PART 1

27K 567 13
                                    


Penumpang semakin panik, pesawat yang ditumpangi terus berputar-berputar tanpa kejelasan kapan mendarat, sementara dua pilot dipandu petugas menara kontrol mengerahkan daya upaya untuk mengatasi situasi darurat.

Akhirnya, setelah tiga puluh menit, pesawat yang diterbangkan Kapten Zidan Thoriq landing dengan sedikit guncangan di Bandara Soekarno Hatta. Seluruh kru juga penumpang tak henti mengucap syukur atas keselamatan yang dianugerahkan atas mereka. Embusan kelegaan kompak mewarnai seluruh kabin.

Semua kru pesawat dipersilakan meninggalkan pesawat setelah dipastikan tugas selesai. Para lelaki dan perempuan muda berseragam khas berjalan meninggalkan landasan. Kelelahan tampak nyata di wajah-wajah menawan itu.

"Anda memang luar biasa, Kapten!" ucap Roy, manajer maskapai penerbangan tempatnya bekerja mengulurkan tangan.

"Saya hanya menjalankan kewajiban." Zidan menyambut uluran tangan pria paruh baya tersebut.

Selepas urusannya beres, pilot muda itu meluncur menuju rumah yang dirindukan siang malam. Tak sabar melihat binar bahagia wanita tercinta melihat kedatangan yang tiba-tiba. Sengaja, kepulangannya kali ini dirahasiakan sebagai kejutan termanis untuk sang bunda.

"Kapten!"

Hampir saja mata Bunda melompat melihat siapa yang berdiri di hadapannya saat ini. Putra sulung yang tak pulang tiga purnama lamanya.

"Bunda ...."

Pemuda jangkung itu memeluk erat wanita yang sesenggukan di dadanya. Setelah tangis mereda, Zidan menggandeng tangan Bunda menuju ruang santai untuk bermanja melepas rindu.

"Nakal, ya. Maen rahasia." Bunda menjawil hidung bangir putranya.

"Kan, suprise, Bun," kilahnya. Disandarkan tubuh lelah itu di pangkuan ibu terkasih.

Obrolan hangat mengalir di antara keduanya. Sesekali Bunda menyuapkan kue pada mulut sulungnya. Jika jail datang, Zidan akan mengulum jari yang dipenuhi krim coklat itu.

"Ish, jailnya belom ilang. Yang jadi istrimu mesti tiap hari digodain terus!"

"Hehehe!"

"Eh, ngomong-ngomong, hubunganmu dengan Marsya, gimana?"

Mendengar nama itu disebut, tawanya seketika terhenti, berganti dengkusan kasar.

"Kenapa? Putus lagi? Ck! Terus?"

"Bun, aku mandi dulu, ya. Bau, nih!" Sebelum Bunda melanjutkan ucapan, pemuda itu berlalu.

"Capt!"

Wanita bermata sipit itu geleng-geleng kepala. Terkadang heran dengan sikap putranya yang hobi gonta-ganti pacar. Hubungannya dengan wanita tak pernah lama, tak ada yang serius pula. Satu hal yang saat ini didambanya adalah menimang cucu. Namun, melihat tak juga ada tanda-tanda Zidan serius pada seorang gadis, asa itu harus dipendam dalam-dalam.

Setelah membersihkan diri, Zidan mengempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Kelelahan membuatnya tak perlu waktu lama untuk terbang ke alam mimpi.

Kalau saja tak ada gedoran gaduh di pintu kamarnya, sudah dipastikan dia akan tertidur hingga pagi tiba.

"Abaaang!" Zihan adik bungsunya langsung menghambur ke pelukan saat pintu terbuka.

"Ish, kirain makin cantik. Ternyata—"

"Apa?" Si bungsu memasang tampang menyeramkan.

"Jelek, weew!"

"Nyebelin!" Gadis itu memukul dada kakaknya.

"Ngangenin, tapi, kan?"

"Eleeh, ngangenin dari Hongkong!" Seseorang yang hampir sewajah dengannya bersandar di sebelah pintu dengan tangan bersedekap.

"Bang!" Pemuda itu menghampiri kakak yang baru bertemu lagi setelah tiga bulan terpisah. Keduanya berpelukan, saling mengusap punggung.

"Zahira mana?" Matanya berputar-putar mencari seseorang yang tak kalah dirindukan.

"Tuh!"

Gadis yang dimaksud berlari menyongsongnya. Hampir kaki terantuk lantai saking tak memperhatikan sekitar. Keceriaan keluarga Thoriq terasa sempurna hari ini. Anggota keluarga yang lama menghilang, kini hadir kembali di tengah mereka. Canda tawa menghias suasana makan malam. Bahkan, Ayah pun tak mau kalah. Jurus-jurus andalan dikeluarkan.

*

"Aina adalah adik kalian, Papi harap kalian selayaknya menjadi saudara."
Suara Arman Herlambang memecah kesunyian ruang makan yang ditata aristokratis ini. Suasana tetap hening,  hanya terdengar denting sendok dan garpu yang sesekali beradu dengan piring-piring di meja makan.

Meski demikian, ketenangan hanya tampak di permukaan saja. Jauh dalam dada mereka yang duduk melingkari meja makan bergemuruh.

"Aina, mulai saat ini, kau adalah bagian keluarga, jangan canggung."

Aina hanya mengangguk perlahan. Lidahnya tak sanggup mengucap satu kata pun di tengah keluarga barunya. Dia tak nyaman dengan aura ketidaksukaan keluarga ini. Gadis itu mampu merasakan tatap kebencian dalam diam.

"Pesta debut Aina akan dilaksanakan minggu depan."

Tampak rona terkejut menghiasi wajah kakak-kakak Aina. Namun, hanya sesaat, suasana kembali tenang seperti tak ada apa pun.

Selepas makan bersama keluarga barunya, gadis itu tak tahu harus melakukan apa, bicara pada siapa dan bagaimana. Semua orang tampak tak peduli Jangankan menyapa, melihat ke arahnya saja tidak.

Hanya Papi yang peduli padanya. Ayah kandung yang baru diketahui di ujung kematian Kakek. Dia membawanya ke rumah ini sebagai anak kelima keluarga Herlambang.

Gadis itu hanya diam di sudut kamar yang mewah. Dia rindu kampung halaman juga kakek dan neneknya. Satu tetes bening melintasi kelopak bawah mata. Namun, mereka sudah meninggalkannya sendirian di dunia ini. Tersudut di pojok kamar yang sangat asing dan menyiksa.

===

DAFTAR HARGA NOVEL

Belahan Jiwa Salsabila 79 000
Cinta Sang Pilot 89 000
Ahlan Wa Sahlan Angeline  89 000
Stronget With You 99 000
Calon Mantu Kyai 99 000
Istri Rahasia Konglomerat 99 000
Duda Mentereng 99 000
Sentuhan Satu Malam 99 000
Love You Fisabilillah 109 000

Pemesanan
https://wa.me/6281261934594

CINTA SANG PILOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang