7 • Kyra Sakit

224 19 1
                                    

Keesokan harinya Kyra sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya Kyra sakit. Awalnya masih biasa saja, tetapi efek alerginya malah bertambah parah di keesokan harinya lagi. Kyra pikir setelah tidur seharian di hari minggu dirinya akan membaik, tapi dugaan Kyra meleset. Ternyata alergi bulu kucingnya separah itu. Kepala pusing, hidungnya bertambah meler dan gatal, terus-terusan bersin, matanya berair, dan sesekali bengek-nya kambuh. Sungguh menyiksa bagi Kyra. Sudah lama alergi bulu kucing Kyra tidak kambuh, sekalinya kambuh membuat keinginan untuk rebahan dan bergelung di dalam selimut sehariannya sangat tinggi.

Mata Kyra melirik jam dinding kamarnya yang ternyata sudah menunjukan pukul hampir 11 siang. Sepertinya Papa sudah pergi ketika Kyra mengingat-ingat sebuah bayangan beliau pamit pergi sesaat Kyra tidur beberapa menit yang lalu. Atau bahkan beberapa jam yang lalu? Pasalnya Papa tidak curiga mengapa Kyra belum siap untuk ke kampus ketika beliau membuka pintu kamarnya dengan pakaian yang sudah rapih.

Kyra tidak terlalu memusingkan papanya yang tidak tahu menahu tentang kondisi badannya. Biarlah seperti itu. Karena sejujurnya dia justru merasa tidak terlalu nyaman kalau mama dan papanya tahu dirinya sedang sakit. Entah karena apa, tapi itu sudah cukup menjadi kebiasaan Kyra. Meskipun sepi, namun kesendirian membuatnya jauh lebih nyaman.

Kembali ke situasi semula. Kalau sudah sakit seperti ini, Kyra begitu malas untuk turun ke bawah demi mencari sesuatu yang bisa dimakan agar setelahnya dapat meminum obat. Menurut Kyra itu cukup ribet bagi orang yang sedang sakit. Oleh karena itu, dirinya kembali menarik selimut sampai ke leher, dan memutuskan untuk tidur beberapa jam lagi alih-alih brunch. Biar nanti saja makannya, sekalian makan siang.

Tetapi semesta seolah tidak mendukung rencana Kyra. Ponselnya berdering hebat ketika baru saja Kyra merapatkan kedua matanya. Suara dering telefon, dari nomor tak dikenal. Kyra benar-benar ingin menyumpah-serapahi siapapun yang menelefon dan telah mengganggu waktu istirahatnya ini. Tanpa pikir dua kali, Kyra me-reject telefon tersebut, dan me-silent ponselnya.

Tapi bodohnya Kyra, mode silent ponselnya masih meninggalkan getar ketika ada notifikasi. Jadi ketika nomor tersebut menelefon untuk kedua kalinya, tetap saja hal tersebut mengusik tidur Kyra mengingat ponselnya dia letakan di sebelah bantalnya. Dengan sabar Kyra mengambil nafas dalam, lalu berusaha berpikir positif. Setelah dipikir-pikir bisa jadi ini nomor orang penting, misalnya asdos yang menangkap basah dirinya titip absen gitu? Kalau sampai iya sih bisa mampus Kyra telah me-reject telefonnya. Meski Kyra tidak yakin ada asdos yang seperti itu.

Dengan berat hati Kyra mengangkat telefon tersebut setelah dia mengambil posisi duduk dan berdeham terlebih dahulu untuk melegakan tenggorokkannya yang terasa kering.

"Ha--"

"Kok telefon gue di reject? Lo di mana? Bawa kemeja gue kan?" tanya sang penelefon di seberang sana berentet yang bahkan Kyra belum sempat menyelesaikan sapaannya. Mendengar suara itu Kyra langsung tahu milik siapa suara ini.

See The LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang