7. First love, Sabilanry Poses

16 1 0
                                    

Destan Sanjaya

Senja memerah, aku masih memikirkan Sabil. Sedih menguasai hatiku. Penyesalanku telah begitu saja meninggalkannya. Aku tidak berniat, aku sudah menelpon agensi untuk menjemputnya. Karena aku harus menemui mama di Rumah Sakit, mama akan menjalani operasi jantung. Aku tidak bisa tidak menemani mama. Maafkan aku Sabil. Kemana perginya dia? Ku coba menghubungi handphonenya namun tidak aktif & mencoba mengecek ke agensinya jawaban mereka dia sedang keluar kota. Masih saja aku berkutat dengan layar sentuhnya. Sesekali menarik nafas panjang tanda kegelisahanku. Aku memikirkan hal yang diluar batas. Akankah? Hal yang kulihat mungkin saja tidak nyata, Sabil seorang artis mungkin gambar itu hanya editan seseorang yang tidak bertanggung jawab. Aku berulang meyakinkan hati.

Sampai hari kedua belum ada informasi terbaru. Pihak Agensinya mengatakan bahwa Sabil ada sesi pemotretan di Raja Ampat. Mungkim lusa dia balik ke Jakarta. Rasa rinduku memuncak seperti gunung api dengan status waspada. Mungkin aku akan benar - benar gila. Sabil. Maafkan. Aku terlalu tidak peduli padamu waktu itu. Rasa bersalah meninggalkan perempuanku. Aku meninggalkannya di kamar hotel dalam keadaan aman. Namun gambar yang kulihat, dia bersama Rino. Mencintainya dalam diam sangat menyita pikiranku. Hari ini akan ku cari dia, akan ku datangi dan akan ku pinang dia menjadi istriku. Menjadi bagian keluarga Sanjaya. Pendampingku.

"Rekomendasi anda yang terbaik apa nona?"

Sambil melirik beberapa cincin berlian yang terpampang di etalase kaca. Cantik. Nona berusia rata - rata 22 tahun itu tersenyum menawan, dengan begitu luwes dia mulai bercuap memamerkan beberapa cincin berlian padaku. 10 cincin sudah ada di atas etalase. Mereka semua sangat pantas di linkarkan ke jari manis Sabil. Nona itu mencoba memilihkannya untukku. Cincin bermata satu ukuran merica dilengkapi dengan pilinan permata yang lebih kecil dari permata awal. Sangat cantik. Mengamatinya dengan seksama, 5 menit kemudian aku menjatuhkan pilihanku. Cincin rekomendasi nona tadi kuambil. Ini akan kubawa, akan ku pinang belahan jiwaku.

Cincin ini yang pasti bukan hal pertama yang kuberikan kepadanya. Beberapa tahun lalu saat usia kami masih kurang lebih 10 tahunan awal pertemuanku dengan Sabil. Sosok bidadari kecil itu menari di depan mataku. Saat itu adalah acara keluarga besarnya, dan papa diundang karena memang relasi keluarga Poses. Saat itu aku telah diam - diam memperhatikan Sabil. Gadis kecil yang kutemui waktu itu berubah karena waktu demi waktu namun kecantikannya tidak pernah berubah. Dia memakai gaun bak putri di negeri dongeng. Bibirnya yang merah, rambut coklatnya, bulu mata lentik membuatku terpana. Aku menghampirinya, menjabat tangannya dan mengajaknya bermain. Kala itu, dia begitu ceria. Cantik, supel dan terlihat sangat bahagia. Kami menghabiskan malam penuh kegembiraan di pesta kakek Poses. Dia sangat cerewet menurutku. Takkan diam kurang dari 10 detik. Kekehku dalam hati mengenangnya.

"Destan"

Mama memanggilku, kakek Poses tersenyum padaku. Aku menghampiri dan salam kepada beliau. Beliau mengelus kepalaku. Memberikan sepatah dua patah kata nasihat orang bijak. Nasihat itu menancap dari otakku. Kharisma kakek Poses tidak terkalahkan. Cara bicaranya, cara beliau tersenyum dan gerakan tubuhnya sangat memanjakan mata beliaku. Lama aku menikmati perbincangan mama, papa, dan kakek Poses. Aku memang sengaja diikutkan karena pewaris perhotelan Sanjaya.

Ku lepas gelang tali pemberian mama, ku pegang tangan Sabil dan memakaikannya. Gelang tali berwarna hitam bermanik permata itu sudah melingkar di tangan Sabil. Pas dan makin menawan. Gelang yang sangat kucintai karena itu adalah warisan keluarga Sanjaya untuk diturunkan ke menantu cucu pertamanya. Aku memilih hatiku. Aku memilih dia untuk menjadi pendamping hidupku. Teman, sahabat, kekasih, adik, kakak, istri. Wanitaku. Sabilanry Poses. Kamu cinta pertamaku. Aku mengusap air matanya perlahan, matanya sembab. Wajah jelitanya masih utuh. Gadis kecil yang kuingat masih sama.

Cahaya Kehangatan 1, 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang