60 (THE END)

52.8K 1.5K 555
                                    

Hallo guys! Otor comeback hehe.

Mau ngasih tau, siapin hati ya. Ada kejutan di akhir cerita.

Jangan protes apalagi maki-maki author. Nanti author marah terus gak nulis lagi loh.

Hehe canda.

Yaudah lah daripada lama-lama kayak nunggu doi peka, mending langsung baca aja yok.

Happy reading!!

"Kan, gue laper."

Serkan yang tengah memainkan game online diponselnya mendengus. "Ya terus?"

"Mau makan lah."

"Lo masih punya alat gerak yang lengkap kan?"

Nino mendelik mendengar sindiran Serkan. Sahabatnya itu memang tidak peka. "Yaiyalah, Kampret. Masalahnya gue gak bawa duit lebih."

Didi tertawa ditempatnya, tepat disamping Serkan. "Motor aja keren lo, punya duit kagak."

Nino mencibir Didi. Serkan hanya menggeleng lalu melempar dompetnya ke sahabat sengkleknya itu yang langsung ditangkap dengan sigap.

"Anjir baek banget lo, kan."

"Sekalian beliin gue nasgor." ucap Serkan masih terfokus pada ponselnya.

"Siap, Bos! Di, anter gue buru."

"Oke, bete gue lama-lama disini."

Didi dan Nino menatap Serkan. Seakan terganggu, Serkan mengalihkan pandangannya dari layar ponsel untuk balas menatap sahabatnya itu.

"Kenapa si?"

Nino terkekeh. Ia mendekati Serkan lalu menepuk pundak nya. "Lo disini aja, ya. Jagain putri tidur."

Didi mengangguk. "Jangan lo apa-apain."

Serkan menghela nafas. Sekali lagi ia harus terus menggumamkan kata sabar didalam hati agar tetap kuat mempertahankan kewarasannya.

"Gue sama Didi keluar dulu, ya. Awas hilaf."

Serkan baru saja ingin melempar sepatunya ke wajah Nino jika saja laki-laki itu tak segera lari dari sana. Serkan menggeram, amarahnya selalu saja naik jika Nino dan Didi telah menggodanya seperti itu.

"Sialan."

Serkan membanting ponselnya ke atas sofa empuk, gara-gara dia meladeni ketidakwarasan sahabat-sahabat nya ia jadi kalah dalam game.

Pandangan tajam Serkan mengarah ke atas ranjang besar tempat dimana ada seorang gadis masih setia berbaring disana.

Dari samping dapat Serkan lihat jika tangan yang dibalut perban itu sedikit bergerak. Serkan bangkit lalu mendekat ke arah ranjang. Ditatapnya wajah penuh luka itu hingga akhirnya netra kelam Serkan menatap netra sayu dan lemah milik gadis dihadapannya.

"Jangan banyak gerak." Serkan memencet tombol yang terhubung ke ruang Dokter agar secepatnya datang.

"Gue bilang jangan banyak gerak." Serkan menggeram saat gadis dihadapannya kini terus saja menggerakkan tangannya.

"Ga.. R... K-ka?"

Serkan menyerengit. "Lo barusan bilang apa?" ia tidak mendengar nya karena suara gadis itu terlalu pelan.

"Ga--"

Pintu ruangan VVIP itu terbuka, menampilkan Dokter Arya dan seorang suster perempuan yang langsung masuk dan memeriksa Keyra.

"Mas tolong tunggu diluar dulu, ya. Biarkan dokter memeriksa pasien."

Serkan mengangguk saat suster bicara seperti itu. Ia keluar lalu duduk dikursi tunggu tepat di depan ruangan itu. Entah kenapa ia kepikiran dengan ucapan gadis tadi, Keyra.

GARKA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang