[𝟸𝟷] disappointed

192 46 37
                                    

Luthfi berjalan menuju kantin. Atau lebih tepatnya, meja favoritnya dengan teman-temannya.

Teman-temannya yang duduk di meja itu tidak percaya dengan pemandangan yang mereka lihat saat itu.

Luthfi dengan rambut hitam.

Semua orang tahu, Luthfi selalu khas dengan rambutnya yang tak pernah berwarna normal.

Senormal-normalnya, hanya berwarna coklat yang tak begitu gelap. Sehingga semua orang tahu bahwa warna rambutnya tidak alami.

Tapi kali ini, Luthfi datang dengan rambut hitam pekat.

Luthfi menduduki salah satu bangku dengan santai. Sementara teman-temannya masih menatapnya dengan tidak percaya.

"Tyo..." panggil Fathur pelan.

"LO KESAMBET APA NJING?!" seru Fathur sambil memegangi kedua kepala Luthfi dan memeriksa sekitar kepalanya. Memeriksa takutnya ada benjolan atau tombol di kepalanya.

Suara Fathur yang cukup keras itu sampai ke telinga tiga orang gadis yang tengah makan sambil berbincang kecil di salah satu meja kantin yang ada.

"Anjir kak Atuy ngapa dah," ucap Marisa yang tengah menonton Fathur yang seperti orang primitif yang baru pertama kali melihat api.

Sedangkan Rosa, di tempatnya hanya geleng-geleng kepala dan berdoa dalam hati "semoga kak Jef ga ketularan".

Berbeda dengan Salsa yang menjadi tak tenang. Ia memalingkan wajahnya ke arah kanan juga tangan kirinya yang terus menutupi sebagian wajahnya.

Ia masih tidak bisa bertatap muka dengan Luthfi sejak saat itu. Ia mati-matian berusaha untuk menghindari Luthfi. Tapi tetap saja, pasti bertemu.

Marisa yang merasa terganggu dengan tingkah aneh temannya itu pun buka suara, "lo kenapa sih Sal? Kaya orang ke-gep nyolong sempak aja."

Salsa langsung melotot ke arah Marisa yang duduk tepat di depannya. Untunglah Luqman tidak bergabung dengan mereka. Kalau tidak, mungkin mereka sudah menjadi pusat perhatian saat itu.

Tidak, bukan karena ucapan Marisa yang asal ceplos. Tapi karena suara tawa Luqman yang menggelegar.

"Lo gak pede sama rambut baru lo? Kalo gitu sih ngapain dipotong." ucap Marisa yang menyeruakan asumsinya. Diikuti dengan anggukan Rosa yang masih sibuk makan.

Semua teman-teman Salsa tahu bahwa Salsa itu gadis yang anti rambut pendek. Namun kini gadis itu datang ke sekolah dengan rambut sebahu.

Bahkan pagi itu tidak ada yang percaya bahwa dia adalah Salsa. Hingga mereka melakukan berbagai kuis aneh untuk membuktikannya.

Rosa pun kini menoleh ke arah Salsa yang masih setia dengan posisinya. Lalu ia mengamati seluruh penjuru kantin. Atau lebih tepatnya sedang menscan setiap wajah yang ada.

"Gak ada kak Kenan Sal," ucapnya setelah selesai menscan kantin saat itu. Bahkan ia berusaha mengamati setiap orang di masjid sekolah yang letaknya cukup jauh dari kantin.

"Emang gak ada." jawab Salsa yang sesekali mengintip ke arah meja Luthfi yang cukup ramai dengan anak-anak berandal lainnya. Sialnya, Luthfi juga tengah menatapnya.

Dengan cepat, Salsa kembali menutupi wajahnya dengan tangan dan memalingkan wajahnya ke kanan.

"Terus?" tanya Marisa yang hanya dibalas dengan gelengan oleh Salsa.

"Siapa sih Sal? Kak Kenan beneran gak ada. Paling juga kak Tyo gituan." ucap Rosa. Salsa tetap diam dengan posisi yang sama. Tidak berniat membalas ucapan Rosa.

dirtymind. [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang