3. Halte

1.9K 199 15
                                    

Jangan lupa jejak kalian yaaa...







Hari semakin sore, Aurel pun merasa lapar sekaligus pusing, sedangkan Revan dari tadi memperhatikan Aurel terus sampai Aurel salting, Handphone Aurel pun habis Batrai dan ia lupa bawa Powerbank.

sudah sekitar 30 menit mereka saling bungkam. Petir, Angin bahkan air sudah nyaris sejajar dengan trotoar.

Jangan banjir please -Revan.

"Keknya hujannya awet nih Rel, mau terobos aja ga?" Kata Revan

"Boleh deh Rev, udah bosen juga" kata Aurel sambil bersiap memasukan  handphone ke dalam bindernya agar tidak kena air.

"Ayok!" Revan dan Aurel pun menaiki motornya dan berlalu dari Halte itu.

Revan hanya memakai kemeja putih dan tidak memakai kaos, ditambah bajunya basah membuat Aurel seperti melihat Revan tanpa baju, untungnya Aurel memakai Hodie milik cowok itu, kalau tidak tanktop hitamnya pasti bakal nyeplak.

Kalian tau kan kalau jok vespa itu ga seberapa? Posisi mereka benar-benar dekat, Revan juga ngebut dan reflek Aurel memeluk Revan.

Senyum Revan terbit, hahaha kalau kayak gini tidak ada salahnya kan kalau Revan memilih putar-putar sebentar.

Rumah Aurel disekitar kawasan Mataram dan dengan jahatnya Revan memilih putar-putar Area BlokM

"Loh kok kesini Van? Jauh dong muternya, mending belok kiri aja tadi sebelum Sma Al-Azhar" kata Aurel

"Biasanya disana banjir Rel, Vespa gua bisa mogok ntar" kata Revan sambil tersenyum miring.

"Eh kok jadi lurus ke BlokM si Van?" loh kok jadi ke BlokM? Tadi Aurel sudah bilang alamat rumahnya ke Revan.

"Udah diem aja" Revan menarik tangan kiri Aurel dan melingkarkanya di perutnya, tangan Aurel dingin. Revan menggenggam tangan itu sedangkan tangan kananya memegang stang motor agar tetap berjalan.

Hujan juga dari tadi ga reda-reda, sumpah Aurel merasa Dejavu sekarang, ia pernah baca adegan seperti ini di novel.

Jalan Sisingamangaraja, saksi bisu awal mula keanehan jantung Aurel.

Pas di Lampu merah Asean, kesempatan Aurel buat melepaskan tangannya diperut Revan tapi malah Revan menarik tangan kanan Aurel dan mengunci kedua tanganya.

"Udah gausah dilepas" kata Revan sambil melirik Aurel di kaca spionnya.

Wangi parfum Revan, Air Hujan dan juga mungkin saja keringat dalam satu kesatuan mungkin bakal jadi wangi favorit Aurel mulai saat ini.

Tadinya Revan mau mengajak Aurel jalan lebih lama lagi tapi keadaannya tidak memungkinkan, tangan Aurel sudah dingin sekali.

"Depan belok kiri, nah itu rumah yang pager Moka" kata Aurel sambil menunjuk rumahnya.

Revan berhenti didepan pagar rumah itu, elegant namun sederhana itu gambaran rumah Aurel.

"Mampir dulu Van?" tawar Aurel

Revan tersenyum lalu "kapan-kapan aja Rel, maaf banget ya udah bawa lu ujan-ujanan, janji deh gak kek gitu lagi" kata Revan

"iya gapapa, makasih ya" ucap Aurel

"Iya, yaudah gua pulang dulu.. sana masuk masih gerimis juga ini" Revan turun dari motornya lalu tersenyum lembut ke Aurel dan mengacak rambutnya.

"Bye" pamit Revan tak lupa Aurel mendapat satu kedipan dari Revan sebelum cowok itu bener-bener pergi.

Aurel pun masuk ke rumahnya, dalam keadaan basah.

"Assalamualaikum" bisik Aurel , lalu masuk secara mengendap-ngendap supaya abangnya atau keluarganya tidak tau dia pulang dalam keadaan basah.

FUCKBOY [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang