2 • Over The Light

483 38 13
                                    

Sorenya, masih seperti sore-sore biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sorenya, masih seperti sore-sore biasanya. Seusai kuliah berakhir, Kyra kembali menaiki TransJakarta untuk meninggalkan kampus. Bila kalian berpikir Kyra adalah mahasiswi kupu-kupu yang memiliki kepanjangan kuliah-pulang-kuliah-pulang, itu tidak sepenuhnya benar. Alih-alih pulang, Kyra menaiki bus menuju kafe—tempatnya bekerja paruh waktu. Kafe dengan nama Over The Light itu merupakan salah satu kafe terkenal di ibu kota yang memamerkan tempat yang instagramable—khas tempat favoritnya generasi zaman now.

Sesuai dengan nama kafenya, desain kafe ini dibuat dengan kaca. Terutama pada bagian dinding terluar, menyebabkan banyak cahaya yang masuk. Begitu pula pemisah bagian ruangan ber-AC dan smooking area, disekat dengan kaca. Di smooking area, ditanami dengan tanaman monstera, bird of paradise, dan rubber plant.

Untuk bagian dalam, dindingnya dihiasi dengan lukisan tanaman, beberapa ada lukisan flamingo berwarna pink dan putih. Di sisi lainnya juga, terdapat wall lights bertulisan 'but first, coffee'. Dari quotes yang dipilih untuk wall lights saja sudah dapat ditebak kalau menu utama kafe ini adalah kopi. Bohlam yang menggantung di atap kafe pula menambah kesan cozy, yang orang sekali lihat pun sudah terasa kalau kafe ini sangat nyaman dan instagramable banget. Seolah semua itu belum cukup, di setiap malam Jumat, Sabtu, dan Minggu diadakan penampilan live music. Meski tidak terlalu besar, kafe ini bisa dibilang kafe favorit di daerah Senopati.

Tidak butuh waktu lama untuk Kyra tiba di Over The Light mengingat jarak yang tidak terlalu jauh dari kampusnya berada. Baru saja Kyra memasuki kafe, dirinya sudah disambut oleh sapaan rekan kerjanya. "Baru dateng muka udah butek aja, Ra."

"Biasa lah, kehidupan mahasiswa." Kyra menghendikkan bahunya. "Lo udah lama dateng?"

Bayu—salah satu rekan Kyra yang satu shift dengannya sore ini, sudah menggunakan apron coklat di balik kasir. Bayu lebih tua dua tahun dari Kyra, tetapi Kyra tidak terlalu menganggap perbedaan umur mereka. Well, Kyra bukan gadis yang menjunjung nilai sopan santun nomor wahid. Bayu juga tidak mempermasalahkan panggilan Kyra padanya yang tanpa embel-embel 'Kak' atau 'Mas'. Katanya, biar lebih akrab juga.

"Kenapa tuh? Tugas banyak? Dosen nyebelin?" tebak Bayu. "Nggak, kok. Baru dateng juga. Baru banget selesai make apron."

Kyra menghela nafas. "You know that so well." Tentu saja Kyra tidak menjelaskan detilnya alasan dia suntuk banget sore ini. Selain esai dari Pak Handoko, jawabannya adalah ya karena that freaking guy, Sangga.

Bayu tertawa. "Namanya hidup, Ra. Kalau mau kuliah enak mah hidup di sinetron aja." Tawa lolos dari mulut Kyra mendengar guyonan Bayu. "Mendingan lo buruan gih, taro barang-barang lo. Si Niken lagi rungsing tuh. Kayaknya lagi berantem sama cowoknya."

Niken merupakan rekan kerjanya juga. Dia hari ini dijadwalkan ber-shift di siang hari, di shift sebelum Kyra, yang otomatis berarti Kyra lah sang pengganti shiftnya.

See The LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang