Part 6

8.7K 264 4
                                    

"Aku serius, Bun. Pengin jadi pendamping Aina."

Zidan mengangguk pada perempuan paruh baya yang tengah membuka mulutnya cukup lebar.

Belum sempat sang bunda menutup mulut, ponsel pilot muda itu berbunyi.

Marsya.

"Kok gak diangkat?"

"Males, ah!"

Ponsel tak henti berdering hingga bermenit-menit lamanya.

"Shit."

Dengan berat hati, pemuda itu menerima panggilan dari gadis yang pernah menorehkan luka dalam.

"Kapten Sayang, kok lama ngangkatnya?"

"Sorry."

"Kok bete amat?"

"Gak, cuman capek aja," sanggahnya

"Capt, masih di situ, kan?"

"Hmmm!"

"Kapten, adakah kesempatan kedua untuk kita?"

Sehela, dua hela terasa berat di dada sang pria. "Maaf."

Terdengar embusan berat di ujung telpon.

"Aku pengin ketemuan besok. Please, untuk terakhir kali, lusa aku terbang."

Hening ....

"Please, Zidan!"

"Okey."

"Thanks. Di tempat biasa, ya?"

"Ya."

Zidan melemparkan pandangan keluar jendela. Angannya melayang jauh mengitari waktu, terhenti di sosok cantik yang telah merenggut paksa kebahagiaan cinta.

Marsya, pramugari sexy yang pernah menawan hati, mengkhianati hubungan mereka dengan sahabatnya sendiri. Zidan memergoki gadis jangkung itu berciuman dengan Rangga di kabin pesawat sebelum penerbangan dilakukan.

Hampir saja penerbangan ditunda akibat adu jotos dua pilot yang bertugas menerbangkan pesawat. Kalau saja tak ingat profesionalisme, dia sudah membatalkan penerbangan.

Dalam keadaan murka, Zidan terpaksa menerbangkan pesawat didampingi Rangga. Hari Itu adalah hari tugas penerbangan yang paling menyiksa. Pemuda itu langsung memutuskan hubungan kisah kasih mereka. Meski gadis itu mengiba, dikhianati adalah kartu mati baginya.

Marsya tak mudah menyerah, sampai saat ini masih saja mengejar. Namun, meski masih cinta, harga dirinya terlanjur tergores.

===

Marsya sabar menunggu di kafe hijau tempat favorit mereka dulu. Dinding kafe ini hampir full bercat hijau. Meja dan kursinya pun mengandung unsur warna senada meski tidak sepenuhnya.

"Makasih, ya, Capt, mau datang."

Wajah pramugari itu semringah saat melihat mantan kekasihnya datang. Namun, dia tahu diri untuk tidak menghambur ke pelukan, meski sangat ingin.

Mereka terdiam cukup lama, ada kecanggungan melingkupi keduanya.

"Aku udah pesenin kesukaanmu."

Pelayan datang menyuguhkan juice dan makanan yang dipesan.

"Thanks!"

"Rangga cowok berengsek, dia cuma mainin aku. Mungkin ini balasan perbuatanku mengkhianati hubungan kita."

Satu dua bulir bening berjatuhan.

"Maaf!"

Suara Marsya mulai parau.

CINTA SANG PILOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang