3

70.7K 3.7K 78
                                    

Seperti cerita romansa
Yang berbeda menjalin cinta
Berlawanan merajut kisah
Tanpa mengenal putus asa

-Fitri Gusman-
.
.
.
.

Harap hati makan dengan tenang dan damai siang ini, Garka malah terus menerus mencebik kan bibir nya. Alis tebal nya menukik tajam. Tak lupa helaan nafas dalam juga tak henti nya terhembus membuat Dami diam-diam terkekeh kecil.

Garka duduk menyender ke tembok dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Pandangan nya menatap malas makanan di hadapan nya tanpa selera. Jika bukan karena rengekan Dami dan Ilo untuk meminta nya ke kantin kelas sepuluh, mana mau ia repot-repot ke sini.

Cukup di lorong tadi saja ia risih dengan pandangan lapar dari semua perempuan. Sungguh menyebal kan.

"Udah sih, Ka. Sekali-kali kita makan di kantin kelas sepuluh. Cari wajah baru gitu. Bosen gue tiap hari ketemu cewek senior mulu."

Aldi yang posisi nya duduk di sebelah Dami lantas memukul tengkuk nya membuat cowok itu teraduh kencang. "Itu sih lo yang mau. Modus. Dasar playboy cap kampak."

"Lo juga setuju-setuju aja tadi gue ajak." Dami tak mau kalah. Ia mencomot kentang goreng di piring Ilo.

"Kentang gue!"

"Minta satu."

"Tapi lo ngambil nya lima bangsul!!"

Dami terkekeh. "Sekalian."

"Tai lo!!"

Dami tertawa terbahak-bahak sambil menggebrak meja membuat perhatian yang sedari tadi terarah ke meja mereka kini semakin menjadi.

"Dam, diem lo!! Gak liat apa muka-muka yang pengen makan lo idup-idup?" Aldi menunjuk wajah Garka dan Aiden dengan dagu nya membuat Dami meringis pelan lalu menyatukan kedua tangan di depan dada.

"Maaf Pak Ketua. Maaf Pak jutek."

"Bacot!!" ucap Garka dan Aiden berbarengan.

Dami cemberut lalu menyenderkan tubuh nya ke bangku kantin dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

"Dede ngambek nih." ucap Dami dengan nada imut-imut bangsat.

"Jijik, Dam." hardik Ilo.

"Bukan temen gue." lagi-lagi dua orang sepaket yang sama-sama dingin itu berbicara berbarengan.

Dami semakin menekuk wajah nya. Tidak ada yang membela nya jika ia di bully seperti ini. Wajar saja, karena biasa nya ia yang mem-bully.

"Rasain lo!!" Aldi dan Ilo mentertawakan Dami dengan sepenuh hati. Tawa kedua nya sangat menyita perhatian adik kelas terutama perempuan.

Berbagai pasang mata menatap mereka berlima kagum plus terpana. Kapan lagi bisa melihat kelima pentolan SMA Garuda sedekat ini kan?

"Den. Mata lo bisa rusak. Simpen laptop lo. Makan."

Aiden mengangguk lalu menutup laptop nya langsung. Ia tidak bisa membantah perkataan Garka karena aura intimidasi yang di keluarkan laki-laki itu cukup membuat bulu kuduk siapapun merinding seketika.

Bahkan Ilo, Damian, dan Aldi yang sedari tadi becanda pun meneguk ludah nya saat mendengar suara rendah Garka yang membuat siapapun langsung patuh tanpa pikir panjang. Untung nya, Garka tidak menggunakan kelebihan nya ini untuk hal negatif. Ia selalu berbicara panjang dan dengan nada rendah untuk mengingat kan sahabat-sahabat nya terhadap kebaikan. Untuk itulah Aiden, Damian, Ilo, dan Aldi betah bersahabatan dengan nya.

GARKA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang