1. Pertemuan.

83 15 0
                                    


"Kantin?" tawar gadis chubby berambut coklat.

"Nitip." jawab Azura sekenanya sambil menyodorkan selembar uang berwarna biru.

"Ikut aja yuk? Muka bidadari lo itu harus dipamerkan, ga boleh di sia-siain." ucap Nana antusias sambil menarik paksa tangan mungil milik Azura.

Ia melirik sekeliling. Dugaannya benar, Alexa sudah hilang dari kelas. Merasa diawasi, pandangannya jatuh pada sepasang mata yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Pemilik mata berwarna hijau itu tidak mengalihkan pandangannya walau sudah tertangkap basah. Cukup berani.

Azura menarik ujung bibirnya hingga terbentuk sebuah senyum tipis sebelum pada akhirnya ia benar-benar menghilang dibalik pintu. Sangat tipis hingga hanya seseorang itu yang menyadarinya.

"Dia itu... sejenis apa?" gumam pemilik mata hijau itu.

***

Suasana riuh di kantin membuat telinga Azura ingin terbakar. Sekumpulan kakak kelas bahkan adik kelas pun mencoba menatapnya. Tapi saat mata biru itu membalas tatapan mereka, seakan di hipnotis, mereka semua menunduk. Seakan ada sihir di mata biru itu hingga membuat orang takut menatap mata indahnya.

"Pojok." ucap Azura singkat. Pojokan itu setidaknya sedikit lebih tenang daripada disini.

Sekarang mereka sudah duduk di meja yang dipinta Azura tadi. Gadis chubby itu tampak berpikir sejenak kemudian menatap Azura. Tidak, lebih tepatnya menatap headset yang menggantung di telinga kiri gadis itu. Sihir mata biru itu juga berpengaruh padanya.

"Pesen apa?" tanya Nana sambil menyodorkan menu.

"Mie ayam, Matcha." jawab Azura datar dan dibalas anggukan Nana.

Sebelum benar-benar beranjak, gadis bermata biru itu menahan pergelangan tangan gadis dihadapannya.

"Lain kali, kalo ngomong, tatap orangnya." ujar Azura dingin lalu melepas cekalannya.

"O-oke." jawab Nana terkekeh pelan.

Setelah 7 menit berlalu, gadis chubby itu kembali membawa nampan berisi pesanan mereka.

Azura memakan makanannya dengan tenang, sedangkan gadis dihadapannya ini mulai jengah. Nana itu tipe gadis yang banyak bicara.

Gadis berambut coklat itu kini menatap rambut panjang Azura yang dikuncir satu. Rambut terindah yang pernah ia lihat. Terlihat lurus, licin, dan tebal. Tanpa catokan, tanpa hiasan apapun. Hanya ikat rambut berwarna hitam. Ia berpikir pasti sangat cantik jika rambut biru itu digerai.

"Ra, btw salah satu syarat disekolah ini kan ga boleh pake cat rambut. Kok lo bebas si?" tanya Nana bertopang dagu.

"Ini asli." ucap Azura tanpa ekspresi.

"Wah beneran? Cantik banget sumpah! Baru kali ini gue liat rambut secantik punya lo! Mata lo asli?" ucap Nana antusias.

"Iya." jawabnya datar.

"Uwahh!! Boleh gue pegang?" tanya Nana dengan mata berbinar.

"Mau colok mata gue?" tanya Azura datar.

"Rambutnya itu loh." tukas Nana sambil mengerucutkan bibir.

"Pegang aja." ucap gadis bermata biru itu lalu menyeruput Matcha nya.

Gadis berpipi chubby dihadapannya kini sudah berpindah disebelahnya. Memegang, dan menyisir lembut rambut Azura dengan mata berbinar.

Nana tidak berbohong. Seperti kelihatannya, rambut Azura sangat lembut dan halus. Wangi Strawberry memenuhi rongga pernafasannya. Padahal jarak rambut Azura dan hidungnya sekitar 10 cm, tapi wanginya seperti mencium rambut gadis itu secara langsung.

Matanya beralih menatap wajah Azura dari samping. Persis seperti kulit bayi, kulit putih mulus yang sedikit kemerahan di bagian pipi, alis mata tebal dan rapi, bulu mata panjang yang lentik, hidung mancung yang sedikit runcing, serta bibir yang berwarna pink kemerahan.

Baru kali ini ia melihat orang secantik Azura dan Alexa. Wajah mereka benar-benar sama. Tapi jika Alexa datang ke sekolah dengan menggerai rambut, memakai pakaian rapi, menggunakan perlengkapan sesuai aturan sekolah dan selalu tersenyum, maka Azura adalah kebalikannya. Menguncir rambut, dua kancing atas seragam yang dibiarkan terbuka, lengan yang dilipat, rok 10 cm diatas lutut, serta kaos kaki pendek. Tanpa senyuman, tanpa bicara, tanpa ekspresi.

Kring!!! Kring!!!

Nana tersentak dari lamunannya. Bel masuk telah berbunyi. Setelah ini akan masuk pelajaran Kimia. Ah pelajaran yang sangat dihindari seluruh siswa di kelas IPA. Ralat, bukan pelajarannya, tapi gurunya yang menyebalkan.

Jika dugaan kalian bahwa Nana itu anak baik-baik, tentu saja salah besar. Gadis bermata hazel itu tidak termasuk siswa yang rajin, dan juga tidak termasuk siswa yang malas.

Azura beranjak dari kursinya, diikuti Nana yang membatalkan rencana bolosnya hanya untuk hari ini.

Tunggu tunggu, ia mengikuti Azura yang bahkan sudah melewati kelas mereka. Padahal kalau tidak salah, guru Kimia itu sudah masuk. Untung saja tidak menatap mereka berdua.

Nana masih mengikuti Azura yang melangkah menuju lift. Tapi sebelum Azura benar-benar memencet tombol di lift, ia berbalik dan menatap gadis berpipi chubby itu.

"Balik, gue ke rooftop" ucap Azura singkat lalu meninggalkan Nana tanpa menunggu balasannya. Tapi sebelum benar-benar menghilang dibalik pintu lift, mata Nana menangkap pergerakan Azura yang mengeluarkan sebuah kotak dari sakunya.

"Azura... merokok?"

***

"Loh Ra? Bolos lagi? Hari pertama loh." tanya gadis bermata abu yang menghampirinya.

Gadis bermata biru itu diam, menyesap rokoknya, melepas ikat rambutnya, memejamkan mata, menikmati semilir angin yang membelai lembut wajah dan rambut panjangnya.

"Wc kelas XI dibawah, ngapain lo kesini?" tanya Azura dingin.

Alexa tahu betul kalau kembarannya itu sedang mengalihkan pembicaraan.  Jika sudah begini, tandanya tidak ada yang boleh mengganggu gadis bermata biru itu.

"Cari angin hehe... Dahh gue balik." pamit gadis bermata abu sambil melambaikan tangan.

Dia itu... cuma mengusik, bukan peduli Azura. Batin Azura meyakinkan dirinya sendiri.

"Hormat bendera untuk bolos, dan bersihin WC untuk merokok. Lo udah buat dua pelanggaran dalam satu hari." ucap seseorang yang membuat gadis berambut biru itu berbalik.

Manik hijau itu seakan terpaku saat melihat mata dan rambut biru yang digerai Azura. Tapi, ia berhasil menutupinya.

Azura hanya menaikkan sebelah alisnya, kemudian kembali menyesap rokok di sela-sela jarinya.

"Ngerti bahasa manusia gak sih?" tanya pemilik mata hijau itu dengan nada dingin.

"Berisik." tukas Azura datar, lalu kembali memejamkan matanya.

"Ngasih kesan buruk di hari pertama, berani senyum ke gue, berani natap mata gue, dan berani ngelawan gue. Jadi totalnya ada enam. Minta maaf atau lo bakal nyesel." sinisnya sambil mengambil sebatang rokok dari tangan gadis itu lalu membuangnya.

Manik biru itu menatap rokoknya sekilas, kemudian menatap tepat di manik hijau yang menatapnya dingin.

"Hey, kita itu sama-sama ngontrak di bumi..." Azura mendekat kearah pemilik mata hijau itu lalu berbisik.

"...jadi, kalo ngerecokin tetangga itu... hukumnya haram loh." gadis itu mengucapkannya tanpa ekspresi, tapi terdengar mengejek di telinga laki-laki itu.

Setelah mengucapkannya, Azura benar-benar pergi, meninggalkan pemilik mata hijau itu sendirian.

Tapi tatapan gadis itu seakan-akan merendahkannya. Tentu saja hal itu membuatnya tersinggung. Selama ini, tidak ada yang pernah melawannya.

"Perasaan tadi gue nawarin minta maaf atau dia bakal nyesel. Ternyata dia milih opsi kedua." gumam manik hijau itu menatap punggung gadis aneh tadi yang semakin menjauh.

"Menarik."

GEMINI [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang