Malam semakin larut awan pekat hitam menggumpal di langit yang menandakan sebentar lagi akan turun hujan.
Hembusan angin dingin menerbangkan daun-daun kering yang bertebaran di tanah, pohon tinggi meliuk-liukkan daunnya kesana kemari mengikuti angin.
Dira berjalan pelan diantara bebatuan yang ada ditaman komplek, sebenarnya ia sudah satu jam yang lalu pulang dari warung Mbak Onah.
Tapi Dira masih belum ingin pulang kerumah ia terlalu bosan berada dirumah mewah yang sepi dan tak berpenghuni itu. Kakaknya sudah dipastikan tidak pulang karena terlalu sibuk di kantor.
Setengah jam yang lalu Dira masih duduk di bangku taman, memperhatikan seisi taman yang tak pernah berubah sejak ia kecil. Hanya saja bangku taman dan beberapa permainan anak-anak yang ditambah.
Dira kembali mengingat kejadian beberapa tahun lalu saat ia masih kecil dan ditempat ini lah pertama kali ia bertemu dengan bocah jelek dengan rambut mangkok yang lucu.
Bocah yang sudah sangat berani mencium dirinya, menawarkan persahabatan dan akan melindungi Dira setiap saat.
Tapi nyatanya tanpa kabar tiba-tiba saja sang bocah jelek menghilang bagai ditelan bumi, bahkan saat itu Dira selalu menunggu kepulangan sang bocah didepan rumahnya.Tapi yang gadis itu temukan hanya rumah kosong tak berpenghuni dengan lampu mati saat malam hari.
Pernah suatu malam saat Dira dihukum tidur diluar oleh papanya, Dira pergi ke rumah sang bocah menunggunya didepan pagar sampai larut malam. Tapi yang terjadi tetap sama rumah itu kosong tak berpenghuni hingga pagi hari tiba.
Dira memang tak pernah tau siapa nama sang bocah, karena setiap kali ia bertanya si bocah tersebut tak pernah memberitahu siapa namanya.
Yang ia tahu hanya bocah tersebut tampak lebih tua darinya, karena dari cara berbicara dan bertindak pun ia dan sang bocah sangat berbeda. Bahkan sang bocah tak pernah takut dengan anjing liar yang tiba-tiba masuk ke taman lalu buang kotoran sembarangan.
Dira melanjutkan jalannya meninggalkan taman itu dan juga melupakan semua ingatan tentang masa lalunya dengan si bocah yang tak pernah ia tau siapa namanya.
Namun tiba-tiba langkah Dira terhenti ia menoleh ke arah pintu masuk taman, ada bayangan hitam seperti berjalan masuk ke taman. Dira menjadi penasaran siapa yang berani ke taman saat tengah malam seperti ini.
Tidak mungkin hantu kan, karena Dira selalu menghabiskan waktu di taman bahkan sampai pagi tapi tak pernah ada makhluk tak kasat mata yang mengganggunya.
Siap sih !!
Dira berjalan perlahan tanpa berniat memunculkan sedikit suara pun agar si bayangan hitam tak mendengar dan kabur tanpa jejak.
Pasti maling bangku taman nihh, atau maling pot bunga..
Dira berjalan lebih dekat agar dapat melihat dengan jelas, saat ini gadis itu bersembunyi dibalik pohon palem yang ada disekitar pagar taman.
Dira merapatkan tubuhnya dengan semak-semak yang ada disekitar pohon palem, matanya tak pernah lepas dari si bayangan hitam yang saat ini duduk di bangku taman yang ia duduki sebelumnya.
Lah itu kan.. si ketua OSIS ..
Dira melebarkan matanya agar dapat melihat dengan jelas dan ternyata benar bayangan hitam yang masuk ke taman adalah si ketua OSIS yang sudah berani melaporkan dirinya ke Pak Suryo.
Saat ini Dira hendak keluar dari persembunyiannya dan ingin memberikan pelajaran terhadap orang yang telah menimbulkan masalah dalam hidupnya.
Tapi Dira menghentikan aksinya yang hendak bangkit dari duduknya karena tiba-tiba saja cowok yang bernama Andra itu berjalan keluar dari taman dan menuju ke arah lapangan basket yang berada bersebelahan dengan taman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika
Dla nastolatkówJika saja semua tak pernah terjadi Mungkin tak ada hati yang tersakiti ....