Berlari berasa percuma. Sekarang aku hanya mencoba menunggu dan melihat bagaimana kau menyelesaikannya.
Keren, itu kesanku. Melihat usahamu yang tidak terindahkan.
"Begitu caramu," pikirku, diluar naluri tapi sungguh penuh emosi.
Tak bisa banyak komentar hanya bisa terus memberi dorongan sekadar penyemangat sebagaimana tugas bayang-bayang.
Ya, bayang-bayang. Itulah pilihanku. Pilihan yang aku ambil ketika aku tahu kau akan gundah tak ada diriku.
Menyerah, untuk meraih kebahagian. Itu harapanku. Merasa kau telah berubah menjadi lebih tertata sehingga aku terbuai kembali masuk dalam taktikmu.
"Hahhaah," ucapku penuh bahagia. Merasa kalah tapi tetap senang karen aku tahu kau tidak diam saja dan tetap berupaya menjalankan proses itu.
Terhanyut membuatku sakit tanpa sadar masuk kelubang yang sama dengan alasan yang berbeda tetapo dengan orang yang berbeda, sungguh keren.
Dalam diam hati ini menangis. Menahan rasa yang harus ditahan. Menyimpan perasaan yang seharusnya tidak hadir disaat aku tak ingin, perasaan semu itu nyata adanya. Sakit,. Hanya itu yang dapat mengambarkan luka ini. Luka yang kembali kau torehkan didalam sisi lemah ini.
Lemah akan tipu daya takdir yang mempertemukan pada sosok beda tapi memiliki aura sama. Aku yang terhanyut akan panggilan tersebut sehingga tanpa sadar kembali mejadi orang bodoh yang hanya dibutuhkan bukan diinginkan.
Memikirkan kembali pun hal tersebut sudah digariskan. Apa guna keluh kesah. Memperhatikan dulu sampai hati ini lelah dan menjadi jenuh, disaat itu kau akan kehilangan kesempatan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa? Kau tertarik denganku
RandomKetika Kau menyadari Aku ada untukmu tapi semuanya telah berakhir.