Rambut kuncirnya bergoyang kesana kemari saat Angkasa menariknya paksa. Pergelangan tangannya terasa sakit. Ia menatap pergelangan tangannya iba.
"Yang sabar ya, tangan." gumam gadis itu pelan. Tapi sialnya, telinga orang yang berada didepannya ini seperti telinga anjing. Sangat peka.
"Gila." desis laki-laki di hadapannya.
Oke, mungkin bukan cuma telinganya yang mirip anjing. Ucap Azura dalam hati.
Kriett.
"Permisi Bu, saya punya cs dadakan hari ini." ucap Angkasa.
Azura tetap memasang wajah datar.
Tidak ada jawaban.
"Ada orang?" tanya laki-laki itu sedikit berteriak.
Hening.
"Bagus, hukuman lo jadi dua. Pertama, bersihin ni gudang. Dan kedua, kunci pintunya kalau udah selesai." perintah Angkasa sambil menyerahkan kunci gudang.
Manik biru nya menatap kunci itu datar. Bahkan tangannya pun tidak terulur untuk menerima kunci gudang di tangan Angkasa. Lima detik setelahnya, manik biru itu bergulir ke atas, menatap sang pemilik mata hijau yang juga menatapnya tak kalah datar.
"Gak" ucap Azura singkat.
Helaan nafas kasar keluar dari bibir sang Ketua OSIS nya ini.
"Lo ngelawan?" suara dinginnya menginterupsi.
"Kalau lo gak budeg si pasti ga bakal nanyain itu." jawab Azura santai.
Perkataan Azura barusan berhasil memancing emosi lawan bicaranya. Angkasa seperti diremehkan sekali lagi. Rahangnya mengeras. Tangannya mengepal.
Tangan besarnya mencengkram kuat tangan kecil Azura, membenturkan tubuh gadis bermanik biru itu ke dinding, lalu mengurung tubuh mungil itu dengan satu tangan.
Azura meringis tanpa suara merasakan sakit yang menjalar di punggungnya. Bukan karena Angkasa yang mendorongnya terlalu keras, tapi karena luka bekas tawuran di sekolah lamanya yang masih memar.
Tidak sebodoh itu untuk menyadari perubahan kecil pada ekspresi gadis yang berperan sebagai musuhnya ini. Amarahnya sudah tidak sebesar tadi. Cengkraman nya pun sudah melonggar.
"Balik ke kelas. Gue gak bakal segan-segan kalau lo buat ulah lagi." ucap Angkasa dingin sebelum benar-benar pergi dari sana.
Manik biru Azura menatap datar punggung musuhnya yang menjauh sambil memegang pergelangan tangannya yang memerah.
"Gila" ucapnya datar.
***
BRAKK.
"WOY!!!" sapa Dion kalem.
"Uhuk uhuk! Astaghfirullah bakso gue nyolot keluar..." keluh Arlan sambil menatap iba baksonya yang sudah tergeletak tak berdaya di lantai.
"Minum mana minum! ASTAGA CEKER GUE NYANGKUT!!!" teriak Cila mengambil segelas jus alpukat yang tidak peduli siapapun pemiliknya, lalu menegaknya habis.
Setelah merasa tenggorokan nya lapang, Cila bernafas lega sambil menatap Dion tajam.
"Heh ketiak uler! Kebiasaan ya lo! Bisa gak si kalo nyapa tuh pake salam kek, pake cium tangan ato cium kaki kek. Niat banget lo bikin gue mati." bentak Cila kesal.
"Baru tau gue uler punya ketiak, eh lagian gue nyapanya kalem kok." bela Dion pura-pura tak terima. Sebenarnya dari tadi ia sudah mati-matian menahan tawa. Wajah kesal Cila justru terlihat imut.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINI [ON GOING]
Novela Juvenil"Lo tau kan? Kalo gue bener-bener benci sama lo?" bisiknya datar. Manik birunya mengilat tajam seakan mengintimidasi lawan bicaranya. "Lo juga tau kalo gue bener-bener sayang sama lo?" sahut gadis bermata abu itu tersenyum tulus. "Pfftt... HAHAHAHA...