[𝟶𝟷] its a she?

897 96 51
                                    

Jam menunjukkan pukul sepuluh. Waktunya para perwakilan eskul untuk keliling kelas 10 untuk memperkenalkan eskulnya.

Termasuk Kenan dan beberapa anggota paduan suara yang dipanggil oleh ketuanya.

"Sorry banget gue manggil kalian kesini. Tapi gue juga butuh kalian buat bagiin kertas pendaftaran calon anggota ke anak kelas 10. Gue lupa ngebagiin pas demo eskul. Kalian semua itu orang-orang yang gue percaya buat megang padus setelah gue lengser. Makanya gue kalian yang datengin kelas-kelas karena ntar yang mimpin kalian, bukan gue." jelas kak Tantri sekalu ketua eskul paduan suara saat itu.

'Percaya kutu kupret. Males gue.' —Tantri

'Kalo males ngomong aja kali. Pake bacot segala.' —Serlia

'Gaje tot.' Endah

Juga keluh kesah lain yang didengar oleh Kenan. Kenan hanya menghela nafas dan meraih selembaran yang ada di tangan Tantri lalu membaginya dengan ketiga temannya.

"Yuk. Biar ga buang-buang waktu." ajak Kenan lalu pamit pada Tantri sebelum pergi menuju daerah kelas 10 bersama ketiga rekannya tak lain Serlia, Dimas, dan Endah.

"Mulai darimana?" tanya Endah.

"10-7 dulu aja." saran Dimas sambil menunjuk kelas yang dimaksud. Kelas tersebut terlihat ramai. Menandakan bahwa tidak ada guru atau senior di dalamnya.

"10-2 sama 10-4 juga," ucap Serlia.

"Jadi gimana? Mencar?" sorot wajah malas terpancar dari Endah yang tidak pandai berbicara di depan umum.

"Bareng aja. Mulai bareng, beres bareng,"

"Males bareng."

○●○●○

"Jangan lupa ya! Kalau berminat, kumpul di rukes pas pulang sekolah." ucap Serlia kepada adik-adik kelasnya.

"Kalau gitu, sekian dari kami. Salam solmisasi!" tutup Endah yang diikuti rekan-rekannya lalu keluar dari ruangan.


"Akhirnya beres juga," ucap Dimas setelah pintu tertutup sambil mengusap tengkuknya yang pegal.

"Iya ya, gak kerasa tapi cape juga." saut Serlia.

"Ngantin dulu kuy! Laper gue." ajak Endah sambil memegangi perutnya dan membuat ekspresi memelas yang membuat rekan-rekannya jijik.

Sementara teman-temannya berbicara, Kenan sibuk mendengarkan isi pikiran orang lain.


'Kak Jefri ganteng, tapi aku minatnya padus...'

'Jiwa ragaku sudah di futsal!'

'Mamah bolehin paskib ga, ya?'

'Why I'm so needy right now,'


Kenan seketika menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke tembok di sebelah kirinya dengan ekspresi kaget.

Sebenarnya itu bukan pertama kalinya ia mendengar hal semacam itu. Tapi, kali ini –untuk pertama kalinya– ia mendengarnya dari perempuan.

○●○●○

Kenan masih diam. Ia masih memikirkan hal yang tadi. Baginya, itu normal jika berasal dari laki-laki. Ia sering mendengarnya dari teman-temannya. Tapi kali ini dari perempuan!

dirtymind. [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang