14

20.1K 2.1K 102
                                    

Cuplikan Part :

"Dad!"

Sambungan Video Call, menghubungkan anak dan bapak yang seharian tidak bertemu. Lea dan Andrean. Tadi Keke menelpon menanyakan kondisi di rumah Marsha. Sekalian saja, Andrean berbicara dengan Lea.

"Hai,.." sapa Andrean,

"Terimakasih kelincinya, Dad!" seru Lea sembari menunjukkan kelinci di pangkuannya. Kelinci pemberian Andrean. Bawahannya ia suruh mencarikan untuk menepati janjinya tadi pagi sebelum berangkat ke rumah Marsha.

"Lea suka.." Andrean tersenyum kecil melihat senyum lebar terpatri di wajah anaknya.

"Suka, Dad! Tapi Lea ingin kelincinya ada kalung seperti punya Nenek Catherin"

Jangan heran, selama tinggal di rumah Marsha dan di titipkan di rumah Catherina, Lea memanggil Catherina dengan panggilan Nenek, atas permintaan wanita paruh baya itu sendiri dan Lea pun menyetujuinya.

"Besok kita buat ya. Memang udah ada nama?"

"Apanya?"

"Kelincinya sayang?"

Lea menepuk dahinya, sembari tersenyum tanpa dosa. "Belum, Dad"

Di detik ini, Andrean berjanji pada diri sendiri untuk menyatukan ke empat anaknya. Lea anak baik, namun kecemburuannya kemarin sempat membutakan hatinya. Dan kemarahan dirinya membuat anaknya semakin berulah.

"Lea cari nama dulu ya. Minta bantuan nenek. Kalau sudah beri tahu Daddy. Oke"

"Siap, Dad!"

Lea yang tadinya begitu senang berbicara dengan Andrean, kini menunduk. Saat matanya menangkap seseorang yang berjalan di belakang Daddynya.

"Dad, Lea mengantuk. Lea tidur dulu ya" pamit Lea, seraya memasukkan dua ekor  kelincinya ke dalam keranjang.

"Iya. Good night, sayang"

Setelah itu muncul wajah Keke yang sedari tadi memegang ponselnya untuk menyorot Lea.

"Titip Lea ya, Ma"

"Iya Andrean. Kamu jaga baik-baik anak kamu ya. Sampaikan maaf Mama buat Marsha."

Andrean mengangguk. Video Call itu pun terputus.

"Lebih baik kau pulang. Aku bisa menjaga anakku sendiri" sedikitnya Andrean terkejut mendengar suara Marsha yang kehadirannya tak ia sadari. Daripada itu kalimat sarkas Marsha lebih mengusik dirinya.

Andrean menarik nafas dan menghembuskannya berulang kali sebelum berbalik menghadap Marsha,

"Kalau kemarahanmu masih belum larut, tidak apa. Jangan bawa anak-anak"

Marsha memalingkan muka,

"Bukan seperti ini yang aku mau Marsha. Aku membutuhkanmu untuk menuntunku. Membawaku masuk kedalam dunia mereka. Aku memiliki hak untuk itu. Mereka anakku. Mereka darah dagingku.."

"..Dan di hari itu, bukan mauku. Andai aku bisa, aku akan membantu Marcel menyelamatkan anak-anak, menukar nyawanya dengan nyawaku. Andai aku tahu, ibuku akan hilang kendali akan ucapannya, aku pasti mencegahnya. Andai aku tahu Wanita tua itu akan mencelakai anak-anak, aku akan lebih dulu mencelakainya.."

Marsha menunduk, tubuh berbalut pakaian hitam itu bergetar,

"Harusnya kita bisa bersikap dewasa, Marsha. Sebenarnya aku malu mengatakan ini padamu, untuk orang yang dulunya tidak bersikap dewasa dan malah melukai orang lain. Aku minta maaf untuk Mamaku. Aku tahu Maaf tidak akan mengembalikan semuanya. Tapi maaf mengajarkan kita untuk tidak berbuat kesalahan yang sama..."

Andrean mendekat kearah Marsha setelah mendengar isak tangis wanita hamil tersebut,

"Kita tidak bisa merubah takdir Tuhan yang telah lalu, Marsha. Aku menyesal untuk semuanya. Aku benar-benar menyesal" mata Andrean berkaca, ia sungguh menyesali semuanya. Semua yang kini tinggal perandaian semu.

Rasa tidak tega hadir dalam benak Andrean, ingin rasanya ia peluk tubuh ringkih yang jelas ingin terlihat kuat didepannya ini, tapi..

"Boleh aku memelukmu, Marsha?" perkataan itu lolos begitu saja dari mulutnya.


Pengganti 2 ( Selesai ✓ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang