20. MASA LALU GITARA

107 42 129
                                    

"Apapun yang kita lakukan di masa sekarang. Tidak akan pernah mengubah kejadian di masa lalu."

-Anonim

---

"Good morning everybody!" ucap seorang guru yang berumur empat puluh tahun. Guru itu melangkahkan kakinya memasuki kelas XI IPA 4.

"Good morning madam!" ucap murid IPA 4 serentak.

Guru yang bernama Mari itu tersenyum ke arah semua muridnya. Lalu Bu Mari menatap ke bangku yang berada di belakang Gitara.
Wanita itu tampak mencari seseorang.

"Ehm, guys. Where is your class leader?" tanyanya.

Semua murid memutar bola matanya jengah mendengar pertanyaan Bu Mari itu. Mereka paham sekali siapa yang dicari oleh guru genit itu.

Siapa lagi kalau bukan Gadi. Entah kenapa setiap Bu Mari masuk, pasti hal yang ia cari pertama kali adalah Gadi.

"I don't know madam!" ucap para cowok serempak. Sedangkan para cewek hanya diam.

Bu Mari berdecak tidak suka.
"Kenapa kalian enggak tau? Gadi itu teman sekelas kalian kan? Seharusnya kalian tau dimana Gadi. Bukannya jawab seenaknya kayak gitu," omel Bu Mari.

Lagi dan lagi para murid memutar bola matanya jengah mendengar omelan Bu Mari itu. Mereka tau seperti apa akhirnya pembicaraan ini.

"Oke. Yang merasa cowok cepat cari Gadi! Saya nggak mau tau ya, sebelum ada Gadi kalian nggak boleh masuk!" titah guru itu dengan seenak jidatnya.

Para cowok berdecak tidak suka. Guru genit itu memang sangat sayang sekali kepada Gadi.

"Assalamualaikum!" ucap tiga cowok yang sudah berdiri di depan pintu IPA 4.

Para cowok menghela napas lega ketika melihat Gadi sudah sampai di kelas dengan tampang tidak berdosanya.

Bu Mari memutar kepalanya menghadap ke arah pintu. Bibirnya langsung membentuk senyuman setelah tau siapa yang datang.

"Walaikumsalam. Ayo, Di masuk." suruh guru itu dengan semangat. Rasanya ia sudah rindu dengan anak muridnya yang satu itu. Wajah Gadi selalu mengingatkan wanita itu dengan idolanya yang berada di korea selatan sana.

"Kok kita nggak disuruh masuk juga sih, Buk?" protes Rano.

"Iya Buk. Padahal kita juga di luar nih." sambung Kiki. Mereka berdua tidak terima diperlakukan tidak adil.

Bu Mari mengalihkan pandangannya menatap dua anak laki-laki yang berada di samping kanan dan kiri Gadi. "Ya udah. Kalian juga masuk!" ucapnya.

Kiki dan Rano tersenyum, "makasih buk," ucap mereka serempak.

Lalu mereka bertiga melangkahkan kaki memasuki kelas.

Semua murid rasanya ingin protes. Biasanya siapa yang terlambat akan dihukum dulu sebelum masuk.

Mereka seolah lupa kalau Bu Mari samgat menyayangi Gadi. Mana mungkin guru itu menghukum anak kesayangannya sendiri.

Saat Gadi akan duduk di bangkunya, tiba-tiba suara Bu Mari memanggil namanya.
"Gadi, sini dulu sebentar Sayang!" ucap Guru itu dengan suara genitnya.

Para cowok mengedikkan bahunya ngeri mendengar ucapan Bu Mari itu. Walaupun guru itu sudah sering memanggil Gadi dengan sebutan sayang, tapi masih juga tidak menghilangkan rasa geli mereka.

"Iya, madam," ucap Gadi. Cowok itu membalikkan badannya untuk menuju meja guru.

Semua mengernyitkan keningnya heran mendengar ucapan Gadi itu. Biasanya Gadi akan semangat sekali menjawab ucapan Bu Mari itu.

ABOUT THEM (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang