap Agatha yang tiba-tiba ada di samping Devan.

"Hmm, yuk makan bareng, gue juga belum makan," jawab Devan berjalan menuju meja makan.

Akhirnya mereka makan bersama. Sebenarnya Devan sudah sering datang ke rumah Agatha untuk membawakan Agatha makanan atau hanya sekedar menemani Agatha.

Sejak umur 14 tahun, Agatha sudah harus tinggal sendiri, dan Devan lah yang selalu ada di samping Agatha. Agatha sangat bersyukur memiliki teman seperti Devan.

Tak sadar bibir Agatha terangkat membuat senyuman yang sangat manis.

"Napa lo senyam-senyum, otak lo gak geser kan?" tanya Devan keheranan melihat Agatha yang tiba-tiba senyum sendiri.

Agatha menatap Devan dalam. "Makasih ya Dev udah selalu ada buat gue, maaf juga selalu buat lo repot," ucap Agatha tulus.

Devan tertegun, ia menatap Agatha lekat.

"Gak perlu bilang makasih itu udah kewajiban gue, dan gak perlu minta maaf karena gue gak ngerasa direpotin sama lo," jawab Devan lembut sambil tersenyum hangat.

Agatha tak bisa menahan lagi air matanya, cairan bening itu menetes tanpa permisi di pipi Agatha.

"Gue gak bisa bayangin kalau gak ada lo, gak ada yang peduliin kalau gue lagi sakit, gak ada yang ngasih makanan kalau gue lagi lapar, gak ada yang ngasih semangat kalau gue lagi butuh dukungan," ucap Agatha sambil menangis tanpa terisak.

"Bahkan keluarga gue pun gak ada yang peduli sama gue," lanjut Agatha menahan napas nya, mencoba menahan agar tak terisak.

Devan berdiri dari tempat duduknya, ia memeluk Agatha erat, mencoba memberikan kekuatan kepada Agatha.

Jujur Devan tidak bisa melihat Agatha menangis, hatinya selalu sakit, seakan apa yang Agatha rasakan bisa dirasakan oleh Devan.

"Lo jangan mikirin orang yang gak peduli sama lo, tapi lo pikirin betapa banyak orang yang sayang sama lo, bahkan sangat," ucap Devan memeluk Agatha semakin erat.

Tubuh Agatha bergetar, Agatha sangat lemah ketika membicarakan tentang keluarga, dan tidak ada yang tahu soal itu, kecuali Devan.

"Jangan pernah tinggalin gue," ucap Agatha membuat tangisannya pecah.

"Gak akan," jawab Devan membiarkan tangisan Agatha pecah dalam pelukannya, karena Devan yakin, itu bisa membuat perasaan Agatha sedikit lega.

Setelah beberapa menit, tangisan Agatha terhenti. Menyebabkan mata Agatha bengkak, pipi dan hidungnya merah, membuat Devan tersenyum.

"Udah nangisnya?" tanya Devan melepaskan pelukannya.

Agatha mengangguk. "Maaf bajunya jadi basah," jawab Agatha sambil menatap nanar baju Devan yang basah karena air matanya.

"Hmm udah biasa, bahkan tadi gue ngerasa ingus lo ikutan ngebasahin baju gue," ucap Devan terkekeh.

Agatha yang melihatnya ikut tersenyum, Devan selalu bisa membuatnya tersenyum disaat semua orang berusaha tuk menyakitinya.


HappyReading❤

Kalau kalian suka cerita ini, jangan lupa VOTE & COMENT ya :)


Makasih.

AgathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang