Kenan tersenyum menatap gadis di depannya yang tengah antusias menceritakan kegiatan tarinya.
Sesekali Kenan merapihkan rambut gadis itu yang terus berpindah ketika gadis itu bercerita. Sesekali ia juga modus mengelus kepala gadis itu hingga gadis itu salah tingkah.
"Apa sih?" ucapnya dengan malu-malu lalu tertawa dengan mulut yang di tutup satu tangan. Namun tangan itu Kenan tahan.
"Jangan. Kamu cantik kalo lagi ketawa." ucapnya yang dibalas pukulan ringan oleh pacarnya yang kembali tertawa.
"Apa sih Nan.." Kenan hanya tersenyum manis menanggapinya.
Kini mereka tengah berada di sebuah cafe yang cukup sepi. Cocok untuk pasangan seperti mereka. Tidak, ini bukan cafe Wildan. Karena kencan mereka bisa terganggu disana.
Mereka sebenarnya sudah cukup lama menjalani hubungan di belakang teman-temannya. Hanya Tegar dan Wildan yang tahu —oh, dan Salsa. Entah mengapa, ia hanya tidak ingin mengumbar hubungan mereka.
Tiap ditanya, Kenan selalu menjawab seolah ia masih dalam tahap pendekatan. Padahal... ya kalian juga tahu.
Yuli selalu menjadi tempat Kenan berlabuh ketika lelah akan drama kehidupannya. Segalanya selalu berakhir dengan Kenan yang sudah berada di depan rumah Yuli.
Oh ya, tentang orang tua Kenan, ayahnya sudah pergi lagi setelah kejadian malam itu. Beralasan pergi berlibur dengan teman sekolahnya meski Kenan yakin itu hanya alibi.
Tetapi, ibunya Kenan masih juga belum mengetahui hal itu. Kenan dan Yazid masih bungkam. Tak siap dengan reaksi ibunya nanti.
Seperti Kenan saat ini yang tengah menghabiskan waktunya mendengarkan pacarnya bercerita. Membuang seluruh pikiran tentang masalah keluarganya dan memfokuskan dirinya pada pacarnya.
"Eh Nan, aku sekarang punya temen baru lho disini," ucapnya dengan antusias.
"Oh ya?" Yuli mengangguk-anggukan kepalanya dengan antusias.
"Emang ada yang mau temenan sama kamu?" canda Kenan yang membuat senyum di wajah Yuli memudar. Digantikan raut wajah kesal yang mengundang tawa Kenan.
"Marah ya? Canda sayang~" ucap Kenan yang masih tertawa sambil mengelus rambut Yuli pelan. Yuli menepis tangan Kenan.
"Apa sih. Gak lucu." ucapnya dingin sambil membuat jarak diantara dia dan Kenan.
'Minta maaf kek.'
"Iya, maaf yaa.." ucap Kenan sambil meraih salah satu tangan pacarnya yang lagi-lagi di tepis.
'Kurang.'
'Bujuk lagi lah.'
"Iya iya, aku bercandanya gak lucu ya? Maafin aku yaa?" bujuk Kenan mengikuti keinginan gadis itu.
'Pegang lagi kek.'
'Paksa gue liat lo kek.'
Kenan pun meraih kembali tangan Yuli dan mendekat juga menundukan kepalanya hingga menempel pada meja. Berusaha menatap gadisnya yang tengah menatap kue di hadapannya.
Kenan menyingkirkan kue itu dan menggantikan tempatnya dengan wajahnya. Memaksa Yuli melihatnya seperti keinginannya.
"Sayang~ maaf ya?" ucapnya memohon. Yuli membalas dengan helaan nafas dan tersenyum simpul.
"Gak gitu lagi ah." gerutu Yuli. Kenan hanya mengangguk dan mengelus rambut gadis itu lagi. Yuli, gadisnya yang sulit —atau bahkan tak bisa— di ajak bercanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
dirtymind. [HIATUS]
Fiksi Penggemarkenan yang bisa mendengar suara batin orang lain sudah biasa mendengar suara-suara aneh dari imajinasi teman-temannya. tapi, kali ini he heard it from a girl [] bahasa | AU | harsh word | local name | semi rated [] --- #1 - qiankun [06102019]