Mata Keanu mengerjap karena bias cahaya matahari yang masuk lewat celah gordennya. Mengerang lelah, Keanu kembali menutup matanya karena rasa kantuk yang masih menderanya. Padahal seharusnya dia harus segera bangun, karena harus mengecek para pekerjanya. Jika hari beranjak siang, Keanu yakin, pasti dia sendiri yang akan stress nantinya.
Akhirnya, dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul, Keanu beranjak dari tidur nyanyaknya dan langsung menuju kamar mandi, setidaknya dia harus tampak segar pagi ini. Sebenarnya, Keanu lelah harus bekerja full time, tapi inilah pilihannya, mau tidak mau.
Satu-satunya tulang punggung keluarga adalah dirinya. Keanu masih memiliki seorang adik perempuan yang masih sekolah menengah atas. Ayahnya sudah tidak bisa beraktifitas lagi karena sakit ginjal yang di derita, menyebabkan beliau tidak bisa melakukan pekerjaan berat. Sebagai anak laki-laki, Keanu memiliki tanggung jawab yang tinggi untuk memenuhi kehidupan keluarga.
Lagipula, Kevin sudah menyerahkan seluruh perkebunan miliknya untuk Keanu kelola. Terbukti benar, bahwa Keanu lebih dari mampu mengelolah perkebunan tersebut. Bahkan, tidak hanya sayuran saja, ada juga perkebunan buah-buahan untuk menyuplai pasar-pasar serta restauran.
"Selamat pagi, Bi." Sapa Keanu kepada pembantu yang sedang menyiapkan sarapan pagi.
"Pagi, Den. Mau kopi atau susu?"
"Kopi aja, Bi." Keanu duduk sambil meraih surat kabar hari ini. "Tolong bangunin Keandra, Bi, bilang disuruh saya."
Ya, Keanu sekarang ada di Bandung. Kebetulan hari ini adalah peringatan hari kematian Ibunya. Keanu sengaja pulang untuk ziarah. Disamping itu, dia juga mau memantau perkebunan miliknya. Dia memang mempercayakan perkebunan kepada mandor yang tak lain adalah temannya sejak kecil, tapi Keanu juga harus memastikannya sendiri. Dia tidak ingin ada kecolongan hal sekcil apapun.
"Baik, Den."
Tak seberapa lama, Ayah Keanu duduk di kursi seperti biasanya. Beliau melirik Keanu yang sudah terlihat rapi pagi-pagi, biasanya, jika pulang ke Bandung, Keanu akan bangun siang dan mengecek perkebunan menjelang sore.
"Kamu mau kemana, Kak?" Sejak kecil, kedua orangtuanya memang memanggil Keanu dengan sebutan Kakak dan Keandra dengan sebutan Adek, katanya untuk melatih kesopanan antar saudara.
"Mau ziarah ke makamnya Ibu sekalian ke kebun, Yah." Kevin-Ayah Keanu hanya menganggukkan kepala. "Ayah nggak ikut?" Biasanya Kevin akan membeli se-buket bunga mawar putih, kesukaan mendiang istrinya.
"Ayah sudah kesana kemarin," Keanu mengangguk pahan. Ayahnya mungkin sedang merindukan Ibunya, hingga membutuhkan waktu sendiri untuk ziara. "Kak, adikmu ingin kuliah di Jakarta," Keanu menatap Ayahnya sambil mengerutkan dahi, karena Ayahnya mendesah lelah. "Dia sepertinya ada masalah dengan pacarnya, karena tiba-tiba ingin kuliah kesana."
Pantas saja Ayahnya terlihat murung, Keanu memahami perasaan beliau yang begitu berat ditinggal Keandra. Bukan apa-apa, Keandra adalah kesayangan Kevin setelah mendiang sang istri. Wajah Keandra selalu mengingatkan Kevin pada Kuntum-almarhumah istrinya. Jika Keanu adalah fotocopy dari Kevin, maka Keandra ada fotocopy Kuntum. Mereka ibarat pinang dibelah dua.
Namun sayangnya, Keanu lebih dekat dengan Ibunya, itulah mengapa saat beliau tidak ada, Keanu terpukul bahkan berubah menjadi sosok yang dingin. Keanu lebih menghabiskan waktunya untuk bekerja. Bahkan tidak pernah lagi mengajak Keandra bermain atau jalan-jalan. Keanu menjadi sosok yang menutup diri dari dunia luar bahkan keluarga sekalipun.
"Pagiiiiiii" seruan penuh semangat itu datang dari Keandra yang baru saja keluar dari kamarnya. "Wah, kakak pagi-pagi udah ganteng aja, mau kemana?" Keandra duduk di samping Keanu dan meminum susunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Salad
Roman d'amourKecintaannya pada Salad membuat Karin bertemu dengan Keanu, si Manusia kaku dan pelit senyum. Pembawaan Karin yang ceria bertolak belakang dengan Keanu yang selalu serius. Akan kah mereka bisa bersama?