"Ada yang berbeda dari cara dia menatapku, atau itu hanya perasaan ku saja ?"
~Andira Jelita~
***
ROY!!!
Teriakan besar yang mampu mengagetkan setengah penghuni SMA Pertiwi itu terdengar di koridor kelas 10.
Siapa lagi penyebabnya kalau bukan Dira, gadis itu berlari kencang saat melihat Roy berjalan cepat menuju ke arah kantin keramat.Ada dua kantin di SMA Pertiwi, satu kantin depan yang berisi anak baik-baik tak pernah berniat melakukan apapun kekantin selain untuk mengisi perut saja.
Yang ke dua ada kantin keramat, yang berisi para gengster sekolah yang berada sedikit jauh di belakang dan tempatnya juga sedikit tersembunyi karena di tumbuhi pohon ceri besar. Konon katanya itu tempat paling angker karena berisi para senior kelas 12 atau beberapa para junior yang memang sudah badung sejak lahir.
Dira berhasil mensejajarkan langkahnya dengan Roy, ia merangkul pundak cowok bertubuh tak terlalu tinggi dan bermata sipit itu.
"Capek gue teriak panggil lo, coba kalau Lensi yang panggil belum pun dia bersuara lo langsung nyamperin dia dengan suka rela."
Roy melepaskan rangkulan tangan Dira di pundaknya saat ada beberapa anak kelas 10 yang tersenyum malu-malu ke arahnya.
"Malu tau Ra, lo teriak sampai satu sekolahan itu dengar. Itu dedek-dedek gemes kelas 10 aja pada tau semua nama gue gara-gara lo."
"Yaelah Bambang, lo padahal senang kan nama lo terkenal sama dedek gemes itu, nggak usah sok misterius lo pakai ngerahasiin nama sama tuh para biji cabe belum mateng."
Roy hanya memutar bola matanya saat Dira terus saja mengoceh panjang lebar di sampingnya, saat ini cowok itu tak jadi pergi ke kantin keramat karena Dira sudah menarik tangannya untuk masuk ke kantin depan.
Dira memutari seluruh isi kantin untuk mencari tempat duduk yang kosong, dan pilihannya jatuh pada bangku pojokan yang menghadap ke arah lapangan basket.
Dira langsung menyeret lengan Roy untuk duduk di bangku tersebut.
"Lo mau makan apa?""Gue minum aja, nggak nafsu makan gue lihat muka lo."
"Gitu amat kata-kata lo, menghina banget tau nggak. Bentar lagi Lensi gabung bareng kita, mendingan lo pesan makan gih."
"Nggak! Gue minum aja."
Dira langsung pergi dari hadapan Roy, gadis itu saat ini menuju ke gerobak somay Pak De. Mulut gadis itu saat ini ingin memakan sesuatu yang pedas-pedas.
"Pak De somay 2 kayak biasa ya!"Yang di perintah hanya mengangguk saja, tanpa menjawab. Kantin penuh saat jam istirahat seperti sekarang ini. Apalagi gerobak somay Pak De pasti bisa antri sampai setengah jam kalau sudah ramai seperti sekarang ini.
Konon dari cerita pak De, lelaki paruh baya dengan kulit gosong terbakar matahari itu ia sudah berjualan di SMA Pertiwi hampir 15 tahun lamanya. Saat pertama kali sekolah di bangun ia sudah jualan di depan jalan.
Kalau kata Dira Pak De itu penghuni legend di Pertiwi.
***Dira saat ini sedang serius menatap ke arah lapangan, ada satu orang yang menarik perhatiannya saat ini.
Sosok berkulit putih dan bertubuh tinggi yang sedang serius melempar bola ke dalam rig menjadi targetnya.
Entah mengapa ia merasa pernah melihat cowok itu sebelumnya, dari caranya bermain dan melemparkan bola itu mengingatkannya pada seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika
Novela JuvenilJika saja semua tak pernah terjadi Mungkin tak ada hati yang tersakiti ....