Prolog

33 4 1
                                    

"Aku menunggu kamu sejak hari itu, hari di mana kamu meninggalkan ku tanpa kabar."
~Andira Jelita~

Hujan mengguyur kota Jakarta saat ini, desiran angin yang berhembus semakin menambah hawa sejuk kota ini.

Gadis berambut panjang yang terikat rapi itu masih saja betah berdiri di lapangan basket yang ada di komplek perumahan yang ia tinggali.

Tujuannya saat ini hanya satu, menunggu bocah jelek yang sudah berjanji akan menemuinya dan memberikan boneka besar yang sudah bocah itu janjikan padanya.

Sudah lebih dari 5 jam ia duduk sendiri di bangku yang ada di pinggir lapangan, tangan mungilnya terus saja memeluk tubuh kurus yang sudah mengigil kedinginan.

Matanya terus saja menatap jalanan di depan, ia begitu berharap sang bocah jelek menemuinya saat ini. Karena tadi siang ia habis dimarahi sang papa dan ia di usir agar tak pulang kerumahnya sebelum mengakui kesalahan yang tak pernah ia lakukan.

Saat ini ia tak tahu harus ke mana dan satu-satunya harapan adalah bocah jelek itu, ia ingin meminta bantuan pada teman yang tak ia ketahui namanya tersebut agar mau menampung dirinya di rumah sementara waktu sampai besok.

Dan sampai tengah malam pun yang ia tunggu tak muncul, bahkan hujan saat ini sudah reda hanya tinggal beberapa tetes yang setia turun beriringan dengan embun.

Gadis kurus itu terpaksa bangkit dari duduknya, tubuh mungilnya sudah begitu dingin dan lemah, terlebih lagi sejak tadi pagi ia tak makan rasanya sedikit tenaga pun sudah tak ia miliki lagi.

Meski tak sanggup Dira kecil tetap memaksakan langkahnya untuk keluar dari lapangan dan menuju ke taman bermain yang tak begitu jauh dari lapangan.

Saat sudah sampai di taman ia mencari plosotan yang besar, memilih menepi dan menyandarkan tubuhnya di kolong bawah plosotan tersebut, tanpa di paksa pun matanya sudah terpejam dan melupakan perut lapar yang terus berbunyi dan juga baju basah yang masih menempel di tubuhnya.

Kamu bohong, kenapa kamu tidak datang saat aku benar-benar membutuhkan kamu

Rintihan kecil masih bisa terdengar dari mulut mungil gadis itu, malam ini menjadi malam paling panjang bagi gadis berumur 9 tahun itu.

Saat anak lain tidur dengan tenang diselimuti dengan selimut paling tebal gadis bernama Dira itu hanya tidur beralaskan tanah yang sudah lembab karena air hujan.
***

Maaf karena cerita ini yang pertama aku hapus karena aku belum dapat feel nya , dan untuk saat ini semoga aja beneran berjalan sesuai imajinasi yang udah aku ciptain yaah

Sekarang aku post ulang dengan alur dan juga nama tokoh yang berbeda, sebenarnya alurnya masih ada juga yang sama cuma aku ubah sedikit.

Terima kasih buat kalian yang sudah baca jangan lupa like & comment yaa ^_^

JikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang