5. Penawaran (1)

14 2 1
                                    

Dira berjalan santai di depan halaman sekolah, semua murid terlihat sibuk dengan pekerjaan masing-masing, ada yang berlarian ke sana kemari sesuka hati.

Sebagian siswi perempuan memarahi para cowok-cowok yang sengaja mengotori kelas padahal sudah dibersihkan oleh yang piket, mereka sengaja mengotori kelas agar di teriaki oleh anak perempuan supaya kelas tidak hening

Dan ada juga yang hanya diam duduk di depan kelas saat ada anak perempuan lewat sengaja cari perhatian atau hanya curi-curi pandang.

Dira berjalan di koridor dan menyapa teman bandnya yang saat ini sedang nongkrong di sana sambil menyanyikan lagu akustik. Firman yang menjadi vokalis kalau mereka sedang nongkrong di koridor seperti sekarang ini.

Katanya biar bisa godain dedek-dedek gemes yang lewat, Firman memang terkenal kakak kelas Playboy di Pertiwi yang bukan hanya jago dalam bernyanyi dan bermusik.

Cowok itu punya wajah yang memang bisa dibanggakan, dia tidak lahir dari keturunan Arab tapi wajahnya lebih manis dari Aliando.

Kalau kalian lihat senyumnya saja dipastikan jantung kalian akan berhenti berdetak dan mulut kalian akan terganga ditempat.

Meski bagi Dira wajah Basuki lebih menawan dari Firman, tapi bagi penghuni sekolah SMA Pertiwi daya tarik dari seorang Firman Syahreza lebih dari segala-galanya.

"Weishh! Tumben banget nih rambut lo rapi."

Firman yang lebih dulu mengomentari penampilan Dira hari ini, gadis itu memang sengaja menyisir rambutnya supaya si ketua OSIS dan juga guru-guru tidak mengomelinya lagi.

"Hmmm wangi lo udah kayak ngehabisin sabun mandi satu batang."
,,.
Raja si mulut pedas yang saat ini berkomentar karena Dira duduk tepat disebelah cowok itu.

"Apaan sih lo pada ribut, apa susahnya sih tinggal lihat aja Taylor Swift duduk manis tanpa di cela dan di hujat sebentar saja."

"Gaya lo bilang Taylor Swift, rambutnya di cuci pakek apa juga lo nggak tau neng."
Celotehan Basuki menimbulkan suara tawa dari mereka semua, beberapa siswa yang lewat didepan mereka pun menatap heran ke arah Dira karena gadis itu terlalu rapi hari ini.

Rambut di kuncir dan disisir dengan rapi, baju dimasukkan kedalam, roknya rapi dan tidak kusut sedikit pun.

Kenapa gadis itu bisa sangat rapi pagi ini adalah semua ulah dari Bik Imah yang sudah menyiapkan semuanya termasuk sarapan pagi tadi.

Tadi pagi saat Dira bangun tidur ia sudah menemukan bajunya sudah disetrika rapi menggunakan pewangi yang sering muncul di iklan televisi indonesia.

Rambutnya disisir rapi dan di kuncir oleh Bik  Imah, jadi lah Dira hari ini datang ke sekolah dengan penampilan lebih rapi dan juga terlihat segar.
***

Bagi Dira jika ditanya pelajaran apa yang paling disukai selama sekolah jawabannya adalah kesenian karena selain bisa bernyanyi gadis kurus itu juga jago dalam menggambar.

Bahkan karena keahliannya dalam menggambar kadang saat ada waktu luang ia sering ikut bergabung dengan anak-anak komunitas mural untuk menggambar di  tembok-tembok jalanan atau di kawasan kumuh kota Jakarta.

Pak Fahri guru kesenian sangat menyukai Dira karena bakat luar biasa yang dimiliki gadis itu, bahkan selama sekolah nilai paling tinggi yang didapat oleh Dira hanya di pelajaran kesenian.

Hari ini seperti perjanjian awal pada Minggu lalu, Pak Fahri akan mengambil nilai bernyanyi untuk setiap murid kelas XI IPA 2.

Dira tampak santai menunggu gilirannya di panggil, beberapa temannya yang tak bisa bernyanyi terlihat panik saat nama mereka dipanggil untuk maju ke depan.

"Kalau giliran pelajaran kesenian aja lo senang banget ngetawain orang yang nggak bisa nyanyi."
Roy yang duduk didepan Dira melirik gadis itu karena sedari tadi gadis itu menertawai Fajar yang saat ini sedang bernyanyi membawakan lagu Noah yang liriknya terdengar sangat aneh.

"Dia emang wajib ditertawakan, kelakuan tuh bocah kalau pelajaran Matematika sering banget sok tau dan caper sama guru."
Dira kembali melanjutkan tawanya saat Fajar bernyanyi pada bait terakhir.

"Andira Jelita, maju !"

Nama Dira dipanggil terakhir, dengan langkah yang begitu menyakinkan Dira maju dengan membawa gitar yang ia ambil dari ruangan ekskul band tadi saat istirahat.

Dira saat ini duduk di bangku dan menatap semua teman sekelasnya, mereka semua menunggu lagu apa yang akan dibawakan oleh gadis itu hari ini.

Petikan gitar mulai terdengar dan Dira pun mulai menyanyikan lagu kesukaannya Imaji Sunyi milik Karina Salim.

Hembusan angin yang dingin
Mulai terasa perih
Hingga air yang riak
Tak mau bersahabat denganku
Imajinasiku pecah
Terbawa suasana
Kamu begitu indah begitu sulit tuk ku biarkan

Andaikan waktu bisa berhenti
Aku akan mengungkap kan cinta
Didekat mu aku bahagia
Melupakan semua kisah imaji sunyiiii
Saat ini ku baca
Membiarkannya pergi

Bersama mimpi-mimpi
Tak ada yang kusesali

Andaikan waktu bisa berhenti
Aku akan mengungkapkan cinta
Didekat mu aku bahagia
Melupakan semua kisah imaji sunyi

Berharap warna warni disini
Di hatiku yang terkurung
Imaji sunyi

Biar kenangan ku terbang
Hilang bersama malam..
***

Dira keluar dari kelas beberapa menit setelah Pak Fahri meninggalkan kelas XI IPA 2.

Gadis itu saat ini berjalan lurus menuju tangga, namun tiba-tiba saja langkahnya terhenti saat ia masih berada di lorong itu.

Saat ini Andra berhenti di hadapan Dira dan menatap serius ke arah gadis berambut panjang itu.

"Ngapain lo?"
Dira melipat kedua tangannya di depan dada dan matanya Menatap tajam ke arah cowok yang saat ini berdiri dihadapannya.

"Gue mau menawarkan sesuatu sama lo!"
Andra memajukan wajahnya lebih dekat dengan Dira.

Dira saat ini menahan diri untuk tak terpesona dengan wajah mulus dan juga wangi parfum dari cowok yang saat ini sedang tersenyum sinis didepan wajahnya.

"Penawaran apaan ? Gue nggak punya waktu buat urusan yang nggak penting ya!"

"Lo ikut gue nanti saat pulang sekolah. Di sana gue bakalan kasih tau lo!"

"Gue sibuk! Jadi sori gue nggak bisa ikut sama lo."
Dira berjalan melewati Andra dan saat ini ia sudah menuju kearah tangga hendak turun.

Tapi langkahnya terhenti saat kakinya hampir saja menginjak anak tangga pertama. Dengan reflek ia berpaling dan menipis tangan Andra yang menarik pergelangan tangannya.

"Lo bisa nggak sih jangan main narik tangan gue sembarangan. Lo makin lama makin nyebelin ya!"
Dira berjalan cepat menuruni anak tangga.

Dan dibelakangnya Andra masih mengikuti kemana pun gadis itu pergi, saat ini ia berusaha untuk bisa membujuk gadis keras kepala itu agar bisa membantunya.
***

Buat kalian yang tiba-tiba baca cerita aku karena tak sengaja menemukan cerita qu ini.
Mohon kasih vote yaa dan juga comment supaya aku bisa memperbaiki tulisan ku yang berantakan ini.

Oke terima kasih sobat centhylqu ..😘😘

Fiirah26^^

JikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang