7

21.4K 1.2K 12
                                    

"Kamu kenapa mengajakku kesini? Hari ini barnya tidak terlalu ramai" Andrew langsung duduk di samping Sarah

"Ada yang ingin aku sampaikan, jadi ayahku sudah semakin gila. Dia sering menelfonku untuk bertemu dengan pria-pria kenalannya" kata Sarah sedikit frustasi sambil meneguk minuman di hadapannya

"Aku pikir ayahmu bosan melihat kamu yang masih asik sendiri sedangkan mantan suamimu sudah memiliki kekasih"

"Aku tidak tau apa yang dia pikirkan,aku rencana mengambil cuti"

"Aku pikir itu ide yang bagus, tapi aku tidak ingin mengganti kelasmu Sarah"

"Iya aku juga tidak mau membebanimu Andrew"

"Jadi apa langkahmu untuk tawaran ayahmu itu?"

"Aku memiliki ide untuk membawa seseorang dan mengenalkan padanya"
"Lalu?"

"Dan mungkin saja dia akan diam setelah itu, tidak lagi ikut campur"

"Bagaimana kalau dia tau kamu berbohong?"

"Aku bisa menjelaskan, jika aku bukan lagi anak kecil yang terus di atur"

"Kenapa kamu tidak datang saja dan berkata demikian?"

"Aku malas bertemu dengannya"

"Hemm, jangan bilang aku"

"Haha iyaa sebenarnya aku mau kamu membantuku, tapi aku rasa dia tidak akan percaya"

Setelah aku mengatakan itu, Sarah melihat wajah yang tidak asing memasuki bar ini

"Sarah apa yang kamu lihat? Ada seseorang yang kamu kenal?"

"Coba lihat dia, wajahnya tidak asing, aku tidak begitu jelas melihat wajahnya dengan kacamata ini"

"Oh itu adalah mahasiswi di kelas yang aku ajar"

"Siapa namanya?" Tanya Sarah masih melihat wajah orang itu

"Aku tidak tau, kenapa?"

"Aku ingat sekarang, dia adalah gadis yang tadi hampir tertabrak"

"Benarkah? Sedang apa dia disini?"

.........

(Alana Jasmine)

Drrtt.. Drttt

"Alo?" Jawabku mengangkat telfon

"Babe kamu dimana?"

"Di rumah"

"Kita jemput ya"

"Kemana?"

"Ke Bar, ada Max dan Ali juga"

"Dinah aku tidak ingin minum alkohol"

"Haha disana tidak hanya alkohol, soda juga ada. Ayoo siap, 10 menit kami sampai"

Aku mandi secepat mungkin, kemudian memilih menggunakan jeans dan kaos putih polos serta boots sedikit tinggi, perfect kataku saat melihat pantulan tubuhku di cermin. Aku dengar suara gas mobil di depan dan itu pasti mereka.

"Ma, aku keluar dulu"

"Mau kemana?"

"Ke Bar"

"Hah? Ke Bar? Tumben"

"Mencoba hal dewasa"

"Haha, jangan pulang malam Ana ingat besok harus kuliah"

"Iyaa mama ku sayang"

Mamaku tidak pernah melarang untuk pergi ke tempat-tempat seperti itu karena dia tau aku bisa jaga diri, papaku juga orangnya bebas dia tidak akan menceramahi jika aku tidak salah, ke Bar why not?

"Apa kamu sudah berpamitan?" Teriak Dinah dari mobil

"Sudah" jawabku dan kini aku lihat Ali sedang sibuk dengan ponselnya

"Jangan kamu tanya kenapa dia tidak menyapamu Ana, dia sedang chatting dengan gebetannya" kata Dinah membuatku kaget

"Jadi sekarang tinggal Ana yang belum punya gebetan?" Tanya Max

"Sayang, cinta Ana itu bertepuk sebelah tangan"

Apakah mereka sedang kompak menggangguku saat ini?

"Sabar Ana, semua ada waktunya" kata Ali menyentuh pundakku

Tidak butuh waktu lama untuk sampai di Bar ini, aku lihat tidak begitu ramai dan suasananya enak..

"Kita duduk disana ya" tunjuk Max

Saat aku akan melihat ke arah tempat duduk tidak sengaja mataku dan matanya bertemu, dia sedang memandangiku? Si nenek sihir itu? Dan temannya pun kini memandangku, oh tidak itu adalah sir Andrew. Aku segera berjalan cepat, lebih tepatnya bersembunyi di badan dinah

"Guys ada Miss Sarah dan Sir Andrew!" Kataku setelah sampai di tempat duduk

"Kenapa kamu heboh Ana? Mereka biasa kesini dan sering melihatku" jawab Max

"Hemm dia gugup" ucap dinah yang langsung mendapat cubitan kecil di tangannya

"Aku mau ke toilet" kataku langsung membalik badan dan "aduhh" desahku memegang jidat malang ini, benda apa yang baru saja aku tabrak?

"Maaf nona, saya tidak sengaja" kata pelayan yang juga memegang jidatnya

"Ini bukan salahmu" jawabku dan membatalkan rencanaku pergi ke toilet, aduh bikin malu! Sekarang semua perhatian tertuju padaku
...

Setelah memesan kini aku sudah siap di ceramah oleh ayah Max dan ibu Dinah tentang hati dan perasaan, baiklah aku cukup sabar setidaknya menjadi pendengar yang baik untuk malam ini

"Jadi Ana, apa kamu yakin tentang perasaanmu?" Tanya Max serius

"Aku tidak tau, aku hanya memandang fotonya tiap malam, berimajinasi tentangnya dan ingin dekat dengannya namun selalu saja ada hal yang buruk terjadi saat aku bertemu dengannya "

"Hemm apa kamu sudah pernah berbicara dengannya?"

"Belum, dia dosen dan aku tidak mau lancang"

"Apa kamu pernah menunjukkan perhatianmu?"

"Aku tidak tau caranya"

"Begini saja, kamu mulai memberikan hadiah kecil padanya. Dengan begitu dia tau kamu memendam rasa padanya"

"Aku tidak mau, aku pernah lihat dia membuang coklat ke tempat sampah pemberian kakak tingkat. Tapi kenapa harus aku yang mengerjarnya? Seharusnya dia yang lebih dewasa itu yang harus berkorban untuk mendapatkanku" tanyaku kepada mereka bertiga

"Sekarang aku tanya, apakah dia menyukaimu?"

"Tidak" jawabku terhadap pertanyaan Dinah

"Apakah kamu menyukainya?"

"Iyaa"

"Terus siapa yang harus berkorban mendapatkan cintanya?"

"Aku"

"Hah susah juga" dinah membuang nafas kasarnya

"Iya aku mengenal sifat Miss Sarah memang orangnya cuek seperti itu, dia bercerai dengan suaminya dan kini dia menjadi buruan para pengusaha kaya" balas Max

"Ana aku rasa peluangmu dari 100% hanya setengah dari satu emm 0,5% dan itu bukan karena dia menyukaimu tapi dia hanya menghargai usahamu setelah itu habis" ucapan Ali membuatku sadar bahwa harapan tak semanis kenyataan

Miss Sarah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang