7. RACUN BAND

11 1 0
                                    


Pagi Minggu biasanya Dira selalu menghabiskan waktunya di lapangan basket yang berada tak jauh dari rumahnya.

Bermain basket sendirian selalu saja membuat Dira merasa tenang dan juga bisa melupakan sedikit beban pikirannya.

Sudah hampir siang Dira masih betah berada di lapangan. Saat ini gadis itu tidur telentang ditengah lapangan menikmati cahaya matahari yang mulai panas.

Perutnya mulai berbunyi menandakan bahwa saat ini ia butuh makan. Tapi karena sudah terlalu nyaman dengan posisinya Dira enggan bangun.

"Lo udah gak punya rumah sampai harus tidur ditengah lapangan gini?"

Sebuah bayangan menutupi cahaya matahari di wajah Dira. Gadis itu membuka mata tapi masih enggan untuk bangun dari tidurnya.

"Kenapa lo selalu muncul dan menganggu ketenangan gue sih?"
Kali ini Dira benar-benar muak dengan cowok yang terus saja menganggu hidupnya akhir-akhir ini.

"Gue kebetulan lewat, gak sengaja liat lo disini. Gue kira lo pingsan ditengah lapangan, makanya gue samperin lo."

"Gue nggak butuh lo samperin, walaupun gue dalam bahaya."
Dira bangkit dari tidurnya dan berdiri menghadap Andra dengan ekspresi datar tanpa senyuman sedikitpun.

"Gue masih sangat dendam sama lo, gue gak kenal sama lo dan tiba-tiba aja lo ganggu hidup gue dengan cara kampungan lo yang ngelaporin gue sama Pak Suryo."

Dira saat ini berdiri begitu dekat dengan Andra, cowok tinggi berkulit putih itu hanya diam menunggu kata-kata apa yang akan Dira ucapkan selanjutnya.

Tapi setelah lewat satu menit Dira masih menatap serius ke arahnya tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

"Wajar gue laporin lo sama Pak Suryo karena lo udah bolos dari sekolah, lo itu murid sekolahan bukan pengamen jalanan. Udah seharusnya lo patuh sama peraturan sekolah."

"Gue muak dengar omongan lo, seolah-olah lo udah jadi murid paling patuh disekolah. Harusnya lo mikir lo itu cuma ketua OSIS gak seharunya lo ikut campur dalam setiap masalah murid lain."

Andra tertawa ditempatnya, jenis tawa yang dibuat-buat. Saat ini cowok itu kembali menatap lawan bicara didepannya.

"Lo itu pembuat masalah, wajar dong gue ikut campur dalam setiap masalah yang lo buat."

"Lo itu lama-lama makin ngeselin ya,"
Dira mendorong bahu Andra, entah kenapa emosi gadis itu saat ini seperti sedang berada di puncaknya.

"Sabar dong, jadi cewek kok kasar banget."

Dira masih menatap Andra dengan tatapan murka penuh amarah, gadis itu ingin sekali menampar wajah mulus cowok yang ada didepannya saat ini.

"Jangan pernah ganggu hidup gue lagi."
Setelah mengatakan itu Dira berjalan mengambil bola basketnya yang terletak dipinggir lapangan.

"Tapi gue masih punya penawaran yang bagus buat lo."
Andra masih berdiri di tempatnya, terus memperhatikan Dira yang saat ini berjalan keluar meninggalkan lapangan tanpa menoleh kebelakang sedikit pun.

"Penawaran bangsat."
Dira berteriak saat ia sudah sampai di pintu keluar lapangan, meski gadis itu sudah jauh tapi suaranya masih terdengar jelas ditempat Andra berdiri.

Andra masih berdiri ditempatnya dan tersenyum lebar menatap gadis kurus itu.
****

Sudah lama sekali Dira tak pernah bernyanyi didepan banyak orang. Mungkin sudah beberapa tahun yang lalu Dira melupakan hobinya yang satu itu.

Dira selalu merasa tidak percaya diri dan juga malu berada ditengah-tengah keramaian. Apalagi menjadi pusat perhatian banyak orang itu membuat Dira merasa dirinya ketakutan dan malu sendiri.

JikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang