27. RAHASIA TERBONGKAR

115 31 37
                                    

"Manusia tidak akan melakukan sesuatu jika tidak ada unsur pendorong untuk melakukan hal itu."

-Anonim

---

"Masuk!" ucap Ghafa dari dalam ruangan kerjanya.

Ghafa mendongakkan kepalanya ketika pintu ruangannya telah dibuka oleh seseorang. Pria itu mengerutkan keningnya, lalu tersenyum. "Tumben banget kamu ke sini, Di? Ada apa?" tanyanya seraya menatap anak semata wayangnya itu.

"Gadi minta sama Papa, hentikan pertunangan ini!" ucapnya dengan nada setenang mungkin. Ia tidak mau basa basi dengan papanya itu.

Ghafa menatap Gadi tidak suka, "apa alasanmu meminta Papa menghentikan pertunangan ini? Bukankah kamu masih suka sama gadis yang kamu temui di rumah sakit itu? Siapa namanya? Oh iya, Gitara. Kamu masih suka dia kan? Makanya karena kamu suka sama Gitara, Papa gak nyuruh kamu yang bertunangan." Ghafa menjelaskan dengan nada yang tak kalah tenangnya.

"Ini bukan soal Gadi, Pa! Tapi ini soal Gali! Kenapa Papa gak mikirin perasaan Gali dulu sebelum melaksanakan pertunangan ini?"

Ghafa terkekeh sebentar, seolah yang dikatakan Gadi itu hanyalah sebuah lelucon. "Sejak kapan kamu peduli sama Gali? Papa nyuruh dia tunangan supaya dia ada gunanya diadopsi. Kalau gak ada gunanya, percuma Papa adopsi dia dong? Dia juga gak nolak kan?" ujar Ghafa sekenanya.

Gadi mengepalkan kedua tangannya menahan emosi. Ia tidak menyangka pemikiran papanya bisa selicik itu.
"Tapi, Pa. Setidaknya pikirkan perasaan Gali dulu. Dia itu udah punya pacar, Pa!"

"Siapa yang peduli tentang itu. Lagian Papa tau kok, siapa pacar Gali. Gitara kan? Seharusnya kamu bersyukur Papa jodohin Gali sama Abiola. Jadi kamu bisa pacaran sama dia," ujar Papanya yang semakin membuat emosi Gadi terpancing.

Gadi menggeleng-gelengkan kepalanya. "Terserah! Aku sama sekali enggak ngerti sama Papa. Tapi aku mohon sama Papa. Setidaknya ngertiin perasaan Gali. Jangan nganggap dia sebagai alat untuk ngelanjutin perusahaan Papa aja! Dia juga manusia, Pa!" ujar Gadi. Lalu cowok itu memilih untuk keluar dari ruangan kerja Ghafa sebelum emosinya meledak.

***

Gadi menatap heran ke arah cowok yang saat ini sedang duduk bersama empat sahabatnya. Cowok itu tidak sengaja melihat Vian yang sedang mengobrol dengan Raga dari jendela markasnya.

"Vian, gimana cara biar cool kayak lo? Kan biasanya para cewek zaman now, suka banget sama cowok yang dingin-dingin manjah." Terdengar suara Kiki yang bertanya pada Vian.

Vian hanya menatap sekilas ke arah Kiki. Lalu ia kembali mengobrol dengan Raga.

Ya, dia dan Raga memang sudah saling kenal. Raga itu anak temannya rekan bisnis Papa Vian. Jadi wajar saja mereka bisa berteman.

"Eh, anjir! Kacang mahal! Kacang mahal! Kacangin aja dedek," ujar Kiki mendramastis.

"Lo bisa diam gak sih, Ki?! Dari tadi pertanyaan lo itu mulu! Cari aja sana di yutub gimana cara jadi dingin!" suruh Rano.

Dari tadi Kiki memang keukeuh menanyakan bagaimana cara cowok agar terlihat cool di mata para cewek. Awalnya ia menanyakannya kepada Raga, tapi tidak ada gunanya ternyata. Karena cowok itu dengan seenak jidatnya menjawab.

"Masuk aja lo ke dalam kulkas. Ntar, kalau udah keluar bakalan jadi dingin."

Kampret emang. Dikira Kiki bodoh apa, bisa disuruh kayak begituan?! Untung dia tidak punya otak udang kayak Jinan. Sehingga ia masih bisa berpikir cerdas.

ABOUT THEM (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang