||EPILOG

285 32 136
                                    

"Tetaplah tersenyum. Meskipun aku tidak lagi berada di sisimu."

-Someone

---

Dua tahun kemudian...

Seorang cewek sedang duduk di tempat peristirahatan terakhir seseorang. Cewek itu memeluk batu nisan seseorang yang sangat berarti untuknya.

"Hiks." Gitara tak kuasa untuk tidak menangis saat mengingat semua masa lalunya.

Kenapa dia terlalu cepat pergi meninggalkan dunia yang kejam ini.

Padahal Gitara belum melakukan sesuatu yang membuat orang itu bahagia.

Selama ini mungkin Gitara hanya menyusahkannya.

Gitara rasanya ingin memutar waktu kembali. Ia ingin memeluk orang itu dengan erat sebelum semua ini terjadi. Ia ingin mengatakan semua perasaannya dan mencurahkannya kepada orang itu. Ia ingin menangis di pelukan orang itu lagi.

Semuanya hanya harapan semu Gitara yang tidak akan pernah terjadi. Cewek itu harus menerima kenyataan bahwa dia telah pergi untuk selama-lamanya.

Ia tidak akan bisa melihat wajahnya lagi. Hanya kenanganlah yang bisa mengingatkan semua tentangnya.

Meskipun dua tahun berlalu dengan begitu cepat, tapi perasaan kehilangan tidak dapat dienyahkan dalam diri Gitara.

Seorang cowok menghampiri Gitara. Ia menatap kasian ke arah cewek yang paling ia sayangi itu.

"Abang... Kenapa Abang tega ninggalin aku sendiri. Hiks Kenapa Bang? Kenapa? Katanya Abang sayang sama aku. Tapi kenapa Bang? Kenapa Abang ninggalin aku? Aku kangen Abang. Aku pengen meluk Abang lagi. Aku..."

"Udah, Beb. Udah. Gali udah tenang di sana. Jadi jangan sedih lagi. Nanti Gali juga ikutan sedih liat adiknya nangis." Gadi memeluk Gitara yang terlihat sangat rapuh.

"Abang aku, Di. Abang aku. Dia jahat! Dia tega ninggalin aku!" Gitara menangis tersedu-sedu sambil melingkarkan tangannya di pinggang Gadi.

"Ssst. Udah nangisnya. Kamu kalau nangis jelek. Nanti Gali ketawa di atas sana liat adiknya jadi jelek. Muka kamu udah mirip badut tau. Hidung merah. Muka merah. Semua merah kayak tomat busuk," ujar Gadi menghibur pacarnya itu.

Setahun yang lalu, Gadi memang menyatakan perasaannya kepada Gitara. Cowok itu selalu ada di samping Gitara. Menghibur Gitara di saat cewek itu merasa sedih. Apalagi di saat Gitara kehilangan keluarga satu-satunya yang ia miliki.

Gitara tentu saja menerima perasaan Gadi itu. Ia tidak mungkin menyia-nyiakan lagi cowok sebaik Gadi.

Gitara sebenarnya sudah lama sekali suka sama Gadi. Awal mereka MOS lebih tepatnya. Gitara terpesona melihat Gadi yang selalu menampilkan raut wajah bahagia. Tapi hal itu seketika luntur karena Gadi yang terus memanggilnya 'beb', membuat Gitara merasa sedikit ilfeel ke Gadi.

Siapa sih yang tidak ilfeel, kalau pertemuan pertama saja langsung dipanggil beb?

Ya, walaupun Gitara tidak tau arti beb itu bukan sayang. Tetap saja menggelikan.

"Ih. Gadi! Aku malu!" ucap Gitara seraya memukul lengan Gadi.

Gadi terkekeh saat lengannya dipukul oleh Gitara. Sudah jadi kebiasaan kalau pacarnya malu, pasti lengannya yang akan jadi korban.

Cowok itu mengalihkan pandangannya ke tumpukan tanah dengan nisan yang bertulisan Gitar Manggela.

"Gal. Makasih buat segalanya. Makasih karena lo udah ngasih paru-paru lo buat gue. Gue janji bakal jaga paru-paru lo dengan baik. Gue gak akan ngerusaknya dengan rokok," batinnya.

ABOUT THEM (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang