"Saat aku sudah berusaha melupakan hal yang pernah membuat aku jatuh, saat itu juga ada tangan Tuhan yang mencoba memaksaku untuk mengingatnya lagi dan lagi."
~Andira Jelita~
***"Aku boleh pinjam bolanya?"
Suara anak laki-laki dari pojokan pohon Yang ada ditaman tersebut mengagetkan Dira, ia menoleh ke tempat asal suara dan mendapatkan sosok anak laki-laki berkulit putih berambut bulat seperti mangkuk sedang tersenyum kepadanya.
Anak laki-laki itu berjalan atau lebih tepatnya sedikit berlari ke arah Dira, ia tersenyum lagi senyum yang entah mengapa terasa begitu menghangatkan bagi Dira.
"Aku boleh pinjam bolanya? "
Anak itu kembali memberikan pertanyaan yang sama saat posisi mereka berhadapan.Dira hanya terdiam entah apa yang gadis kecil itu pikirkan sehingga ia tak menjawab pertanyaan dari anak laki-laki yang masih saja tersenyum didepannya saat ini.
Tanpa Dira sadari bola yang sedari tadi berada di tangannya sudah berpindah posisi saat ini. Entah bagaimana caranya anak laki-laki berambut aneh itu bisa merebut bola di tangan Dira tanpa disadari oleh gadis kurus itu.
"Hei ! Itu bola aku, nanti aku nggak punya bola lagi kalau kamu ambil. Kata kakak ku nggak boleh ambil punya orang sembarangan."
"Aku sudah minta izin buat pinjam, kamu diam saja aku pikir kamu bisu atau tuli. Ya, aku ambil saja bolanya."
Anak laki-laki itu sibuk memantul-mantulkan bola basket tersebut, Dan Dira berusaha merebut kembali bola miliknya. Jangan tanyakan lagi bagaimana ekspresi wajah gadis kurus itu saat ini, karena ia setengah mati menahan emosinya untuk tak menendang tulang kering anak jelek itu.
Ya, anak laki-laki itu terlihat begitu jelek dimata Dira."Aku pinjam bolanya, besok ku kembalikan lagi. Oh ya, aku punya sesuatu buat kamu."
Anak laki-laki itu mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong celananya, dan ia berjalan mendekati Dira.
"Kamu mau ngapain, kembalikan bola ku ! Itu bola hadiah dari kakakku."
Tanpa menghiraukan ocehan Dira bocah laki-laki itu berjalan ke belakang Dira, melepaskan rambut Dira dari ikatannya dan tiba-tiba saja bocah itu mengikat kembali rambut Dira dengan ikat rambut berwarna pink yang ia keluarkan dari kantong celananya tadi.
"Nah, Sekarang kan lebih bagus lebih rapi rambut kamu."
Dira masih memantung ditempat karena sikap dari bocah itu yang sangat berani menyentuh rambutnya.
Dira menoleh kebelakang untuk menonjok muka tersangka yang sudah berani membuang ikat rambut keramatnya, tapi yang ia temukan hanya bayangan punggung anak laki-laki yang sudah berlari keluar dari taman itu.
Dira berlari cepat mengejar bocah itu, jangan kira bocah laki-laki itu bisa berlari darinya, ia adalah pelari tercepat dikomplek dan juga disekolah mana mungkin bisa dikalahkan oleh bocah ingusan jelek itu.
"Hei bocah jelek, kembalikan bola ku."
Dira menarik napasnya dalam-dalam saat tersangka yang mencuri bolanya sudah berhenti dan memasuki rumah besar berpagar tinggi yang ada didepannya saat ini."Aku pinjam sebentar, besok ku kembalikan ya."
Bocah laki-laki itu tersenyum jenis senyuman yang begitu hangat bagi Dira.
"Janji besok ku kembalikan, jangan marah nanti kamu jelek senyum dong buat aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika
Teen FictionJika saja semua tak pernah terjadi Mungkin tak ada hati yang tersakiti ....