[𝟷𝟿] my girls

212 40 21
                                    

"Sal," ingin rasanya ia pura-pura tidak dengar panggilan lelaki itu. Sayangnya, lelaki itu sudah sampai ditempatnya lebih dulu.

"Lo kok sekarang suka telat sih?" tanyanya, begitu sampai dihadapan Salsa.

"Lagi latihan kak," ucap Salsa, berharap lelaki itu segera pergi.

"Gue cuma nanya, jawab aja dulu,"

"Kak—"

"Jawab dulu." potong Kenan.

"Telat gimana kak?" tanya Salsa, seolah tidak mengerti. Padahal, kini ia sengaja untuk datang bersama Rosa dan Haikal. Tidak lebih awal seperti dulu. Ia sengaja menghindari Kenan.

Namun, Kenan malah sering menghampirinya ditengah-tengah latihan seperti ini.

"Ya gitu, biasanya kan lo suka udah ada disini sebelum gue." ucap Kenan.

"Oh.. Engga, gapapa." jawab Salsa seadanya.

"Lo kenapa sih Sal?" Salsa terdiam.

'Gue males.' —Salsa

"Males? Males berangkat apa males eskul?" mendengarnya, seketika seluruh anggota menjeda aktivitasnya dan seluruh perhatian berpusat kepada mereka berdua. Salsa melebarkan matanya ketika Kenan bertanya seperti itu.

"Lo sembarangan banget sih kak!" nadanya meninggi, emosinya menyulut. Ia kesal karena Kenan sembarangan bertanya seperti itu, apalagi di depan anggota paduan suara yang lainnya.

Kenan kaget dengan reaksi Salsa, "gu— gue gak— bukan gitu Sal,".

"Nan, lagi latihan," tegur Sonya sambil merangkul Salsa. Kenan yang bingung harus bicara apa pun segera meninggalkan Salsa.

Sebenarnya Kenan hanya rindu dengan kehadiran Salsa yang selalu menemaninya sebelum eskul dimulai. Ia butuh teman bicara.

Terutama mengenai masalah keluarganya yang terlalu rumit untuk dijelaskan dari awal. Namun Salsa sudah terlanjur mengetahui segalanya dan menjadi satu-satunya tempat curhatnya mengenai hal itu.

Namun Salsa sudah malas untuk bertatap muka dengan Kenan. Bukan, bukan karena ia benci. Tapi ia malas untuk berpura-pura seolah segalanya baik-baik saja setiap kali berbicara dengan Kenan.

Ia selalu harus menutupi fakta bahwa hati kecilnya masih menginginkan Kenan. Namun ia juga ingin Kenan bahagia. Dan bahagianya itu bukan dia.

Sonya mengelus-elus lengan adik kelasnya itu. Ia bisa sedikit mengerti dengan perasaan adik kelasnya karena ditanya hal yang seperti itu, terlebih di tengah-tengah latihan.

"Udah Sal, gue yakin lo gak gitu." hibur Sonya pada adik kelasnya itu. Senior yang dekat dengan Salsa hanya Sonya dan Cut.

Namun Cut terlalu lugu untuk ukuran seorang senior. Berbanding terbalik dengan Sonya yang terkesan dewasa.

Dan kedua seniornya itu sangat tahu kalau bernyanyi sudah mendarah daging di tubuh Salsa. Tidak mungkin jika ia malas bernyanyi.

Salsa memaksakan senyumnya, "iya kak, makasih.". Sonya membalas senyumnya dan terus mengelus lengan adik kelasnya itu.

"Cari angin dulu yuk," ajak Sonya.

"Ta—"

"Gue yang izinin." potongnya. Salsa pun hanya bisa menurut dan mengikuti Sonya keluar, menuju kantin.

"Lo ada sesuatu ya sama Kenan?" tanyanya. Salsa hanya menunduk, menatap kakinya. Ia tidak ingin menjawab. Ia takut malah menjelekan Kenan.

"Cerita aja, gapapa." bujuk Sonya yang kembali tak dibalas oleh Salsa.

dirtymind. [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang