5. Siapa kamu?

9 1 0
                                    

Destan Sanjaya

Aku masih memikirkan perempuan itu. Jelas sekali dia menatapku dengan tajam. Kenapa dia? Siapa? Kenapa tidak asing dengan wajah perempuan itu. Tadi ada beberapa teman memanggilnya Poses. Seberapa tenarnya dia? Menghela napas panjang.

Ku ambil laptop dan langsung ku buka mbah google. Penasaran dengan keluarga Poses. Perempuan itu yang membuatnya.

Beberapa nama sudah muncul, disini tertulis Sabilanry Poses pas dengan fotonya. Ku lebarkan mataku terpana dengan kecantikannya. Harus ku akui dia memang cantik. Matanya, rambutnya, tubuhnya, dan semua yang menempel tampak indah jika dia yang memakainya. Sabilanry Poses, aku mungkin akan melawan getir ini untuk mendekatinya. Setan apa yang merasukiku aku tidak peduli, ini nama dari istilah jatuh cinta pada pandangan pertama. Dia anak konglomerat. Keluarga Poses begitu kaya raya. Liburan mereka pun nggak main - main. Sederet kota di berbagai dunia mereka singgahi. Dasar nih perempuan. Cantik yang menyakitkan bagiku. Seleb yang mungkin tidak akan punya privasi. Seleb yang selalu disorot kamera. Apakah aku siap? Entah.

Dia mahasiswi lulusan UI tahun lalu. Berpendidikan. Aku berniat meminangnya. Tidak ada yang tidak buatku. Ambisiku ingin menikahinya. Damn. Pikiran apa ini. Jangan sampai aku menyesal seperti hubunganku dengan Merra. Dia baik diawal namun gila diakhir. Aku tidak ingin mengingatnya. Dokter cantik dengan gangguan mental. Menurutku.

Agensinya "AWAKE"? Ingin ku tertawa geli, siapa sih yang membuat ide nama ini. Aku harus mencari tau lebih. Dia menjadi milikku.

"Pak Destan,  mrs. Bianca sudah saya hubungi dan jadwal pertemuan anda hari ini padat."

"Terima kasih Lina."

Hari ini padat. Alhamdulillah. Masih sibuk. Masih sehat. Jadwal yang dirapikan sekertarisku sangat ketat. Kapan aku akan menikmati masa lajangku. Terlalu banyak memikirkan Sabilanry Poses membuatku gugup.

Aku memperhatikan wajahnya. Memang dia wanita berbeda. Aku tersenyum sendiri menikmati kehangatan ini. Layar laptop yang menyala - nyala tak membuat pedih mataku. Ada yang mengetuk pintu.

TOK TOK TOK

Aku membunyikan loceng tanda mempersilahkan masuk. Lina masuk dengan tergesa. Dia menyerahkan catatan tentang jadwal pertemuan yang mendadak. Hotel Sanjaya akan bekerja sama dengan sebuah  Event  Organizer. Mereka memajukan jadwal pertemuannya. Jam 10.00 wib. Setengah jam lagi. Aku meminta Lina membawa beberapa berkas.

Hasil meeting sangat bagus. Kami sepakat dengan semua yang dijabarkan. Untuk event perdana,  EO Yongwa akan mempromosikan Hall Hotel Sanjaya. Tiga hari lagi ada jadwal pemotretan. Tema yang di ambil akan sangat menguntungkanku. Wedding. Promosi yang memberi benefit untuk kedua belah pihak.

Melihatnya untuk kedua kalinya,  hati ini masih berdebar. Ku lihat jam masih pukul 4 sore. Jarumnya seakan menari di pelupuk mataku. Aku ingin sekali melihatnya.

Hari ini jadwal pemotretannya. Aku akan mengeceknya. Sabilanry Poses yang menjadi modelnya. Aku tidak sabar ingin melihatnya. Rasa rinduku memuncak,  ku ambil kunci mobil dan segera pergi. Dengan cepat aku melesat menghampirinya. Jalanan memang padat. Tetapi aku tak habis akal. Ku pesan ojek online.

Aku tertegun melihatnya. Dia sangat cantik dengan balutan gaun pengantin. Bidadari dunia. Betul sekali komentar konyol di beberapa artikel. Kecantikannya membuatku takjub. Dia begitu mudah tersenyum. Berbeda,  dia sangat berdeda. Bisa bersosial?  Dia tampak dekat dengan kru. Senyumnya tulus. Berbeda saat aku bertemu dengannya untuk yang pertama kali. Dia begitu angkuh. Aku juga. Kita sama Sabil.

Aku tiba di Hall, sudah sepi. Aku berlari ke luar ruangan. Mencoba mencari sisa keberadaan tim Sabil. Aku melihat manajernya dari kejauhan. Aku mendekat namun Sabil tidak ada. Langkahku terhenti saat ku lihat wanita pujaanku di sudut ruangan sebuah cafe. Aku menyusulnya dan tepat di hadapannya. Dia tidak meresponku. Sepertinya dia ingin tidur. Dia mulai menempelkan pipinya ke meja. Dia mulai tertidur. Perlahan kedua matanya terpejam. Tidak habis pikir,  dia bisa tertidur di tempat umum seperti ini. Lucu dan juga ceroboh. Aku akan menjaganya. Membiarkan pulas sejenak. Bulu mata lentik, bibir mungilnya dan suguhan wajah bagai dewi terpampang nyata di hadapanku.  Tidak ku pungkiri aku memang telah jatuh hati padanya. Entah. Aku sungguh jatuh cinta padanya. Sabilanry Poses.

Sabtu pagi, rumah Destan.

"Biarkan semua berjalan alami. Kamu terlalu memaksanya"

Nasehat Rino menghunjam jantungku. Masih bocah, kata - katanya. Bagaimana aku bisa diam, sabar menunggu jawaban Sabil. Kamu tidak memahaminya.

Rino bersandar, tatapannya menerawang. Dalam. Seperti biasanya memang kebiasaan. Mata sendu penuh misteri. Dia tersenyum memamerkan gigi gingsulnya. Bocah ini. Aku meliriknya terus. Dia kembali tersenyum saat melihat isi HPnya. Aku penasaran. Hal apa?

Pagi ini aku ada meeting dengan klien. Membahas persiapan pembukaan cabang hotel Sanjaya di luar negeri. Di Praha. Ini kali kedua aku melakukannya. Hotel pertamaku di Havana. Butuh 2 tahun untuk membangunnya. Aku terlalu lama tinggal di negeri orang. Hotel Sanjaya sudah di kenal masyarakat umum. Hotel bintang 5 kami jadi pilihan pertama. Aku mewarisinya dari Ayahku yang sudah meninggal 1 tahun lalu. Sebagai pewaris tunggal, tanggung jawabku besar.

"Gue pulang Destan,"

"Biasanya ngopi dulu untuk berbagi cerita."

"Lain kali, gue ada urusan."

Aku mengangkat tanganku. Mempersilahkannya pergi. Rino adalah anak dari sahabat Ayah. Om Budi Heryawan. Dia juga ahli waris group BudiHa. Bergerak dibidang perhotelan juga. Salah satu pesaing hotel Sanjaya. Karena usianya masih 19 tahun hak waris akan diberikan saat dia berusia 25 tahun. Sementara ini dikelola oleh pamannya.

Rino Haru Heryawan

Ingin segera ku temui.

Ikatan tampar kapal boot segera ku lepas. Aku akan segera menemuinya. GPS di kapal boot super mewah ini membantu. Cuaca yang bersahabat denganku. Cerah. 10 menit terasa lama bagiku. Akhirnya aku melihat kapal ikan. Milik papa. Semoga dia tidak terkejut melihatku. Aku sangat mengaguminya. Sama seperti perasaan Destan padanya. Aku sama. Mencintainya juga. Sabilanry Poses.

Pintunya terbuka,  gelombang air lautnya tenang. Angin mendukung. Aku melihatnya tengah duduk. Lesu. Kucel namun tetap di mataku dia cantik. Apakah aku keterlaluan telah membuatnya seperti ini? Aku masih terus saja ragu.

Dia melihat ke arahku. Ketakutannya jelas. Matanya membenciku. Aku hampir putus asa. Dia mundur bergeser. Dia tegang sekali. Aku tetap mendambakannya. Semakin dekat,  ku raih tangannya. Gemetaran. Aku memeluknya. Terdiam. Isak tangisnya terdengar. Dia menangis namun tak menyentuhku. Tubuhnya kedinginan, nyaris menggigil. Ku belai rambut coklatnya lembut. Ku kecup pelan. Dia lemah. Saat ini hanya aku sandarannya. 

"Sabil,  lihat aku"

Dia menatapku. Kali ini sendu,  berlinang air mata. Ku usap perlahan air matanya. Matanya memerah. Dengan kedua tanganku ku angkat wajah ayunya. Dia mengadu. Dia tidak berkata apa - apa.
Aku tersenyum untuk menenangkannya. Aku hanya ingin bersamanya. Tak kan ku biarkan Destan memilikinya. Dia hanya untuk ku.

Kami kembali ke dermaga. Mencoba manjadi tiang penyanggahnya. Dia memegang erat tanganku. Asing baginya. Namun dia tak banyak bicara.

"Siapa kamu? Dimana ini?"

Dia bertanya dengan wajah sayu, aku menatapnya. Ku belai rambutnya.
Di rumahku. Hatiku berbisik.

"Kamu aman sekarang, jangan takut. Bukannya kita sudah pernah sekali bertemu."

Dia menolehku curiga. Banyak ekspresi yang ku dapatkan darinya hari ini. Masih memegang tanganku. Dia berjalan di sampingku. Wajah cantiknya tak hilang meskipun penampilannya sekarang berantakan. Gaun yang dia pakai sudah tak berbentuk. Warnanya bukan warna aslinya. Ada memar di pergelangan tangan dan pelipis kirinya. Namun masih seperti bidadari. Sabil. Kami menyusuri jalan dermaga berlantai kayu. Masuk ke sebuah villa. Ini rumah non permanenku. Bangunan tepi pantai. Ayahku perancangnya. Bangunannya berada di atas air laut yang biru. Perairan dangkal, tampak ikan warna warni di dalamnya. Pemandangan yang sayang jika terlewat.

"Silahkan,  anggap rumah sendiri. Pakai kamar mandinya. Tidak apa - apa."

Dia mengangguk pelan.

"Aku akan menunggumu di luar"

===nitakurnia===

Cahaya Kehangatan 1, 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang