Semerdeka kau dan senyaman aku. Pilihan terakhirku. Akhirnya aku menjadi munafik. Mengiyakan hanya untuk memperbaiki keadaan dan menolak untuk menjadi korban.
"Tengelamkan, sisi manusia tak punya hati," ujarku penuh amarah.
Lelah. Sungguh sudah saatnya bermalasan dan bersifat cuek. Akhirnya menyerah dan mencoba mengabaikan. Menahan rasa sakit dan menjadi sosok yang jahat.
Kau yang mengajarinku. Memperlihatkan kalian orang yang sama.
Smirik, hanya senyuman licik itu awal aku mulai melawanmu, menjadikan kau musuh yang akan terabaikan.
Selamat kau akan terbebas dariku dan aku akan tersingkir begitu saja. Jangan lagi menunjukkan kepura-puraanmu. Membuat aku menjadi semakin jahat dengan membencimu. Tak ingin mengurungmu dihati.
"Abaikan saja makhluk aneh ini." aku berkata penuh emosi.
Anggap saja kita satu sama. Sudah saatnya kita disejajarkan untuk menjadi musuh. Musuh akan perasaan masing-masing.
Semakin kau menahanku, semakin aku membencimu. Tak ingin berdiam tapi hanya ingin mencoba nekat karna tak tahan menunggu lama.
"Cantikkan!" seruku tersenyum bangga.
Merasa akan menang walaupun belum ada akhirnya. Hanya ingin mengajarinmu lebih memahami sebuah arti pengertian dikedua sisi. Bukan hanya menerima konsekuensi.
Mencoba semuanya, mencoba memberanikan diri bermain api hanya untuk tahu cara memadamkan api tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa? Kau tertarik denganku
RandomKetika Kau menyadari Aku ada untukmu tapi semuanya telah berakhir.