28. DAMAI

101 33 45
                                    

"Menyelesaikan masalah akan lebih mudah jika kita mempermudahnya sendiri. Jangan memperumit masalah itu."

-Anonim

----

"Gue bisa kenal sama Gitara itu karena kita pernah satu panti asuhan, Di."

"Hah? Satu panti? Jadi Gitara anak yatim juga?" tanya Gadi.

Raga menganggukkan kepalanya. Gadi memasang ekspresi tidak percayanya.
"Lo tau, Yan?" tanyanya seraya menoleh ke arah Vian.

Vian menggelengkan kepalanya. "Enggak, gue enggak tau apa-apa soal ini," jawabnya.

Gadi kembali menatap ke arah Raga. "Kapan? Kapan lo ketemu Gitara di panti itu?"

"Sebelas tahun yang lalu. Gue lumayan dekat sih sama Tara. Tapi waktu dia diadopsi dan Gue juga diadopsi, kami gak ada komunikasi lagi," aku Raga.

Sejenak Gadi berpikir. Sebelas tahun yang lalu ia juga bertemu dengan Gitara di rumah sakit. Dan seingatnya cewek itu masih menceritakan tentang orang tuanya yang menemaninya saat di rawat. Jadi, kenapa bisa Gitara menjadi anak panti? Atau jangan-jangan orang tua Gitara meninggal saat Gitara operasi? Satu menit dia berpikir, sosok Gali melintas di pikirannya. Kalau Gitara anak panti, Gali anak panti juga. Jangan bilang mereka satu panti? Mungkin saja kan, dari situlah Gali dendam sama Gitara dengan embel-embel pembunuh.

"Lo panti di mana, Ga?"

"Panti Kasih Bunda."

"Anjir! Ini benar-benar anjir ini mah!" Gadi mencari sesuatu di ponselnya. Setelah menemukannya, ia langsung menyodorkannya ke Raga.
"Lo tau dia?"

Raga mendekatkan matanya ke foto yang ditunjukkan oleh Gadi itu.
"Ini kan kak Sigit. Dia juga satu panti sama gue, Di. Dan lebih tepatnya. Dia kakaknya Gitara," ujar Raga.

Gadi membulatkan matanya kaget. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya. Gali kakaknya Gitara? Kalau memang iya, kenapa Gali bisa-bisanya meneror Gitara tiap bulan. Dan kenapa juga ia menjadikan Gitara sebagai pacarnya.

"Pasti Gali ada dendam sama Gitara. Makanya dia ngelakuin ini," ucap Vian mengeluarkan pendapatnya.

"Dia dendam apa sih sama Gitara?! Itu adik dia loh! Kenapa dia bisa-bisanya nyakitin adiknya sendiri! Kenapa?" tanya Gadi frustasi. Sungguh ia masih bingung dengan semua ini. Satu teka-teki dipecahkan. Dan teka-teki lain muncul lagi.

"Bentar, Ga. Kata lo, lo sama Gitara dan Gali satu panti, kan? Kenapa Gitara enggak tau Gali itu abangnya. Sedangkan lo aja tau kan?" tanya Vian.

"Nah, iya bener. Kenapa Ga?"
sambung Gadi.

Raga nampak berpikir. "Jadi gini ceritanya. Gue kan emang udah dari bayi ya di panti itu. Trus pas Bang Sigit masuk ke panti gue itu, Gitara belum masuk. Bang Sigit itu disayang banget sama Ibu Panti. Makanya gue ingat dia meskipun kita gak pernah ngobrol. Gue juga dengar orang tua Bang Sigit itu udah meninggal keduanya. Makanya Bang Sigit di masukkan ke panti. Sedangkan Gitara adiknya, dia itu masih koma pasca operasi. Waktu Gitara bangun dari operasinya dan dimasukkan ke panti yang sama kayak gue, Bang Sigit udah diadopsi sama orang. Katanya orangnya kaya banget. Makanya Ibu panti mau-mau aja ngasih Bang Sigit ke orang itu," ujar Raga.

"Kenapa Gitara bisa gak ingat ya, kalau Gali itu abangnya? Ya, walaupun gak pernah ketemu selama di panti. Kan bisa aja Gitara ingat pas lihat wajah Gali." Gadi mengeluarkan pendapatnya.

"Mungkin Gitara kehilangan ingatan dia setelah operasi. Siapa tau kan?" ujar Raga.

"Emang bisa? Gara-gara operasi kita ilang ingatan?" tanya Gadi.

ABOUT THEM (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang