5. Pelukan

2.3K 59 0
                                    

Alina berlari menuju ruang osis dan menangis di sana, ia masuk ke ruangan nya lalu menangis tanpa ia sadari ada orang yang mengikuti nya masuk ikut duduk di sebelah Alina lalu merengkuh Alina dalam pelukannya, Alina terkejut lalu mengangkat pandangannya, ternyata Dimas

"Jangan nangis Na, hati gue sakit liat lo nangis"

"Kenapa dia hiks hiks enggak bisa jawab Dim, gue kasi dia pilihan tapi-"kata Alina sambil menangis

"Udah jangan di lanjutin gue denger semuanya Na" Alina langsung melepas pelukan Dimas dan menghapus air matanya

"Kok bisa? "

"Gue di balik tembok luar dan gue denger semuanya, lo keluar sambil nunduk nangis lagi makanya lo enggak liat gue "

"Kenapa dia gitu si Dim ,iya gue tau gue salah dan gue udah minta maaf, ya gue tau dia sayang gue tapi kenapa sampe gini, gue kasih dia pilihan dan dia enggak bisa jawab"kata Alina parau

"Oke kalo itu pilihan dia, kita liat aja Dewa atau gue yang bakal akuin lo sebagai pacar ke semua orang"kata Dimas santai

"Gue gini karena gue enggak mau cewe yang gue sayang nangis cuma gara gara pengecut ,gue udah rela ngalah dari dia dan sekarang dia malah buat lo nangis, liat lo nangis gini gue jadi nyesel enggak perjuanin lo Na, gue ke kelas dulu ya jangan nangis lagi" setelah mengatakan itu Dimas pergi dari sana menuju kelasnya

"Dimas sayang gue, perjuangin, gue cewe yang dia sayang, ampun masalah apa lagi ini Dewa belum kelar tambah Dimas,pusing gue "gumam Alina dengan menutup wajah menggunakan ke dua tangannya

" apa gue terlalu enggak ngerti in Bara?, ya tapi dia bentak gue, ya gue tau dia cemburu ,dan cemburu tu tanda sayang tapi ah gila tambah gila, mungkin gue bisa bicara in nanti di sini gue yang salah dan yang salah harus minta maaf" Alina bermonolog lalu beranjak dari duduknya ia ingin ke kamar mandi untuk membasuh muka.

Belum jauh ia berjalan tangan nya di pegang oleh seseorang
"Eh beb Alin mau kemana? " kata seseorang itu

"Lepasin deh Wa" ya dia Dewa, Dewa berniat ke ruang osis karena ada urusan

"Lo kenapa abis nangis, siapa yang bikin lo nangis " Dewa menuntun Alina kembali ke ruang osis, selama berjalan Alina menundukkan pandangan nya ia tak mau Dewa tau kalo dia sedang menangis

"Duduk, liat gue Al" Dewa mengangkat dagu Alina, melihat Alina menangis Dewa langsung menarik Alina ke pelukannya

"Cerita ke gue ,lo kenapa? " bukannya mereda malah tangis Alina semakin kencang

"Lah malah tambah kenceng nangis nya buset, diem woi tar gue di kira ngapa-ngapain lo" sambil mengusap punggung Alina

"Gue nangis gara-gara lo "

"Gue? Karena masalah tadi, ya gue minta maaf, gue becanda Al, cup cup udah ya nanti gue kasi esklim deh"

"Bukan itu yang gue maksud Wa" batin Alina

Tanpa mereka sadari di sana ada seorang anggota osis wanita yang melihat adegan pelukan Dewa dan Alina, Dewa kurang jeli, karena tidak menutup pintu ruangan tersebut dan menyebabkan seseorang bisa masuk tiba-tiba .

Wina melihat adegan tersebut langsung pergi karena ia sadar di waktu yang tidak tepat, dan ia rasa ini bisa menjadi bahan perbincangan dengan teman-teman nya.

Setelah dirasa Alina cukup tenang, Dewa melepas pelukan Alina

"Gue tau lo nangis bukan gara-gara masalah tadi, mungkin lo belum siap cerita ke gue, kalo udah siap lo boleh cerita ke gue karena hati gue selalu terbuka buat lo"Dewa berkata serius sambil menatap mata Alina

"Jelek tambah jelek muka lo Al, lo kira muka lo imut gitu kalo nangis"

"Ngeselin banget deh Wa, " sambil menjambak rambut Dewa

"Sakit sayang, durhaka loh jambak suami ,minta maaf" Dewa sambil menyodorkan punggung tangan nya

"Najis" Alina langsung beranjak dari sana, berjalan menuju kamar mandi membasuh muka dan kembali ke kelasnya,
Sampai dikelasnya ternyata sedang free kelas, duduk di tempat duduknya dan menelungkupkan kepala nya ke meja

"Lah dateng dateng lemes amat bocah"
"Biarin lah Ris, kayak enggak tau aja dia abis dari mana"

"Diem deh kalian gue pusing"

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang