Tak perlu ucap tuk bukti
Raga ini menjadi saksi
Karena tak dapat di pungkiri
Engkau sang pemilik hati-Garka Algerino Argeswara-
.
.
.
."Eh Ketua!! Kolong meja lo banyak banget coklat!! Jadi berasa punya temen tukang coklat."
Merasa di sindir. Laki-laki berjambul dengan gelang karet polos ketat berwarna hitam yang melingkar di tangan kiri nya itu pun mendengus. "Buat lo aja."
"Serius?! Gak sayang nih?! Kan coklat nya buat lo, Ketua."
"Udah sih, kalau lo mau mah sikat aja, Dam. Garka gak akan marah, kok. Sini gue juga bagi." ucap Aldi sambil berjalan ke meja Garka dan mengambil beberapa coklat yang menumpuk di sana.
"Gue juga mau kali." Ilo yang semula duduk di atas meja sambil memangku gitar milik Dami pun menyimpan gitar itu lalu ikut berlari ke bangku Garka dan mengambil coklat di tangan Dami membuat kedua laki-laki itu saling jitak.
Kini mereka berada di kelas XI IPA 4. Kelas mereka kosong karena semua nya lebih memilih keluar untuk sekedar jajan ke kantin atau melihat adik kelas berwajah baru untuk modus. Untuk hari pertama di tahun ajaran baru ini memang sudah biasa jika kelas bebas tanpa belajar.
Tadi, saat Garka dan kawan-kawan masuk kelas masih ada beberapa orang nerd yang duduk. Namun, mereka memilih keluar dengan pandangan di tunduk kan dan langkah kaki cepat. Jadi lah kini kelas hanya ada kelima laki-laki berpenampilan urakan itu.
"Lo mau, Den?"
Aiden menggeleng tanpa mengalihkan fokus nya kepada layar laptop. "Lo aja."
Damian mendengus. "Dasar gamers akut."
"Bacot!"
Garka menggeleng kan kepala nya lalu kembali membaca buku. Ia hari ini berpindah tempat duduk bersama Aiden di belakang yang sebelum nya ia duduk bersama dengan Damian di bangku barisan kedua.
Selalu seperti itu semenjak tahun pelajaran berganti. Ia seperti terlempar pada masa dahulu saat ia kelas sepuluh. Tak usah di tanya kenapa, semenjak tadi pagi sampai sekarang siang hari ini, kolong meja maupun loker nya penuh dengan coklat dan bunga. Tak lupa surat menggelikan yang selalu berakhir di tong sampah pun turut hadir.
Dulu, hal yang sama pun terjadi saat ia baru masuk ke sekolah ini. Sudah pasti semua nya itu dari senior perempuan nya. Coklat, bunga, surat, sampai parfume pun selalu ada di kolong meja maupun di loker nya yang pasti ujung-ujung nya ia berikan ke Damian, Aldi, Ilo, atau pun Aiden tanpa ia sentuh sedikit pun.
"Sekarang fans lo makin banyak dong, apalagi sekarang ada dede emes yang bakal ngejar lo, Ka." Damian melumat jari-jari nya yang terdapat coklat sampai habis membuat kerenyitan jijik hadir di muka Aldi yang melihat nya.
"Eh, onta arab. Garka aja nolak ratu nya SMA Garuda, mana mau dia sama dede emes." ucap Aldi sambil merebut coklat putih yang akan di makan oleh Damian.
"Betul tuh. Enak banget jadi lo, Ketua." Ilo memungut beberapa surat yang jatuh lalu membaca nya karena penasaran.
Garka tak mengalihkan pandangan nya sedikit pun dari buku. Badan nya ia senderkan ke kursi dengan kaki saling silang di atas meja. "B aja."
Tidak ada yang bisa mengganggu dunia Garka yang laki-laki itu buat sendiri. Kelas yang ramai pun jika sudah ada Ketua dari kumpulan anak nakal atau yang biasa di kenal sebagai Geng Zeus itu pun mendadak hening dan tentram.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARKA (END)
Teen Fiction(26/09/19 #1 in terkenal) (24/09/19 #7 in marah) (23/09/19 #5 in senang) (30/12/19 #5 in populer) (07/01/20 #4 in geng) (13/04/20 #5 in wattpad) (01/05/20 #4 in rumit) (01/05/20 #3 in marah) (01/05/20 #39 in teenfiction) (01/05/20 #17 in geng) ...