3

25.9K 2.9K 118
                                    


Thanks untuk vote dan komentnya yaa.. 😊

Do'akan aku agar sehat terus dan lancar menulis cerita ini ya.. Aminn.. 🙏

Selamat membaca..

🍃🍃🍃

"Bohong!"

Andrean bergegas turun dari mobil, saat matanya menangkap Marsha mendorong seorang pria sekiranya usianya tak jauh beda dengannya seraya berteriak.

"apa yang kau katakan? Marcel masih hidup. Dia jemput anak-anak sekolah. Teman macam apa kau, menuduh temanmu sudah mati, hah?!" Marsha berulang kali memukul pria didepannya. Ia tak terima suaminya dikatakan telah tiada.

"dia masih hidup. Jelas aku melihatnya tadi. Tanya mom, tanya andrean kalau tidak percaya" Marsha berbalik menghadap Andrean dan Catherina yang berdiri bersisian. "iya kan Mom, iya kan Andrean. Kalian lihat Marcel kan ditempat tadi?"

Dan keduanya diam, Andrean memalingkan muka sedangkan Catherina menunduk kebawah sembari meremas kedua tangannya.

"kenapa diam? Kalian melihatnya kan?!"

Air mata Marsha mengalir, ia perlahan berjalan mundur kemudian menatap tiga orang yang berada ditempat sama dengannya. Di jalan, tepat didepan rumah Marcel. Rumah yang Marsha, Marcel serta si kembar tiga tinggali sejak Marsha dan Marcel menikah.

Marsha menghapus air matanya kemudian tertawa, "kalian pasti sekongkol dengan Marcel untuk mengerjaiku. Huh, aku akan memarahinya kalau dia datang. Gak mikir apa kalau beneran gimana? Tega dia, ninggalin aku dan anak-anak. Apalagi dia belum tahu, aku punya kejutan buat di.."

"cukup Marsha! Cukup!" tak tahan lagi, Catherina menghampiri anaknya itu. Marsha harus tahu dan bisa menerima kenyataan ini. ia tau pasti berat, ia juga pernah mengalaminya saat suaminya pergi meninggalkannya, sama. Tapi mau bagaimana lagi? Ini sudah kehendak Tuhan.

Catherina mencengkram kedua lengan atas Marsha, "sadarlah nak, sadar! Marcel sudah tiada, yang dikatakan Rio benar. Kau harus menerimanya. Ikhlaskan. Mom mohon, jangan seperti ini"

Marsha menatap Catherina tidak percaya, "ke-kenapa Mom ikut-ikutan dia? Rio bohong Mom, Dia pasti bersengkongkol deng.."

"Tidak Marsha!" bentak Catherina disertai air matanya yang mulai mengelir dipipi, "..Rio benar, Marcel sudah tiada..." lanjutnya lirih..

Marsha masih keukeuh, ia menggelengkan kepalanya tidak percaya akan perkataan Catherina,"Mom bohong"

"percayalah nak, tempat yang kita kunjungi tadi, tempat itulah yang menjadi tempat peristirahatan terakhir Marcel..."

Deras sudah air mata Marsha mengalir. Catherina merasa ini lebih baik, biarkan Marsha menangis sepuas-sepuasnya supaya lega. Tidak diam layaknya patung hidup sejak mendengar Marcel meninggal sampai Marcel dikebumikan.

"Mama.." seru seorang anak perempuan, anak itu berlari menghampiri para orang dewasa di jalan didepan rumah..

"Mom bohong!" Marsha menghempas tangan Catherina dan masuk kedalam rumah tanpa memperdulikan sosok anak kecil yang spontan menghentikan larinya karena terkejut mendengar teriakan sang Mama.

"Nenek.." anak itu menangis.

"Ara" Catherina menghapus air matanya lalu menghampiri Ara, hal sama dilakukan oleh Andrean dan Rio.

"Maafkan Nyonya, Non Ara bangun terlebih dulu dan memberontak mencari Non Marsha"

Catherina mengangguk paham, ia meminta asisten rumah tangganya untuk menjaga Ara, Izy dan Cio yang sengaja diberi obat tidur dosis kecil agar tidak lagi memberontak takut serta berteriak memanggil Marcel.

Pengganti 2 ( Selesai ✓ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang