"Ba..pak.."
Aku menguncinya saat ia punggungnya sudah menatap tembok.
"Katakan padaku, mengapa akhir-akhir ini kau menghindariku.."
"Eh?"
"Katakan padaku, Abigail. Mengapa kau menghindariku."
Aku bisa melihat raut wajah Abigail yang tersentak karena pertanyaanku.
"Saya tidak menghindari Bapak."
"Jangan bohong, aku bisa tau dari sikapmu padaku akhir-akhir ini."
"Saya .."
"Apa aku harus menciummu agar kau mau jujur padaku?"
"Saya tidak berbohong.."
Aku mulai geram, dia berbohong padaku. Aku bisa melihat dari matanya. Baiklah, kau yang memulai. Aku mulai memeluk pinggangnya, dan mencium bibirnya. Kurasakan hangat dan lembut bibirnya yang menempel pada bibirku. Ini.. ini benar-benar memabukkanku. Bibir Abigail sangat manis, dengan aroma stroberi dan susu yang lembut memasuki hidungku. Aku melepas ciumanku.
"Saya tidak mau menjadi perusak hubungan orang." kata Abigail. Perusak hubungan orang?
"Maksudmu?"
"Iya, saya tidak mau menjadi perusak hubungan Bapak dengan Nona Jeannette, Bapak dengan Nona Jeannette adalah sepasang kekasih, jadi saya tidak boleh mengganggu kalian."
Aku terdiam.
"HAHAHAHAHAHAHA !!!!!!!!!"
"Bapak kenapa tertawa? Apa yang lucu?" tanya Abigail bingung.
"Abigail.. Abigail.. kau salah paham.." ucapku pada Abigail sambil mengusap mataku yang mengeluarkan air mata karena tertawa.
"Saya salah paham bagaimana?"
"Aku dan Jeannette tidak berpacaran. Sama sekali. Kami hanya sebatas teman. Itu saja, tidak lebih."
"Jelas-jelas, saya tidak sengaja melihat Nona Jeannette menyatakan perasaan ke Bapak. Waktu saya menemani Deliah ke ruang properti."
"Iya, tapi saya menolaknya. Dia sama sekali bukan tipe saya... tunggu.. kau melihat kami di halaman belakang?"
"Eh.. saya.. uhm .. itu.."
"Dasar, penguntit kecil.."
"Saya tidak sengaja. Dan juga...."
Abigail terdiam..
Abigail mulai mengelus lenganku lembut.
"A..abigail.. apa yang kau lakukan.."
"Saya? Saya hanya ingin menyentuh Bapak.. sedikit saja.." Abigail meniup telingaku lembut. Sial mengapa dia bisa seliar ini?
Abigail semakin mendekatkan tubuhnya padaku, dan melonggarkan dasiku.
"Tidak adil bagi saya, kalau hanya Bapak yang menggoda saya. Saya juga bisa, Pak."
"A.. Abigail, p..please, stop it.." aku tidak tahan, ingin sekali rasanya gadis ini kubawa ke sofa seberang sana.
"Sayangnya, saya tidak mau. Biarkan tangan saya berkeliaran di tubuh Bapak."
"Haruskah saya mencium leher Bapak juga?"
"Abigail, no.."
"Why? Dulu Bapak juga menciumi leher saya. Payback, sir.."
Abigail mulai mendekati leherku, menghirup aroma parfum yang kusemprotkan di leherku. Napasnya menerpa kulit leherku dengan lembut. Tahan Albert.. tahan.. kalau aku gagal menahan, mungkin gadis ini akan habis bersamaku di sofa itu. Beraninya dia menggodaku dengan seliar ini.
"Saya mulai, Pak."
No.. oh no..
"Dapat!!! Yes !!!!"
"Wha..what?!"
"Ponsel Pak Albert!!!!" Abigail menggoyang-goyangkan ponselku yang berada di tangannya sembari ia menjulurkan lidahnya.
"Abigail! Beraninya kau!" Abigail menjulurkan lidahnya.
"Sekarang, yang harus kulakukan adalah. Membuka pintu ini.. ehm.. wait a minute.. kenapa tidak bisa?! Let's try.. dammit! Ada apa dengan kuncinya?"
"Memang tidak bisa, cara membuka kunci itu, harus menggunakan sidik jariku, Abigail sayang.." bisikku pada telinga Abigail, aku memeluk pinggang Abigail.
"P..pak..?"
"Hm?"
"Boleh saya minta sidik jarinya?"
"Semudah itukah aku memberikan sidik jariku, setelah kau menggodaku?"
"Ma..maafkan saya Pak."
"Bagaimana, ya.."
"Kau sudah menggodaku, Abigail Williams."
"Kau harus mendapat hukumannya."
"Hu.. hukuman apa, Pak?" Abigail berbalik.
Aku mengeluarkan seringaiku, dan semakin membawa Abigail dengan dengan pelukkanku.
"Temani aku sampai aku selesai bekerja. Pulangnya, kau harus mau makan malam bersamaku. Itu saja hukumanmu.."
Perasaan lega muncul dari wajah cantik Abigail. Tidak, aku akan tetap menghormati Abigail. Aku tidak akan pernah membuat Abigail kehilangan mahkotanya. Biarkan ia menjadi gadis yang suci, sebelum ia boleh menyerahkan mahkotanya secara sah. Kalau aku menginginkan hati Abigail, sudah menjadi kewajibanku untuk menjaga mahkotanya. Dan menghormatinya sebagai perempuan, bukan malah melecehkannya untuk memenuhi nafsuku. Karena aku benar-benar tulus mencintainya, bukan karena nafsu!
Abigail menyunggingkan senyumannya dan mengangguk.
"Dengan senang hati, akan saya jalankan hukumannya." Aku tersenyum dan mengelus kepala Abigail lembut, kemudian aku mempersilakan Abigail duduk di sofa.
~~
"Abigail.. bangun.. sudah jam pulang." aku menggoyang-goyangkan pundak Abigail pelan.
"Ah! Maaf, saya ketiduran, Pak." jawab Abigail.
"Saya yang minta maaf, sudah membuatmu ketiduran."
"Tidak, ini hukuman saya. Apa hukuman saya sudah selesai?" tanyanya.
"Masih ada satu hukuman lagi. Makan malam bersamaku. Ayo.." ajakku sambil menarik tangan Abigail pelan.
Aku membuka pintu itu lewat ponselku. Seketika, layar ponselku mengeluarkan tulisan 'DOORS UNLOCKED'
"See?" Abigail mengangguk sambil tersenyum.
Lihat besok, Abigail. Aku akan membuatmu lebih lama bersamaku, kau hanya milikku! Milikku!
~~
KAMU SEDANG MEMBACA
She is Mine
Dla nastolatkówAlbert Grissham, seorang pemilik sebuah perusahaan terbesar di London, melanjutkan perjuangan ayahnya. Selama ini, Albert tidak pernah merasakan jatuh cinta kepada seseorang. Sampai ia bertemu dengan Abigail Williams, pegawainya yang bekerja dengann...